Drew Bieber

503 67 8
                                    

*Justin Bieber*

Aku masih menghirup udara dengan aroma rumah sakit yang menyesakkan. Kulihat jam tanganku menunjukkan pukul 12 malam dan Rose masih belum sadar juga dari pingsannya. Saat Rose menutup kedua matanya, aku pun menjadi panik seketika. Aku marah kepada dokter Grey dan setiap suster yang membantunya. Aku hanya ingin Roseku kembali.

Suster menyuruhku untuk tetap tenang saat dokter Grey memasang selang bantuan pernafasan pada istriku dan beberapa menit kemudian saat kudengar detak jantung Rose mulai stabil di layar monitor, aku rasa saat itulah aku mulai bisa ditenangkan. Meskipun tangisanku masih sesenggukan tetapi ada sedikit rasa lega disana.

"ada yang mencari anda, Tuan" ujar seseorang suster kepadaku. Membuatku langsung berdiri dari sofa bewarna cokelat ini. Rose telah dipindahkan ke ruangan perawatan setelah tadi berada di ruang persalinan.

Saat aku membuka pintu tersebut, kulihat seorang sahabatku berdiri dengan 2 buah cup kopi panas ditangannya.

"Harry?" tanyaku masih dengan suara yang serak.

"ini, kau pasti mengantuk dan lelah" ujarnya sembari memberiku kopi dari tangan kirinya.

"tidak juga" balasku.

"bagaimana? Laki atau perempuan?" tanyanya dengan nada yang gembira, dia terlihat begitu semangat sekali. Harry pernah bilang padaku jika dia tidak sabar untuk dipanggil paman oleh anakku.

Aku ajak saja Harry ke dalam dan melihat anakku tertidur diatas tempat tidur bayi yang diletakkan tepat disamping ranjang Rose. Anakku yang kecil terbalut oleh selimut biru yang hangat dan tebal, membuatnya tampak semakin mungil.

"oh boy!" serunya sedikit keras saat menyadari anakku adalah laki-laki. Dia melihatnya dengan intens lalu dia tersenyum dan menyentuh pipi anakku yang bahkan belum diberi nama.

"Rose, apa dia baik-baik saja?" tanya Harry dengan nada khawatir karena melihat Rose terbaring diatas tempat tidur dengan lemahnya. Tetapi aku masih terdiam belum menjawabnya.

"Dia-," aku menghirup nafasku dulu sebelum melanjutkan perkataanku lagi. "dia baik-baik saja, dia kelelahan tadi sehingga dia jatuh pingsan"

"apa?"

"dia berusaha sangat keras saat proses melahirkan, aku benar-benar tidak tega melihatnya" jawabku dan memori beberapa jam lalu terputar lagi diotakku.

Harry terdiam dan aku pun menyeruput kopi panas dari cup tersebut dengan pelan. Menikmati setiap tegukan untuk menjalar ke seluruh tubuhku dan menghantarkan zat kafein untuk membuka pembuluh darahku. Baru beberapa menit saja, rasanya tubuhku sudah kembali bersemangat.

"Baiklah, semoga dia baik-baik saja" ujar Harry setelah mengambil jeda yang lama. Dia merangkul pundakku dan aku pun tersenyum kepadanya.

"kau telah banyak berubah" aku langsung menyipitkan kedua mataku saat Harry mengucapkan kalimat tersebut.

"what do you mean?" tanyaku tidak mengerti.

"lihatlah, kau telah menikah dan sekarang kau memiliki seorang anak. Ini begitu gila," ujarnya dengan semangat. "apa kau masih ingat saat kau dan Rose seperti 2 orang remaja yang cinta mati satu sama lain? Kau begitu menggilai dirinya dan Rose juga begitu memujamu"

Harry terkekeh membuatku juga terkekeh pelan, apa yang dikatakan Harry memanglah benar, "time flies so fast, right?"

Harry mengangguk dan saat itu kudengar sebuah rintihan kecil keluar dari mulut Rose, sontak aku pun langsung mengecek keadaannya dengan perasaan harap-harap cemas. Perlahan jari-jemari tangannya bergerak dan kedua kelopak matanya mulai terbuka.

Purpose [Extra]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang