Normal Job

484 76 8
                                    

*Rosella Bieber*

Hampir selama 15 menit aku memandangi wajah seseorang yang tengah tidur disampingku. Meskipun sudah ribuan atau jutaan kali aku memandangi wajahnya, tetapi setiap lekukan dan pahatan diwajahnya tidak akan pernah membuatku bosan. Tiap inchi dari tubuhnya adalah sebuah masterpiece. Rambut cokelat emasnya, kedua mata hazelnya, hidung mancungnya dan bibir pink lembutnya, atau juga tattoo salib kecil yang berada dibawah matanya. Semuanya terlihat sempurna.

Aku baru menyadari sudah sejauh apa hubungan kita selama ini, hampir selama 7 tahun kita bersama mulai dari pertemuan kita yang tidak biasa di Los Angeles sampai saat ini, hidup sebagai sepasang suami istri di Kanada. Tak akan cukup aku berterimakasih kepada Tuhan karena telah mempertemukanku denganmu dimalam aku nyaris terbunuh.

"sayang, ayo bangun" desisku sembari menggoyangkan lengan Justin disampingku. Dia masih tertidur pulas dengan tampannya, tetapi sepertinya dia masih kelelahan setelah kemarin membereskan beberapa barang seperti kabinet, sofa, meja dan lain-lain untuk ditata. Tetapi aku pikir dia juga kelelahan untuk hal 'lain'nya.

"Justin, ayo" ujarku. Tetapi lagi-lagi aku tak dihiraukannya, padahal hari ini adalah hari pertamanya bekerja. Dia telah mendapatkan bantuan dari Fredo untuk mendapatkan pekerjaan ini, entah sebagai apa tetapi Justin akan bekerja di bandara.

Aku pun semakin mendekat kearahnya, lalu menggelitikinya tepat dibagian dibawah ketiaknya, dan Justin pun tidak dapat mengelak dari seranganku. Dia tertawa pelan sambil menggeliat kegelian disampingku.

"rgh Rose, you turn me on" ucapnya dengan suaranya yang serak.

"damn" ujarku tak tahu harus membalas perkataannya dengan apa selain dengan tertawa. Bagaimana Justin dapat horny? Padahal aku menggelitikinya, bukan menciuminya, dasar. Kulihat sekali lagi Justin masih belum siap untuk bangun, sehingga aku tinggalkan saja dia terlebih dahulu untuk memasakkannya sarapan didapur.

Aku akan membuatkannya bacon dengan telur dan juga salad. Tak lupa juga kusiapkan minuman favoritnya yakni jus jeruk dingin. Setelah selesai memasak, kudengar derap langkah kaki Justin menuruni tangga, dan disanalah dia, berdiri dengan telanjang dada dan wajah yang menggemaskan. Aku pikir dia terlihat lucu saat mengantuk.

"akhirnya kau bangun" guyonku yang disambut dengan senyuman kecil dari wajahnya.

"baunya sangat enak, baby"

"mandi dulu sana" perintahku sembari memberinya sebuah pukulan kecil di pantatnya sehingga Justin merasa annoying dengan sikapku.

"aww" rintihnya seolah-olah kesakitan. Dan aku hanya dapat tertawa melihatnya. Kehidupanku bersama Justin rasanya tidak pernah sebahagia ini, Kanada telah membawa perubahan untuk kita berdua. Jauh dari dunia gelap Justin di Los Angeles.

Kulihat jam yang tergantung di dinding, jarum jam sudah menunjukkan pukul 7 lebih 20 menit. Ini berarti Justin sudah berada di kamar mandi selama 20 menit dan dia belum kembali. Saat aku hampir menyusulnya ke atas, tiba-tiba derap langkah kaki terdengar kembali. Perlahan kulihat penampilan Justin dari atas hingga bawah, dengan kemeja bewarna navy dan celana panjang hitam, Justin telihat sangat tampan.

"wow" ujarku terpana.

"apa aku tidak pantas memakai ini?" tanyanya dengan nada yang khawatir.

"kau terlihat sangat tampan, Just" pujiku sembari merapikan kemeja Justin.

"benarkah?"

"kau adalah suami paling tampan didunia" gombalku yang membuat Justin tidak dapat menahan tawanya.

"Tetapi aku lebih suka memakai kaos, celana ripped jeans, jaket denim seperti dulu"

Aku hanya tersenyum mendengarnya, ini pertama kalinya Justin bekerja seperti orang normal dan aku sangat menghargainya untuk berusaha sejauh ini. Jadi aku akan selalu mendukungnya dan memberikan sebuah kecupan kecil dibibir pinknya tersebut.

"kau bisa memakai seragam bad boy mu itu nanti dan membuatku jatuh cinta lagi seperti dulu" bisikku ditelinganya.

"I love you, Rose"

"Love you too"

Justin pun memberiku sebuah ciuman dibibir dengan lembut sebelum akhirnya kita berdua menikmati sarapan yang telah aku buat. Dengan lahap Justin menyantapnya, dia tidak pernah mengeluh dengan apa yang aku masakan, meskipun terkadang terlalu asin atau kurang asin, Justin tetap saja memuji masakanku.

"Ini seperti masakan chef terkenal" ujarnya lagi.

Tapi aku justru tertawa kecil mendengarnya karena dia terlihat begitu bersemangat memakan hasil masakanku pagi ini.

Tapi aku justru tertawa kecil mendengarnya karena dia terlihat begitu bersemangat memakan hasil masakanku pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku tahu, tapi pelan-pelan makannya, honey" pintaku.

"Kau mau aku melakukannya secara despacito, baby?" Godanya.




despacito means pelan ya and sorry for penutup yg freak wkwk

BUT IDC cus despacito and 2U are my jam!

Purpose [Extra]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang