Dia ada di sana, sendirian di sudut kantin. Tak ada yang mengajaknya bicara, bahkan menegurnya saja tidak, orang-orang tak menganggap keberadaanya di sana.
Dia lelaki yang misterius, tatapannya dingin menusuk, tak ada yang berani mengusiknya tak ada yang pernah bicara dengannya kecuali para guru dan siswa yang terpaksa berbicara padanya.
Kenapa semua orang begitu menjauhinya?
Sejak aku pindah ke sekolah ini dua bulan yang lalu, aku mendengar kabar tak baik tentangnya.
'Dia berbahaya, kau akan terkena sial jika berurusan dengannya dan berakhir mengenaskan di rumah sakit.'
Itu konyol sekali.
Dan aku baru percaya setelah melihat bukti secara langsung.
Daehwi di larikan ke rumah sakit setelah tangannya terkena luka bakar yang cukup parah dan anehnya mereka hanya berdua di sana saat orang-orang datang memergoki keduanya.
Tak ada bukti bahwa dia melukai Daehwi, dia bahkan tak menyentuh Daehwi sama sekali saat itu. Daehwi tak memberi komentar apapun saat di tanya oleh pihak kepolisian.
Rumor semakin beredar bak angin ribut, salah satu guru yang pernah berurusan dengannya -lebih tepatnya menghukumnya- di temukan dengan luka bakar yang sama dan lagi-lagi tak ada bukti apapun bahwa dia yang melakukan hal itu. Dia hanya berada di tempat yang salah.
"Kau selalu memerhatikan Bae JinYoung, jangan sampai dia terganggu dan melakukan hal mengerikan padamu."
Itu adalah Hyungseob dia temanku tepatnya sahabatku.
"Aku hanya penasaran dengannya." ujarku sambil memasukkan beberapa potongan kentang goreng kedalam mulutku.
"Jihoon-ah penasaranlah dengan hal yang lain jangan dia." aku menggeleng mendengar ucapannya.
"No, I want him."
Hyungseob mendengus pelan
"Gzz terserah mu, tapi terjadi sesuatu nantinya jangan salahkan aku."Aku menganggapnya angin lalu, jus di dalam gelasku juga sudah mulai habis memerhatikannya lebih menarik dari apapun.
Sebenarnya aku ingin sekali berbicara dengannya, tapi aku tidak tau apa yang akan aku bicarakan nantinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bel tanda pelajaran telah berakhir terdengar nyaring seantero sekolah, aku harus cepat-cepat pulang karena sepertinya hujan akan turun.Hyungseob keluar lebih dulu dari kelas karena kekasihnya Woojin sudah menunggunya. Ughh enak sekali, aku sebenarnya iri setiap melihat pasangan itu.
Aku langsung saja meninggalkan kelas setelah peralatanku telah rapih di dalam tas, aku pun berjalan menuju halte bus. Aku tidak membawa kendaraan karena malas, aku sudah lelah dengan pelajaran dan aktifitas di sekolah dan masih harus menyetir? Tidak, terima Kasih aku lebih suka di supiri.
Bus yang aku tunggu belum juga datang, aku semakin merapatkan almamater sekolah yang aku pakai di badan, udara yang berhembus terlalu dingin aku suka hawa dingin rasanya sangat nyaman.
Mataku menatap langit yang sudah mulai keabuan seperti hujan akan sangat deras, ku lihat orang-orang masih sibuk berlalu lalang di trotoar.
"Kenapa busnya lama sekali."
Aku sedikit bosan menunggu apalagi di halte ini hanya aku sendiri.
Saat pandanganku mengarah kesebelah kanan, aku melihat seseorang yang berseragam sama denganku, berambut hitam legam, bertubuh agak kurus namun tinggi menjulang, mata sebelah kirinya di tutupi sebuah EyePatch seperti ciri khasnya. Tangannya masuk kedalam saku celananya, berjalan santai dengan tatapan dingin ke arah depan.
Dia duduk tak jauh dari ku, aku baru tau jika dia juga menggunakan Bus untuk pulang. Yah aku memang mendengar bahwa Bae Jinyoung dari kalangan siswa miskin. Hanya saja tak ada yang berani mengusiknya atau membullynya karena rumor yang beredar.Entah kenapa aku menjadi gugup di tempatku, ingin sekali rasanya menyapanya dan berbicara dengannya, jujur saja aku penasaran dengan suaranya.
Mulutku hanya terbuka kecil tanpa mengeluarkan suara, kaki ku tiba-tiba saja gemetaran.
"Bae-"
Ucapanku terhenti saat dia bangkit berdiri lalu masuk kedalam bus, aku yang terkejut langsung mengikutinya, toh aku juga serute dengannya.
Entah aku harus bilang ini kesialan atau keberuntungan, seluruh tempat duduk hampir penuh dan menyisakan satu kursi kosong tepat di sebelah Jinyoung. Dengan langkah ragu akupun duduk di sebelahnya.
Bus mulai berjalan dan keadaan sangat hening. Dia diam saja tak bersuara sama sekali, membuatku semakin gugup di sebelahnya.
Beberapa menit kemudian aku memberanikan diri untuk menegurnya.
"Umm Hai."
Tak ada respon, aku yakin dia mendengarnya aku bahkan menoleh ke arahnya dan tersenyum.
Dia masih diam, menoleh pun tidak membuatku menjadi kikuk sendiri.
"Kita satu sekolah." ujarku lagi tapi dia masih tetap diam tak mempedulikan ku.
Aku berfikir keras, keinganku untuk mendengar suaranya lebih besar daripada rumor tentang kutukannya itu.
Tanganku terjulur ingin menepuk bahunya.
Namun belum aku menyentuhnya dia sudah menoleh dengan gerakan cepat membuat tanganku terhenti.
Aku tersenyum lagi dan dia hanya menatapku datar.
"Hehehehe Namaku Park Jihoon, aku satu tingkat di atas mu aku kelas 11." ujarku berusaha seramah mungkin
Dia masih menatapku tanpa bergeming, tak berkedip, dan sialnya kelakuannya itu berpengaruh besar pada pompaan darah pada jantungku.
"Kau tau namaku." ujarnya.
Aku tertegun, dia akhirnya berbicara dengan suara yang kecil namun dapat aku dengar jelas, suaranya Husky lembut di telingaku.
"Wahh tentu saja aku tau siapa kau, memangnya siapa yang tidak tau tentangmu di sekolah."
Dia masih menatapku diam, aku meruntuki diriku, secara tidak langsung aku mengenalnya karena rumor itu.
"Berhenti penasaran tentangku." ujarnya lagi lalu dia bangkit dari duduknya dan turun saat bus berhenti.
Aku tercengang di tempatku, bagaimana dia bisa tau aku sangat penasaran tentangnya?
TBC
Sekilas wkwkwk ini gue buat mungkin sekitar 4-3 Chapter doang wkwkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You
FantasyApi tidak selamanya panas Es Tidak selamanya dingin "Aku tau ada yang berbeda darinya aku bisa merasakannya aku ingin lebih dekat dengannya."-Park Jihoon "Kau akan pergi seperti yang sudah sudah, aku muak dengan segala sesuatu mengatas namakan ikata...