Chapter 10

1.1K 54 21
                                    

Aku terus berlari, berharap bahwa orang tuaku menjengukku. Berlari dan berlari tanpa peduli dengan orang yang ada disekitarku.

Duk

Brukk

"aww.. "

akupun langsung mendongakkan kepalaku. Terlihat dinetraku sosok pria bermanik coklat menatapku khawatir.
Akupun dengan sigap langsung berdiri, dan membunggukkan badanku.

"maafkan aku"ucap pria bermanik coklat itu.

"ah... Iya aku juga minta maaf. Karna aku tadi berlari-lari"ungkapku.

"iya"

"apakah kau tau Guru Yash ada dimana? "tanyaku langsung pada pria bermanik coklat itu.

"Guru Yash?  tadi aku lihat, dia ada di halaman depan"jawabnya.

"oh... baiklah, terimakasih. Aku pergi dulu"ucapku langsung berlari meninggalkannya.

Author PoV**

Naisha berlari menuju halaman depan.
Pria bermanik coklat itu hanya menatap kepergian gadis yang ia tabrak tadi menghilang di balik dinding-dinding ruangan.

Tap...

Tap...

Tap...

Naisha terus saja berlari, sampai-sampai ia terus menabrak orang-orang yang ada dihadapannya.
Sesampainya di halaman depan ia melihat sosok Guru Yash tengah berbincang-bincang dengan 2 orang dihadapannya.
Naisha terus berlari menghampiri Guru Yash.

Dengan nafas yang tersengal-senggal Naisha memanggil Guru Yash.
"Guru Yash"

Guru Yash pun membalikkan badannya.

"Naisha..."panggil sosok perempuan.

"ibu... "panggilku kepada sosok perempuan yang netranya sudah berbinar-binar.

Naisha PoV**

Kini jelas di manik biruku sosok yang selalu aku rindukan, kini telah muncul didepanku. Lengkukan disudut bibir yang selalu menghangatkan jiwaku. Aku terus terpaku sembari menatap wanita paruh baya itu.  Meneliti setiap detail wajah dan tubuh wanita yang tengan menetapku sendu.

"ibu... " panggilku pada wanita itu.

Ku renggangkan tanganku untuk meraihnya. Kulingkarkan tanganku untuk memeluknya. Rasa rindu yang membungkus hati hingga membatu, kini luntur seketika dengan sentuhan yang kudapatkan saat ini.
Setitik air keluar dari netraku nan biru. Membasahi pipi dan terus mengalir hingga jatuh ke lantai bumi.

"aku sangat merindukan kalian" ungkapku sembari tersedu-sedu.

"kami juga merindukanmu, putriku. " ucap ayahku sembari mengelus pucuk kepalaku dengan lembut.

Aku pun melepaskan pelukanku pada ibuku. Berdiri didepan mereka,orang yang aku sayang.

"kau cantik sekali, Naisha. Lihatlah dirimu memakai riasan, terlihat sangat cocok dengan mu. " puji ibuku dengan senyuman.

"dia tidak akan berhias jika tidak dipaksa. Kalau dia tidak berhias rupanya seperti orang yang gak mandi selama 1 bulan." sambar Guru Yash.

Aku menatap kesal pria paruh baya yang kini ada di sampingku.

"apakah ibu akan sering kesini? "tanyaku.

"tentu kami ingin sering kesini, tapi kami tak bisa. "

"kenapa?? aku masih merindukan kalian. Aku masih ingin berbincang-bincang dengan kalian. "

"karena... "ucap ibuku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ksatria [Paused]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang