Baru saja awal masuk sekolah di semester ini, pelajaran pertama sudah membosankan, yaitu sejarah. Beruntung untukku karena guru mata pelajaran itu tidak masuk dengan alasan rapat, jadi seisi kelasku bisa bersenang-senang tanpa beban. Ditambah lagi, aku bisa bersenda gurau dengan Rin, hanya berdua saja. Kami menceritakan hal-hal menarik saat pertama kali aku mengajaknya berkencan di kepadatan jadwal mengurus stand. Hahaha! Masa lalu yang menyenangkan.
"Lalu, lalu, ne, Len...!" keantusiasan Rin yang bisa kukatakan imut itu membuatku tersenyum. Aku nerasa kehilangan roh jika berurusan dengannya.
"Ne, Len! Kau dengar, tidak?"
Well, aku merasakan ada kaca yang pecah di hadapanku. Ternyata, itu hanya bayanganku tentang Rin yang hancur berkeping-keping karena pertanyaannya. Ya, bisa dibilang itu adalah teguran bagiku. Entah mengapa, aku lupa diri jika bersama Rin. Aku merasa tidak tahan ingin terus bersama dengannya.
"I-iya, Rin. Aku dengar, kok" jawabku dengan senyum kikuk
"Tapi kau seperti tidak memperhatikanku, melainkan berpikir tentang hal lain" ujarnya mengintimidasiku
"Wow, Rin. Ternyata kau bisa juga bersikap sadis terhadapku" aku mencoba untuk menggodanya
Wajah Rin memerah seketika. Skakmat! "A-aku tidak bermaksud---"
"Jika aku berkata 'aku berpikir tak lain selain dirimu', apa kau akan memarahiku?"
Rin semakin bersemu. "Te-tentu saja, baka Len! K-kau tidak memerhatikanku tapi asyik memikirkanku. Itu, kan, salah!"
Aku tertawa mendengarnya. Kudekatkan wajahku ke wajahnya, membuat jarak kami hanya tinggal satu senti lagi. Dengan tatapan nakal, aku berkata. "Kau sangat manis, Rin. Aku sampai tidak tahan ingin menggerayangimu"
Aku membuat jarak antara kami hilang dengan menempelkan bibirku ke bibir milik Rin. Bibirnya kurasakan seperti permen jeruk, asam bercampur manis. Tentu saja manis itu milik Rin seorang. Aku melumat dengan perlahan rasa ambis-asam seperti sedang melumat permen. Aku mulai bergulat lidah dengannya. Karena Rin sudah kehabisan oksigen, bisa dilihat dia mendorongku perlahan, aku melepas bibirnya. Seutas salivalah yang menjadi penghubung kedua lidah kami.
"Hah... Hah... Hah... Len... kau.. sangat.. agresif..." ucap Rin di tengah napas terputus-putusnya
Aku tersenyum. "Ini pertama kalinya kau berkata---"
"Kagami-san sangat agresif, ne~" perkataanku terpotong oleh suara seseorang
Aku dan Rin mengalihkan perhatian kepada si empunya suara. Betapa menyebalkannya mengetahui siapa yang tidak memiliki sopan santun menyela pembicaraanku. "Yahoo, Rin-chan~"
"Apa maumu?" tanyaku sembari menahan emosi sebisa mungkin
"Rin-chan~ Ayo kita keluar, mumpung tidak ada guru~" ajak si kepala tosca itu
"Aku bertanya padamu, br*ngs*k"
"Oya? Kagami-san, kau mengajakku bertengkar, ya?" tatapan merendahkan darinya ditujukan padaku
Aku membalas perkataannya dengan arogan. "Oh? Itu boleh saja, Hatsune Mikuo-san"
"Hentikan, Len" ujar Rin datar. "Tidak ada gunanya kau bertengkar dengan orang itu"
"Kau benar, Rin-chan~ Karena aku lebih kuat darinya, sudah pasti dia akan kalah, kan?" si tosca itu memberikan wink
Sudah cukup lama aku menahan emosiku. Kuayunkan tinjuku kearah wajah jeleknya, namun tanganku tertahan. Kedua netraku membulat sempurna melihat siapa yabg menahanku. "Rin!"
Tanpa menjawab seruanku, Rin maju mendekati pemuda itu. "Aku menghentikan Len bukan karena dia tidak sekuat dirimu. Aku menghentikannya karena aku tidak mau aku bertemu dengan ajalmu."
Sontak, rasa terkejutku semakin membesar karena perkataan Rin. "Rin! Apa yang kau---" Rin mengangkat tangannya, menghentikanku.
"Bukannya aku perhatian padamu. Hanya saja, aku tidak mau membiarkan tangan mulus Len terkena noda darahmu yang menjijikkan itu. Itu saja." lanjut Rin. Aku hanya bisa terpukau melihat kemajuannya dalam mendukungku dalam hal seperti ini.
Emosiku lerlahan mereda. Tanganku spontan merangkul Rin dan mataku menatap Mikuo itu sinis. "Kau sudah dengar, kan? Sebenarnya aku ingin sekali membuatmu menarik kembali perkataanmu, tapi apa boleh buat? Cinta Rin untukku tidak bisa lenyap"
KRIIING
"Ara~ Len, sudah waktunya istirahat. Keluar saja, yuk! Disini auranya tidak enak, menjijikkan" ucap Rin seraya menatap Mikuo itu sinis
"Rin-chan~ Bisakah aku bicara sebentar dengan kekasih khayalanmu ini?" tanya Mikuo, dimana kuberikan tatapan tajam.
"Ii yo" jawabku. "Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Bisa kita bicara empat mata di luar saja, Kagami-san?" tanyanya lagi
"Kalau kau mau bicara, bicara saja sekarang dan di depanku" tukas Rin
Mikuo itu menghela napas. "Nee, Kagami-san. Aku ingin menantangmu dalam memperebutkan Rin-chan. Bagaimana menurutmu?"
"Apa maksudmu!? Len, jangan terima---"
"Boleh saja" jawabku santai
"Chotto, Len! Apa yang kau pikirkan!?" protes Rin
Senyum hangat kepancarkan untuk Rin. "Tenang saja. Kita sudah ditakdirkan, tidak mungkin kita bisa dipisahkan"
"Baiklah kalian berdua. Bisa aku bicara?" si Mikuo itu bertanya
"Apa?" responku SPJ
"Tantangan ini akan terbagi menjadi tiga babak. Babak pertama akan dimulai dua hari lagi. Kalau kau bisa mengalahkanku, aku tidak akan mengganggu kalian lagi. Dan kalau aku yang mengalahkanmu, mau tidak mau kau harus menyerahkan Rin untukku. Tapi, jika kita seri, babaknya akan bertambah untuk menentukan siapa pemenangnya. Bagaimana? Cukup adil, bukan?" jelas Mikuo
"Tapi..." Rin angkat bicara. "Kalau aku mencium bau kecurangan, persetujuanmu denfan Len akan dibatalkan"
"As your wish, Rin-chan"
Aku tersenyum. "Kuterima tantanganmu, Hatsune Mikuo-san"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
- TBCLama kagak upload ≧∇≦ and akhirnya Ane bisa upload juga cerita Ane setelah sekian lama 😂
Maaf yaa untuk readers tercintaa
(╥﹏╥) Ane baru bisa upload cerita setelah melewati rintangan besar. Mulai dari terhapusnya konsep chapter 2 sampai wafatnya ponsel Ane. Maa~ setidaknya Ane masih lanjut buat cerita ~\(≧▽≦)/~Udah dulu yaa untuk malam ini, Ane ngantuk. Bye bye~
KAMU SEDANG MEMBACA
Yandere Mode..? More [✔️]
Mystery / ThrillerKejadian yang kembali terputar, pelaku yang berbeda, hal yang sama saja. Apa bedanya? Menuliskan berbagai rangkaian perlakuan seorang yandere terhadap korbannya. Tentu saja kali ini akan lebih dati yang sebelumnya dan lebih merincikan apa yang dilak...