THIRD

840 60 155
                                    


TIGA :

Cinta itu,
bukan tentang apa yang aku rasakan untukmu;
Bukan pula tentang apa yang kamu rasakan untukku ;
Cinta yang aku inginkan adalah rasa yang sama yang dimiliki antara kamu dan aku.

****

"Hay!"

Chinta menoleh saat merasakan pundaknya di tepuk dari belakang.

Begitu menoleh dia yang saat ini sedang mengunyah bakso di dalam mulutnya kontan langsung tersedak.

"Uhuk uhuk uhuk!"

"Astaga! Sorry sorry sorry," Kata Darka sambil meraih air minum dan langsung menyodorkannya kearah Chinta yang langsung di teguk habis.

Sementara tangan Darka sendiri tampak mengusap-usap punggung Chinta.

"Lo, niat ngebunuh gue ya?!" tuduh Chinta langsung.

"Gue niat nyapa doang, lo nya aja yang kagetnya lebay," balas Darka sambil duduk di hadapan Chinta tanpa permisi sama sekali.

Chinta tidak membalas. Tangan nya sendiri meraih tisu, mengelap bibirnya yang basah. Matanya yang sipit makin menyipit saat melirik Darka dengan tatapan mencibir.

"Oh, ya! gue boleh ikutan gabung kan?" tanya Darka mengalihkan pembicaraan.

"Kalau seandainya gue bilang, enggak. Lo tetep duduk di situ, kan?" Chinta balik bertanya.

"Ya, jelaslah!" Balas Darka cepat, membuat Chinta lagi-lagi mencibir kearahnya.

"Ngomong-ngomong, kenapa sih, lo judes banget jadi cewek?" tanya Darka.

Sejenak Chinta menarik napas. Menghentikan aktifitasnya menikmati semangkuk bakso yang ada di hadapannya. Menatap lurus kearah Darka yang berdasarkan kabar yang dia peroleh terkenal sebagai Playboy cap kadal, menurutnya.

"Gue nggak judes kok," balas Chinta, dan sebelum Darka sempat membantah dia sudah terlebih dahulu menambahkan "Kecuali sama lo."

"Kenapa?"

"Yaudah jelas. Karena lo itu Playboy," Sahut Chinta penuh penekanan. Membuat Darka kembali diam tak berkutik.

"Berbicara soal playboy. Lo duduk disini bukan buat ngerayu gue, kan?" tanya Chinta kembali melanjutkan aktifitasnya menikmati makanannya.

"Sebenarnya, emang itu niat gue," aku Darka santai.

"Uhuk uhuk uhuk!"

Ucapan Darka barusan kontan membuat Chinta kembali tersedak.

Bahkan kali ini kondisinya lebih parah. Air yang ada di hadapanya sudah lenyap tidak bersisa.

Membuat Darka dengan kalang kabut langsung bangkit berdiri.

Dan beberapa saat kemudian muncul dengan sebotol air mineral di tangannya, yang tanpa permisi langsung di teguk oleh Chinta.

Begitu batuknya mereda. Chinta terdiam. Matanya menatap kearah mangkuk bakso yang ada di hadapannya yang hanya tersisa setengah. Mendadak merasa horror, makanan itu bisa saja membunuhnya. Dan begitu dia menoleh, matanya langsung bertatapan dengan wajah Darka yang jelas-jelas menatapnya khawatir.

TBC (Taruhan Berujung Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang