Entah sejak kapan, semuanya begitu cepat, Jihoon bahkan tidak ingat kapan dia melangkahkan kakinya menuju kamar yang tadi di tempatinya.
Tubuhnya tersentak pelan saat merasakan dengusan napas seseorang menyapu habis permukaan lehernya, hangat menjalar di sana membuatnya merinding dan bibirnya tanpa sadar terbuka meloloskan beberapa suara aneh yang membuat Jihoon tergelitik sendiri mendengarnya.
"Aahh~" lagi lagi suara laknat itu mengalun dari bibirnya, Jihoon tidak tau tau apa yang terjadi pada tubuhnya, dia hanya pasrah saja saat Jinyoung menggiringnya agar berbaring di atas kasur King size itu dengan lembut.
Suasana kamar yamg temaram, hanya sebuah lampu tidur di atas nakas kecil tepat di samping ranjang yang menyala, cahaya Bulan masuk melalui jendela dengan tirai-tirai kelambu putih polos, hawa panas yang Jinyoung keluarkan dari tubuhnya membuat sang pengendali air terakhir terbawa suasana erotis itu.
Ini gila
Sungguh gila
Bahkan mereka baru berbicara beberapa kali, dan lihat apa yang mereka lakukan sekarang? Benar-benar gila! Cepat bangun dan hentikan kegilaan ini! Sejak tadi otak Jihoon menyuarakan isinya namun tubuh dan pikirannya tak lagi sejalan.
Otaknya berteriak keras agar menolak, namun apa daya, Jinyoung benar-benar pandai membuat Jihoon terbuai, bahkan ini baru kecupan-kecupan ringan belum masuk pada intinya.
Lama-kelamaan tubuh Jihoon semakin panas, kecupan dan jilatan di leher mulusnya semakin gencar menimbulkan suara-suara kecipan saat Jinyoung menikmati tubuh Jihoon. Tanda kemerahan terlkis Indah di sana.
Pemuda api itu tidak pernah melakukan ini sebelumnya, jangankan melakukan ini, memeluk lawan jenisnya saja dia ragu dan kaku, lalu sekarang? Dari mana dia dapat pengetahuan tentang membuat seseorang terbaring pasrah di bawahnya meminta di sentuh? Ohh terimakasih Dewa, apa ini yang di maksud dengan insting alamiah? Karena percaya atau tidak Jinyoung sama sekali belum pernah merasakan menginginkan seseorang sebesar ini, belum pernah sekalipun dalam hidupnya. Dan semua berubah setelah Mate nya itu datang, mengubah diri Jinyoung dalam beberapa jam saja, hebat sekali, beri tepuk tangan untuk Jihoon.
Dengan lincah Jinyoung melepas baju kaos Jihoon, pemuda api itu berada di atas Jihoon, mengukung tubuh mungil Jihoon dengan kedua lutut yang menjadi penopang, tidak benar-benar menindih si mungil, dia tidak ingin menyakiti si mungil di penyatuan pertama mereka.
Mata si mungil menatap sayu, Indah sekali, bagaimana keringat membasahi pelipis Jihoon membuat beberapa anak-anak rambut Jihoon melekat di sana, dadanya yang putih naik turun tak beraturan mengais napas, bibirnya yang basah dan terlihat mengkilat akibat salivahnya terbuka sedikit mengeluarkan hembusan napas hangat. Cahaya kekuningan dari lampu tidur menjadi pelengkapnya.
Begitu sempurna, betapa Jinyoung memuja segalanya dia jatuh Cinta untuk pertama kalinya dan langsung terperosok jauh dalam pesona Jihoon.
Jihoon yang di pandangi seperti itu mengakhiri kontak matanya dengan pemuda bermanik merah itu, dia malu sekali, tak pernah seseorang terlebih lagi laki-laki menatap tubuhnya dengan penuh puja dan dambaan, dia menutup mulutnya sendiri menggunakan punggung tangannya mencegah suara memalukan keluar dari sana.
Jinyoung tersenyum lembut, lalu menunduk membuat kedua sikunya ikut mendaki penopang tubuhnya pada kasur, agar tidak menindih si mungil dan membuatnya tak nyaman.
Dia mengendus pelan di atas permukaan kulit pemuda Park itu, Jihoon terkejut dengan sensasi asing yang datang, lebih terkejut lagi saat merasakan lidah panas Jinyoung mulai menjalar di kulit dadanya, perlahan dan lembut, membuat Jihoon harus memejamkan matanya erat saat kenikmatan itu menyerangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You
FantasyApi tidak selamanya panas Es Tidak selamanya dingin "Aku tau ada yang berbeda darinya aku bisa merasakannya aku ingin lebih dekat dengannya."-Park Jihoon "Kau akan pergi seperti yang sudah sudah, aku muak dengan segala sesuatu mengatas namakan ikata...