Ismi Fatimah Az Zahra

1.8K 71 0
                                    

3 bulan setelah kelulusan. Aku mengikuti berbagai test masuk perguruan tinggi negeri di daerah dekat pesantrenku. Sebenarnya aku ingin memilih universitas berbasis islam, hanya saja di daerah sini tidak ada universitas islam negeri. Sama halnya dengan yang lain, aku sangat mengimpikan kuliah di universitas negeri dan untuk penyeimbang aku kuliah di universitas umum dan menuntut ilmu pula di pesantren.
Setelah hasil test di umumkan. Aku langsung mengurus daftar ulang dan segala keperluan lainnya. Kata orang, menjadi mahasiswa agak sedikit rumit ketika semua hal yang sebelumnya selalu di urus ibu dan ayah, kini harus serba sendiri. Itulah mahasiswa, selalu di tuntut untuk mampu mandiri. Namun bagiku, itu semua sudah biasa. Karena sejak tsanawiyah aku memang sudah terbiasa menyiapkan segala keperluanku sendiri. Tentu, itu karena aku adalah anak pesantren yang sejatinya memang semua hal harus ku lakukan sendiri.
Aku memandang arlojiku, jarum jam menunjuk pukul 15.25. Aku bergegas mencari masjid di sekitar kampus. Ketika ingin memasuki masjid. Aku melihat sekumpulan orang sedang duduk dan memperhatikan seseorang yang berbicara di hadapannya. "Sedang apa mereka, kalau dari isi pembicaraannya. Sepertinya mereka sedang mengadakan diskusi" ucapku dalam hati. Aku langsung ke tempat wudhu dan bergegas masuk ke dalam masjid untuk menunaikan shalat ashar.
Sesudah shalat ashar, aku masih memandang mereka yang sedari tadi tetap berdiskusi. Sekumpulan pria itu memasang muka serius layaknya diskusi formal di gedung dpr sana. Karena hati yang penasaran aku berniat menunggu mereka selesai dan akan mempertanyakan kepada salah satunya.
Selesai diskusi mereka bubar dengan rapi. Aku menghampiri salah satu pria yang ikut diskusi.
"Assalamualaikum" salamku
"Waalaikumsalam" jawab pria itu
"Maaf akhi, saya ingin bertanya. Apa yang akhi dan kawan akhi lakukan sedari tadi"
"Kami melakukan diskusi islam, setiap kamis adalah jadwal ikhwan berdiskusi sedangkan senin itu jadwal akhwat untuk berdiskusi. Ini sekedar organisasi kecil kecilan. Kami suka mengkaji hal apapun yang ada di dalam islam" Jelasnya
Pemuda ini sedikit membuatku kagum, sedari tadi aku bertanya ia tetap menunduk tanpa melihat wajahku sedikitpun. Padahal aku berkerudung panjang dan selalu memakai rok. Begitulah islam, laki laki memang wajib menundukkan pandangannya ketika berjumpa dengan wanita yang bukan mahramnya.
"Ma ismuki?" tanyanya kemudian.
"Ana Fatimah Az Zahra" jawabku dengan senyum.
"Oh, baiklah fatimah jika ingin bertanya banyak perihal organisasi ini. Kamu bisa datang hari senin dan bertanya kepada akhwat akhwat di sini"
"Baik akhi"
"Assalamualaikum" ucapnya kemudian dan berlalu.
"Waalaikumsalam" jawabku pelan.
Belum mulai perkuliahan tapi aku sudah dibuat cengang dengan salah satu organisasi disini, ternyata masih banyak pemuda dan pemudi yang mencari cara agar iman mereka tidak luntur walau sekedar berdiskusi kecil kecilan. Sepertinya aku akan menikmati kuliahku di tempat ini walau pada awalnya hatiku kurang suka kuliah di kampus ini tapi aku yakin Allah sudah menyiapkan hal hal terbaik untukku disini.

Berpacu Cinta Dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang