Zio masih setia memandang wajah polosnya yang tertidur di sampingnya, Ajeng bergelung seperti bayi memeluk erat diri Zio. Senyum kecil Zio terbit melihat tingkah istrinya yang sangat menggemaskan. "Aku janji kita gak akan terus-terusan seperti ini, aku akan selesaiin semua kekacauan ini," gumam Zio lembut sambil mencium rambut hitam panjang Ajeng.
Mata Ajeng mengerjap-ngerjap lucu mungkin terganggu karena pergerakan kecil yang Zio timbulkan, "Morning sayang," sapa Zio ketika pandangan mata Ajeng tertuju kepadanya.
"Morning," balasnya.
"Morning kiss?" tagih Zio kepada Ajeng yang masih setia bergelung di dalam dekapannya. Tak perlu waktu lama bibir tipis yang begitu manis itu sudah menempel lembut di permukaan bibir Zio. Bibir yang selalu menjadi candu untuk Zio.
Cukup lama keduanya saling bertaut hingga Ajeng meronta ingin dilepaskan, mungkin dia sudah kehabisan napas. Zio mengeratkan pelukannya di pinggang ramping yang sekarang polos tersebut, masih enggan untuk melepasnya. "Mas ayo bangun ntar keburu subuhnya habis," Ajeng berusaha melepaskan pelukan erat Zio.
"Iya, aku mandi dulu," kebiasaan Zio memang mandi langsung, agar tak ada lagi waktu untuknya malas-malasan. Dia mencium kening istrinya itu seperti biasa, keluar dari dalam selimut dengan keadaan polos. Membuat istri cantiknya itu menjerit malu.
"Masssss" Zio hanya terkekeh geli sambil menyambar cepat boxernya yang tergeletak manis di lantai kamar.
Setelah menunaikan sholat subuh berjama'ah keduanya bersiap untuk berangkat ke kantor, turun ke lantai bawah dengan keadaan yang sama-sama sudah rapih dengan baju kantor. Zio memilih duduk di kursi meja makan sambil membaca koran pagi yang memang selalu menjadi rutinitasnya. "Mas kopinya," suguh Ajeng dengan kopi buatannya yang sangat Zio sukai.
Zio sudah tidak lagi memegang koran paginya namun, sudah beralih dengan tablet kerjanya. Zio sedang memeriksa jadwalnya hari ini, sepertinya jadwalnya hari ini tidak terlalu padat hanya beberapa berkas yang harus dia tanda tangani dan memimpin rapat bersama karyawan kantor.
Sesekali Zio melirik ke arah Ajeng yang sedang menata nasi goreng kampung buatannya di atas meja makan. "Makan dulu Mas, nanti lagi kerjanya," katanya begitu dia sudah duduk di samping kanan Zio yang sedang mengambilkan nasi goreng untuk suaminya itu. Zio letakkan tablet yang menjadi temannya tadi.
Masih Zio ingat betapa marahnya Ajeng ketika dia masih tetap pada pekerjaannya dan tidak menghiraukan dirinya yang sudah menyiapkan makanan untuk mereka, saat itu Zio sedang sibuk-sibuknya mengurusi pembukaan cabang di beberapa daerah.
"Jeng aku mau dibuatkan omelet ya untuk dibawa ke kantor," pinta Zio tiba-tiba entah kenapa dia hanya lagi ingin saja memakan omelet buatan Ajeng, sepertinya olahraga tadi malam membuat perutnya sangat lapar berkali-kali lipat. Setidaknya bisa untuk dirinya makan di sela pekerjaannya nanti.
"Bentar aku buatkan Mas," Ajeng memang seperti itu jika sudah menjadi ibu rumah tangga, dia tidak pernah protes ini itu dan melayani Zio dengan sangat baik. Lain halnya jika Ajeng sudah menjadi wanita karir, Ajeng akan sangat teliti, tegas, bahkan sangat bawel. Zio selalu merasa bahwa Ajeng memiliki jiwa pemimpin yang kuat. Inginnya Zio meminta Ajeng menjadi salah satu deretan petinggi perusahaan tetapi, dia tahu Ajeng pasti akan menolak mentah-mentah tawarannya. Istrinya itu memang sangat mandiri dan sederhana.
"Ini mas omeletnya," Ajeng meletakkan kotak makan tingkat dua yang Zio yakin isinya omelet dan nasi untuk dibawa ke kantor, tak apalah sekali-kali menjadi anak TK.
"Yasudah ayo berangkat," ajak Zio kepada Ajeng yang langsung dianggukinya, Ajeng mengganti sandal rumahnya dengan high heels berwarna merah maroon yang senada dengan rok dan blazer yang dikenakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret (Dreame)
Chick-LitZio Indra Aditama dan Ajeng Rahma adalah sepasang suami istri yang harus menyembunyikan status mereka saat dikantor. Ajeng yang merupakan staf keuangan perusahan Star Group yang dipimpin suaminya Zio harus melewati masa-masa kejengkelan karena gosip...