N'est-ce pas?

865 76 2
                                    

Berita kegagalan Pasukan Pengintai beredar luas begitu cepat, bak wabah virus penyakit. Laporan lebih dari dua ratus tentara yang gugur dalam peperangan lima hari lima malam itu membuat semangat tentara di barak gentar, terutama para prajurit muda. Keberanian mereka seakan runtuh mendengar berita Komandan terhebat mereka termasuk dalam daftar prajurit yang gugur.

"Hey, apa mereka tak salah mengidentifikasi jenazah? Maksudku, bukankah dia Komandan Erwin Smith?"

"Bodoh, kau pikir dia dewa? Dia juga manusia yang bisa ditembus peluru."

Suasana diantara para prajurit muda itu makin diluputi rasa gelisah. Jika peperangan diibaratkan papan catur, Erwin Smith dikenal sebagai penggerak bidaknya. Taktiknya untuk membuat bidak lawan masuk ke dalam perangkapnya terkenal seantero Eropa. Berita tentang si penggerak bidak ini lumpuh karena dua butir peluru tentu menggentarkan para prajurit. Sehebat apapun juga, Erwin Smith hanya manusia biasa.

Seorang pemuda berambut brunette mendecak kesal. Berada diantara rasa bimbang, gelisah, dan takut, ia jadi ingin meledak.

"Letnan Mike Zacharius juga masuk dalam daftar prajurit yang gugur. Bukankah ini buruk? Kita seperti kehilangan dua kartu trump sekaligus! Pada akhirnya kita akan kalah," ujarnya keras. Perhatian seluruh prajurit muda itu kini terarah ke arahnya.

"Jean, tenangkan dirimu..."

"Tutup mulut, Marco! Apa menurutmu dengan jumlah prajurit yang tersisa dan pemuda ingusan seperti kita bisa memenangkan perang? Omong kosong! Pada akhirnya perjuangan kita sampai disini sia-sia!"

"Jean, pelankan suaramu..."

"Oi, Springer, jangan sok berani. Kau juga takut kan? Kau tahu kalau kita ke medan perang nanti, kematian kita hanya sia-sia."

Pemuda berkepala plontos itu terdiam, tak ada argumen valid untuk membalas Jean.

"Hah. Omong kosong dengan kemenangan, aku pergi dari sini. Aku sarankan kalian juga jangan sok berani, jangan mau mati sia-sia di-agh!"

Kumpulan prajurit muda itu terpekik tanpa suara, menyaksikan Si Mulut Besar itu terdorong sampai jatuh ke tanah. Ada sesuatu yang melayang dari mulut Jean saat bogem mentah itu mengenai rahang kirinya.

"Oh, sial, itu gigi grahamnya..." ujar salah satu dari mereka.

Perhatian mereka kini terpusat pada pemuda kurus dengan wajah khas Turki. Mata emeraldnya menunjukkan emosi penuh sambil menatap Jean yang masih tersungkur di tanah sambil merintih kesakitan.

"Dengar, pengecut, kau boleh lari ke dalam kandangmu dan seumur hidup jadi pecundang. Tapi, jangan mengajak orang lain untuk menjadi pengecut sepertimu!"

Jean mendesis, rahangnya terasa nyeri, tapi ia terlalu emosi dan ingin membalas makian itu.

"Brengsek kau, Jaeger! Kau masih dalam prinsip konyolmu itu? Tak semua orang rela mati sepertimu! Kami punya keluarga yang khawatir dengan nasib kami, tidak sepertimu yang tidak punya orang tua!"

Sorakan terdengar diantara para prajurit muda itu kala Eren kembali melayangkan bogem mentah ke wajah Jean. Tangan Jean begitu cepat dan meraih pundak Eren, menjatuhkannya ke tanah. Soal kekuatan, Jean lebih unggul.

"Brengsek!" Jean memaki sambil menghajar Eren membabi-buta. Beberapa orang mencoba melerai, tapi ditahan oleh mereka yang ingin melihat kelanjutan perkelahian. Saling bertaruh siapa yang akan menang.

Tapi sorakan itu berhenti kala sebuah tangan terulur dan menarik surai brunette Jean keatas, membuat empunya mau tak mau tertarik ke atas sambil mengaduh kesakitan. Eren, meski babak belur, mendapat perlakuan yang sama dengan Jean. Surai cokelatnya ditarik begitu kuat ke atas, ia yakin beberapa helai pasti rontok.

"Nah~ lihat, ada dua begundal kecil yang membuat kekacauan di tengah kekacauan."

"Mayor Hanji Zoe..."

Kerumunan itu menjadi sunyi. Sosok jangkung yang dipanggil Mayor itu mencengkram kedua surai yang ada di tangannya itu makin kuat. Senyum yang tercetak di wajahnya tak membuat hati Eren maupun Jean merasa nyaman.

"Nekat juga kalian berkelahi secara terbuka begini. Kita dengar Komandan Nile Dawk punya hukuman keji apa untuk kalian, prajurit mungil."

Love That Is Worth ForTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang