Muhammad Zain Al Farisi, jadi itu namanya

1.5K 72 1
                                    

Hari ini adalah hari pertama masuk kuliah, setelah 3 hari mengikuti ospek. Aku sudah cukup mengenal daerah sekitar kampus dan teman teman sejurusan ku.
"Fatimah" panggil seseorang dari balik pandanganku. Aku menoleh dan melihatnya. Dia Tisya, teman sekelasku sekaligus teman kelompokku ketika ospek kemarin.
"Assalamualaikum Tisya" ucapku
"Waalaikumsalam bu aji" jawab tisya sambil tertawa.
Walaupun baru mengenal,  bagiku dia adalah teman yang menyenangkan. Dia suka berbagi cerita dan bertanya perihal agama kepadaku.
"Ohya, panggil aku Zahra aja" kataku
"Kenapa? Fatimah kan putri Rasulullah. Seharusnya kamu bangga namamu sama dengan beliau"
"Ya jelas aku bangga, tapi karena sadar akhlakku ga sebaik beliau. Jadi aku memilih untuk di panggil zahra saja. Agar ketika aku salah, orang orang tidak akan menyambung-nyambungkan dengan namaku"
"Oh baiklah. Yuk kita ke kelas" ajaknya sambil menggandengku.
             Selesai perkuliahan, aku dan Tisya pergi ke kantin untuk makan siang. "Kamu mau pesen apa?" tanyaku
"Lontong sayur aja deh. Kayanya enak"
Aku dan Tisya membagi tugas. Dia yang menempati bangku dan aku yang memesan makanan.
"Bu lontong sayur nya 2 porsi" kataku kepada ibu penjual lontong sayur
"Pedes Ga neng?" tanyanya kemudian
"Sedeng bu" jawabku.
Aku memperhatikan ibu penjual lontong sayur menyajikan dagangannya ke dalam mangkuk.
"Assalamualaikum bu" Ucap seorang laki laki yang tiba tiba menghampiri ibu penjual lontong sayur. Sesaat aku melihatnya, aku mengenali sosok itu dan tak asing di ingatanku. Aku mengingat ingat siapa orang itu. Ternyata dia adalah pria yang pernah ku temui di masjid. "Iya,  dia anggota organisasi diskusi islam itu" ucapku dalam hati.
"Waalaikumsalam Zain, Mau makan?" tanya sang ibu kepada laki laki itu.
"Iya bu, saya tunggu di bangku situ ya" katanya sambil menunjuk ke arah bangku kosong tak jauh dari kedai sang ibu.
"Oke" jawab sang ibu
Aku masih berdiri di depan ibu penjual lontong sayur. sambil menunggu pesananku aku bertanya "Ibu kenal sama dia?"
"Zain?" jawab si ibu balik bertanya
"Iya. Laki laki itu"
"Nama lengkapnya Muhammad Zain Al Farisi neng, dia hafidz di kampus ini, sering di undang ke acara kampus dan radio daerah sini" jelas si ibu
"Hafidz bu? Sepertinya dia dekat dengan ibu"
"Alhamdulillah neng,  dia suka bantu bantu ibu kalo dagangnya rame. Kebetulan ini sepi jadi dia cuma beli. Dia itu perantau disini neng, orang tuanya tinggal di jakarta. Emang kenapa neng?  Suka ya?" tanya sang ibu yang sontak membuat pipiku merah.
"Ah engga bu. Saya kemarin sempet liat dia di masjid eh sekarang ketemu disini" jawabku menutupi rasa malu akibat pertanyaan si ibu
"Gak apa apa neng suka juga, tapi saingannya banyak" ucap sang ibu sambil memberiku 2 mangkuk lontong sayur yang siap di santap.
"Ah ibu,  yaudah ini uangnya bu"
"Makasih neng"
Ketika Tisya menyantap lontong sayur pesanannya, aku terpaku memperhatikan pria itu. Pria yang membuatku terkagum kagum ketika mendengar cerita ibu penjual lontong sayur. Secara fisik dia seorang laki laki tampan dengan pesonanya yang memikat selain itu akhlak yang baik menjadi nilai plus bagi siapapun yang mengenalnya. Belum lagi dia adalah seorang hafidz yang terkenal di daerahnya. Muhammad Zain Al Farisi,  jadi itu namanya.
"Heh Zahra" ucap Tisya memecah lamunanku "Kenapa bengong? " tanyanya kemudian.
"Eh engga kok. Yuk lanjut makan"

Berpacu Cinta Dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang