Chapter 5

937 50 7
                                    





"Naisha." Suara menggema keseluruh ruangan.

Aku hanya bingung dan terdiam di tempat duduk.

"Naisha, tolong maju kedepan."salah satu suara petinggi di ruangan itu.
Akupun melangkahkan kaki kecilku mendekati para petinggi yang duduk rapi disana.

Banyak mata yang mengarah padaku,aku hanya menundukkan pandanganku.
Sampainya aku dihadapan mereka. Aku hanya diam membisu. Hingga sebuah suara tedengar jelas.

"Naisha, dari keluarga Waradana berumur 7 tahun bla..bla..bla..."ucap salah seorang petinggi membacakan identitasku.

"bagaimana kau mengenai inti?."tanya to the point oleh petinggi manik hitam.

"a..ak..u tak tau"jawabku terbata-bata.
"sihir apa yang kau gunakan?"tanya petinggi rambut putih.

"a..ku tak tau."dengan nada masih sama.

"apa kau pernah pernah menggunakan sihirmu sebelumnya?."tanya petinggi berbaju putih.

"tidak,ini pertama kalinya"ucapku dengan keringat dingin yang mulaii mengalir di keningku.

"apa yang kau pikirkan sebelum menyerang?."tanya petinggi berbaju hijau tua penasaran.

"emmbb..saya...." akupun menjelaskan kronologi dari kejadian kemarin. Dan menceritakan apapun yang aku katakan sebelum melepas panah cahaya milikku.

Para petinggi terlihat saling berpandang. Akupun hanya terpaku disana seperti obat nyamuk saja.
'aku harap setelah ini aku tak mati kaku disini'batinku.

"Para hadirin semua,aku mengumumkan bahwa Naisha akan diajarkan layaknya anak-anak yang diasramakan untuk menjaga ,melindungi negeri dan para rakyat"ucap petinggi manik hitam.
Ucapan yang dilontarkannya membuat aku kaget bukan main.

"emb..baiklah. kamu boleh duduk kembali."ucap petinggi berbaju hijau tua mempersilahkan aku untuk duduk kembali.

'huft...akhirnya selamet, eh...ralat selamat dari tatapan memburu mereka,kataku masih dalam batin.
Akupun melangkah pergi dari depan para petinggi. Melangkah menuju ke tempat dudukku.

'tapi tunggu!kenapa aku tak di test seperty anak lain yang akan diasramakan?'tanyaku dalam batin.
Tak lama rapatpun selesai.
Yeeeeee....

AUTHOR POV**

Naisha menghampiri kedua orang tuanya. Kini Naisha berada di pelukan ibu tercintanya.

"ehhheeeem.." suara deheman mengganggu suasana tenang.

"Naisha, kau pergi main dulu ya!ibu dan ayah ada urusan."ucap ibunya sembari mengelus ujung kepala Naisha.

Naisha menganggukkan pelan kepalanya,dan langsung berlari pergi menjahui ke-3 orang disana.

"apakah anda juga akan mengambil putri kami Maha Guru?"menatap sendu.

"ia mempunyai hal yang berbeda."ucap Maha Guru dengan tenangnya.

"kau selalu mengatakan itu" isak tangis mulai terdengar dari mulut ibu Naisha.

"ia harus melindungi,menjaga negeri dan para rakyat. Apakah kalian tidak bangga jika ia terpilih?"

"tapi rasanya kebahagiaan kami selalu kau rengut dari kami."tubuh ibu Naisha lemas namun ditopang oleh ayah agar tak jatuh ke lantai.

"sudahlah,bu."ucap si ayah mencoba menenangkan ibu.

"lahirnya cahaya murni bawa kekuatan memurnikan kegelapan" tutur Maha Guru.

Mereka terus bertukar kata,tak peduli dengan mata si ibu yang lebam oleh air mata yng terus ia teteskan. Sampai kedua orang tua Naisha kalah untuk mempertahankannya. Karena Maha Guru akan tetap membawa Naisha untuk belajar ilmu lebih.
Kedua orang tua Naisha keluar dari ruangan. Terlihat Naisha yng sedang menunggu langsung menghampiri mereka, ketika sadar kalu ayah ibunya tlah keluar dari ruangan.

Ksatria [Paused]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang