Pech.

514 50 4
                                    

Rasa anyir bercampur besi karat darah masih terasa di lidahnya, tak peduli sudah berapa kali ia berkumur sampai baju bagian depannya kuyup. Eren menggeram kesal sambil melanjutkan menggosok wastafel di toilet bau pesing ini.

Hanji menyerahkan Jean dan Eren pada bawahannya, Moblit, si Sersan Mayor. Keduanya diberi peringatan pertama untuk tidak mengulangi, dan langsung menjalankan hukuman jadi tukang bersih-bersih selama seminggu. Oh, dan jatah makan mereka adalah sisa makanan dapur. Itu pun kalau ada yang tersisa dari prajurit-prajurit kelaparan di barak.

Dan disinilah Eren. Kamar mandi ketiga setelah ia menjalankan hukumannya sejak tadi.

Dua orang masuk ke toilet. Eren hanya melirik sekilas, lanjut membersihkan toilet berdiri.

"Hoek." Eren mual ingin muntah ketika bau pesing yang kuat menjumpai indera penciumannya. Serius. Memangnya petugas kebersihan tidak pernah membersihkan area ini, sampai-sampai sekotor ini?

"Kurasa para dokter bedah harus lembur beberapa hari ini."

"Mereka harus memastikan prajurit terkuat harus bisa tetap hidup."

"Apa gunanya hidup jika ia tidak bisa berperang lagi? Kudengar dia tidak pintar. Tidak bisa jadi pengatur strategi. Berbeda dengan Letnan Jendral Erwin."

Eren diam-diam menyimak.

"Kau benar. Yang berguna darinya hanya kekuatan fisiknya. Ah, tapi ia tumbang juga."

"Hah, siapa yang sangka kalau negara kawan malah menjadi lawan? Pasukan kita dikepung. Pengkhianat!"

Eren selesai membersihkan salah satu toilet. Satu dari mereka maju untuk mengencingi toilet yang sudah bersih itu.

"Hey!"

"Apa, nak? Jangan dekat-dekat, nanti kena kau. Bahahahaha!"

"Sialan!"

Eren gemas ingin menghajar. Tapi dilihat dari situasi, tak sepersen pun ia akan menang.

"Hey, cepat bersih-bersihnya, aku juga ingin buang air kecil!"

Jadi, mereka sengaja daritadi hanya berdiri di belakangnya untuk menunggu Eren membersihkan toilet?

Tahan emosimu. Diam. Dan nikmati hukumanmu, Eren Jaeger.

Eren terus melafalkan kalimat itu dalam hati. Walau rasanya ingin meledak karena menahan emosi dan mual karena bau pesing.

.

.

.

Keluar dari toilet, badannya lemas. Jam makan malam sudah lewat. Eren mau mampir ke dapur setelah ini untuk memeriksa apakah masih ada sisa makanan atau tidak. Walaupun ia sangsi.

Eren hampir lupa kalau ia memiliki teman bak malaikat tak bersayap saat ia sedang merutuki nasib sialnya.

Armin Artlet, pemuda pirang itu menyambut Eren di depan pintu dapur dengan sumringah walau ada guratan khawatir di wajahnya.

"Armin! Kau memang selalu bisa diandalkan!" Eren melahap rakus balok makanan yang mengklaim memiliki protein tinggi untuk para prajurit, namun meringis kemudian karena ujung bibirnya sobek, tapi lanjut makan rakus kemudian. Masokis.

"Maaf, Eren, hanya ini yang bisa kudapatkan."

Eren menggeleng kuat.

"Wwini wwuwah weiih waii wukhubb."

"Pelan saja, Eren."

Sementara mulut Eren sibuk mengunyah, mulut Armin sibuk berceloteh tentang kabar terbaru.

"Kudengar Mayor Hanji yang akan menggantikan Letnan Jendral Erwin. Kesepakatan itu dibuat secara tergesa melihat keadaan darurat kita."

Eren manggut-manggut.

"Dan bangsal rumah sakit kewalahan merawat prajurit terluka. Sebagian besar dokter diutus untuk menangani operasi untuk Sang Prajurit Terkuat."

"Oh, ya, aku juga dengar hal itu."

"Dan, Mikasa mencarimu sejak tadi."

Eren terdiam, namun raut wajahnya masam.

Mikasa, gadis perawakan asia itu saudari tiri Eren. Meski parasnya ayu dan lembut, dia lebih garang dari Eren. Dilirik banyak petinggi militer karena kemampuannya dibilang mirip dengan Sang Prajurit Terkuat.

"Dia mengkhawatirkanmu, Eren."

"Seharusnya tidak! Aku bukan bocah dan dia harus berhenti memperlakukan ku seperti bocah!"

"Hooo? Kata-katamu cukup tinggi untuk orang yang babak belur akibat catfight tadi siang~"

Eren dan Armin terlonjak. Iris mata keduanya membulat begitu menyadari kalau Hanji Zoe lah yang ikut nimbrung di pembicaraan mereka.

"Mayor Hanji– ma-maksudku, Letnan Jendral Hanji!" Armin gagap menyapa sang atasan.

"Ah, gosip cepat sekali menyebar. Nakal kau, prajurit muda, sukanya bergosip." Hanji cekikikan.

"Ma-maafkan aku. Aku tidak ber–"

"Oh, oke, cukup. Aku ingin tahu, kalian sibuk tidak?"

Kedua darah muda itu saling tatap sebelum menggeleng.

"Oh, beruntung sekali. Kalian benar-benar beruntung."

Hanji menarik lengan keduanya, menyeret dua bocah kerempeng dengan paksa.

"A-anu, apakah kami akan dihukum?"

Eren terkesiap. Yang benar saja. Dia baru selesai menjalankan hukumannya hari ini, dan akan dihukum lagi karena bergosip?

"Ah, jahat kalau kau menganggap ini sebuah hukuman. Jangan merengek, kalian sendiri kan yang bilang kalian tidak sibuk."

Eren dan Armin bungkam. Pasrah ditarik entah kemana.

Eren masih merutuki nasib sialnya hari ini.

Love That Is Worth ForTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang