Bagian Dua

343 61 25
                                    

"Oh..."

Aku terdiam sejenak mendengar nama itu. Benar juga, kalau memang ia mahasiswa Farmasi seangkatanku, setidaknya aku pernah melihatnya dan mendengar namanya satu atau dua kali.

Fakta bahwa ia benar-benar asing membuatku semakin yakin bahwa orang itu bukanlah berasal dari jurusanku.

"Ehm, kalau begitu, saya pamit dulu, Bu. Terima kasih atas bantuannya." Aku membungkuk sedikit sambil melemparkan senyuman kepada Ibu Hye.

Namun, belum tiga langkah aku berjalan menuju pintu perpustakaan, kudengar Ibu Hye memanggilku.

"Nak?"

"Iya, Bu?"

"Kulihat kau cukup sering ke sini, tapi ibu belum tahu namamu."

Aku kembali tersenyum.

"Nama saya Moon Jihae, Bu."

Mengapa rasanya ucapan Ibu Hye barusan tidak asing?

***

Ketika menyusuri tangga dari lantai tiga menuju lantai dua, ponselku bergetar. Buru-buru aku merogoh saku celana untuk mengambilnya. Kulihat layar ponsel memperlihatkan sebuah nama dalam hangeul. '신은지', yang dibaca Shin Eunji.

Aku menekan tombol hijau pada layar sentuh untuk menerima panggilan itu.

"Halo," sapaku kepada Eunji dalam panggilan itu, seraya kakiku melanjutkan perjalanannya menuruni tangga. Dari seberang sana, aku dapat mendengar keramaian. Sepertinya Eunji sudah tidak berada di kamarnya lagi.

"Jihae, dapat bukunya? Aku sudah di kantin."

Aku memutar bola mata sambil mengingat rasa kesalku terhadap Si Rubah yang bernama Kim Yongguk tadi.

"Pfft, boro-boro dapat. Dibuat jengkel, iya."

"Eh, sebentar. YA, AKU! HONEY CHICKEN SATU!" Eunji tampak teralihkan oleh penjaga kantin yang berteriak menanyai pesanannya, sebelum kembali lagi ke percakapan kami—

"Tadi kenapa, Jihae?"

Aku melengos.

"Dasar. Kau di kantin, 'kan? Aku ke sana, nanti kuceritakan." Aku langsung menutup panggilan telepon kami setelah Eunji mengiyakan.

Begitulah ketika aku sampai di kantin Gedung E dan bertemu Eunji yang sedang memasukan sepotong honey chicken ke dalam mulutnya, aku menceritakan bagaimana aku gagal mendapatkan buku terakhir itu dan pertemuanku dengan Yongguk.

Omong-omong, Eunji itu mahasiswi Farmasi yang satu angkatan denganku, dan kamar kami di asrama bersebelahan. Jadi, tak heran kami berdua sangat dekat.

"Aku tidak tahu bagaimana rupa rubah tibet, tapi—Kim Yongguk... Aku tidak pernah mendengar namanya," ucap Eunji sambil mengunyah.

"Iya, 'kan? Jelas dia bukan dari jurusan kita. Seandainya dia senior pun setidaknya harusnya aku pernah mendengar namanya."

"Buat apa meminjam buku Farmakologi?" Eunji menyodorkan kotak honey chicken-nya padaku. "Ambil saja kalau kau mau."

"Justru itu anehnya." Aku memasukkan sepotong ayam ke dalam mulutku. "Ya sudah itu tidak penting, sekarang kita harus meminjam buku itu untuk difotokopi. Deadline laporan labolatorium lusa."

"Mau pinjam ke siapa?"

Aku berpikir sejenak sebelum menjawab, "Oh, Seungwoo saja. Orang paling pintar dan rajin itu langsung berlari ke Gedung A sesaat setelah kelas praktek labolatorium dibubarkan."

Eunji menggeleng. "Mana mau ia meminjamkan bukunya kalau laporannya belum selesai. Kau seperti tak tahu Seungwoo bagaimana."

Aku memutuskan untuk membuka ponsel dan mengirim pesan di grup jurusanku.

Moon Jihae: Aku dan Eunji tidak dapat buku untuk laporan labolatorium. Ada yang bisa meminjamkannya untuk kufotokopi sebentar?

Tidak ada yang membaca pesanku sampai lima menit ke depan, lalu seseorang bernama Kim Sihyun menjadi orang pertama yang membaca dan membalasnya.

Kim Sihyun: Aku barusan dapat bukunya. Aku akan ke kantin. Temui aku di kantin saja, ya.

"Sihyun dapat bukunya. Kita fotokopi miliknya saja," kataku pada Eunji, yang dibalasnya dengan anggukan setuju.

Moon Jihae: Aku sedang di kantin. Kutunggu.

Sepuluh menit kemudian, Eunji memesan satu kotak honey chicken lagi. Satu tak cukup, katanya.

Sementara aku menghabiskan satu kotak jus apel yang kubawa dari lemari pendingin asrama, seseorang yang memanggil namaku dari belakang.

"Jihae!"

Aku menolehkan kepalaku ke belakang. Seseorang yang kulihat membuatku cukup kaget.

Bukan, bukan Sihyun yang membuatku kaget. Tapi mata sipit dan segaris mulut datar yang membuatku terbelalak. Secara keseluruhan... Si Rubah. Persis dengan baju hitam dan ransel yang ia pakai ketika kami bertemu di perpustakaan tadi.

Nah, pertanyaan pertama, mengapa rubah tibet itu ada di sini?

Kedua, mengapa rubah tibet itu bersama dengan Sihyun?

Ketiga, mereka itu teman!? Aku tak terlalu akrab dengan Sihyun jadi wajar kalau aku tak tahu...

Mataku memperhatikan mereka berdua yang kian mendekat ke meja kami.

Sekilas kutatap Eunji dengan alis menyerngit, seakan mengatakan, "Ini, loh, Si Rubah alias Kim Yongguk yang tidak punya sopan santun tadi!"

Ketika Sihyun dan Yongguk (oke, aku pikir tidak sopan memanggilnya rubah terus-terusan, jadi mulai sekarang kupanggil ia dengan namanya) sampai di meja kami, Sihyun menyerahkan bukunya kepadaku.

"Nih. Pastikan kau langsung kembalikan setelah memfotokopinya. Aku belum menyelesaikan laporanku sama sekali, kita harus mengumpulkannya lusa, 'kan?"

Eunji mengiyakan Sihyun. Aku tidak; sibuk memperhatikan Yongguk. Ia berdiri di samping Sihyun, namun agak di belakangnya. Mataku sesaat menatap iris hitamnya yang sedari tadi terarah pada kios makanan di kantin. Tuh, melihat ke arahku atau Eunji saja tidak.

Namun, sepertinya ia tahu kalau sedari tadi aku menatapnya, karena detik kemudian oniksnya bertemu dengan milikku.

Deg!

Buru-buru aku mengalihkan pandanganku dan memegang tangan Eunji sambil berdiri.

"Eunji, ayo. Kita pergi fotokopi," ujarku, menyela di tengah-tengah obrolan Sihyun dengan Eunji yang entah apa karena aku tidak mendengarnya. Kulihat mereka berdua agak heran dengan sikapku yang tiba-tiba.

Sihyun kemudian mundur sedikit dan menoleh pada Yongguk. "Ah, tunggu! Aku belum memperkenalkan temanku, ini-"

"Kim Yongguk dari Jurusan Musik," selaku. "Aku Moon Jihae dan ini temanku Shin Eunji. Kami sama-sama dari Jurusan Farmasi. Salam kenal juga."

Sihyun dan Yongguk sama-sama terlihat kaget.

Omong-omong, ekspresi kaget Si Rubah itu sedikit lucu (aku memanggilnya rubah lagi, haha). Matanya yang sipit melebar, alisnya terangkat, dan mulutnya membentuk huruf "o" kecil.

Belum sempat salah satu dari mereka mengatakan apa-apa, aku sudah berbicara duluan. "Sihyun, kami pergi dulu. Nanti kuhubungi kalau sudah selesai kupinjam." Setelah Eunji berdiri dan berpamitan juga pada Sihyun, aku berjalan begitu saja melewati Sihyun, dan lalu Yongguk.

Yang kutahu, Yongguk wangi lavender.

Butterfly (Kim Yongguk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang