Memori yang kembali

1.5K 145 10
                                    

Disclaimer : Naruto © Mashashi Kishimoto

Pairing : SasuNaru slight GaaNaru

Warn : Cerita ini mengandung unsur BoysLove, Yaoi, MalexMale

So, Don't like? Don't read!

Happy reading~
.

.

.

Gadis itu berdiri ditepi danau. Rambut pirang keemasan miliknya tergerai melewati pinggangnya yang terbalut oleh dress berwarna biru tua, bergoyang lembut mengikuti hembusan angin danau. Sepasang safir teduh miliknya menatap hamparan air yang berombak kecil. Turut membuai sang gadis dalam lamunan.

"Kau menyukai pemandangannya, Hime?" tanya suara lain yang sedari tadi berdiri bersisian dengan sang gadis.

"Ya, 'Suke. Aku menyukainya. Danau, pepohonan, angin, kicau burung, aku sangat menyukainya. Aku menyukai semuanya, termasuk dirimu," Ujar gadis itu tanpa mengalihkan perhatiannya. Senyum lembut terlukis diparas cantik itu, membuat pemuda disampingnya menarik sudut bibirnya tipis.

"Lalu, mengapa kau tidak mau menatapku?" tanya pemilik iris semerah darah itu. Kedua tangannya meraih wajah sang gadis. Membuat netra biru langit itu bertatapan langsung dengannya.

Rambut raven pemuda dihadapannya berkibar diterpa angin danau yang dingin, kulitnya yang seputih pualam nyaris sepucat mayat dalam balutan jubah panjang berwarna cokelat tua miliknya, kontras dengan sepasang sayap besar berwarna keperakan dipunggungnya. Demikian pula dengan kedua tanduk tajam berwarna senada yang menyembul begitu saja disela-sela rambutnya. Menyempurnakan paras tampan pemuda itu. Rupawan, namun mengerikan.

Tunggu dulu! Sayap? Tanduk??

"Kenapa ada tanduk dikepalamu, 'Suke? Lalu sayap itu..., sejak kapan kau punya sayap?" Celoteh sang gadis. Kedua tangannya terulur, berusaha meraih kepala pemuda raven dihadapannya. Membuat pria yang panggilnya 'Suke tersebut memundurkan tubuhnya beberapa langkah. Menghindar dari pemilik tubuh mungil yang kini semakin gencar menarik-narik bagian depan jubahnya demi menyentuh bagian kepala pemuda yang lebih tinggi nyaris satu kaki darinya.

"Hime, hentikan! Hime!!!"

.

.

.

"Naru! Naruto! Hei, NARUTO!" Seorang pemuda bersurai merah maroon mengguncang tubuh pemuda lain dihadapannya cukup keras. Tersenyum saat si pirang yang dipanggilnya Naruto akhirnya menunjukkan tanda-tanda akan sadar dari tidurnya.

Naruto mengerjap-ngerjapkan manik birunya, menyesuaikan diri dengan cahaya dari lampu yang berada tepat diatas tempat ia berbaring. Masih belum sepenuhnya tersadar.

"Gaara-kun, ada apa?" Memicingkan kedua matanya, Naruto mencoba duduk. Kepalanya masih terasa pusing.

Gaara menghela nafas lelah. Si bodoh ini selalu saja membuatnya cemas dan kesal disaat bersamaan. "Apanya yang ada apa, heh? Lagi-lagi kau jatuh pingsan!" Omelnya. Sementara tangan Gaara menyodorkan sebotol air mineral yang disambut Naruto dengan suka cita. Kerongkongannya memang terasa kering sekali sekarang.

Pemuda dengan tato kanji 'ai' didahi kiri itu mengelap peluh yang membasahi wajah kekasihnya dengan handuk kecil yang disediakan penjaga ruang kesehatan diatas nakas kecil disamping tempat tidur. Jade miliknya menatap pemuda yang satu tahun lebih muda darinya itu lekat. Hubungannya dan pemuda berparas manis ini telah berjalan selama hampir dua tahun. Tapi masih banyak hal yang belum ia ketahui tentang sang Uzumaki.

"Sebenarnya ada apa?" Tanya sang Sabaku to the point. Mahasiswa semester akhir di Universitas Konoha tersebut menatap Naruto yang hanya terdiam. Selalu begini tiap kali ia menanyakan hal yang sama.

"Ada apa?" Beo si pirang. Safir bundar miliknya menatap Gaara yang segera berdecak kesal mendengar pertanyaan balik darinya.

"Jangan pura-pura bodoh, Naru. Kau sering sekali jatuh pingsan tanpa sebab akhir-akhir ini. Aku mengkhawatirkanmu." Gaara menghemparkan dirinya disamping Naruto yang kini kembali berbaring telentang bersampingan dengan Gaara.

Ruang kesehatan bercat putih tulang itu terasa sunyi. Baik Gaara maupun Naruto masih sama-sama diam hingga akhirnya Naruto bersuara, jengah dengan tatapan, ralat, pelototan gratis dari kekasihnya.

"Aku sering bermimpi aneh. Maksudku bukan mimpi ketika kita tidur." Naruto meremas bantal dipelukannya. "Lebih seperti kilasan-kilasan film yang terpotong, kau tahu? Seperti sebuah ingatan yang tidak bisa ku ingat sama sekali tapi terasa sangat nyata disaat bersamaan." Manik safirnya meredup. Naruto menatap keluar jendela besar disamping tempat tidur yang menampilkan sepasang burung yang tengah melintas.

"Sebuah ingatan yang entah kenapa membuatku rindu," bisiknya yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Bukan hanya satu atau dua kali, tapi berkali-kali Gaara mendapat kabar jika Naruto jatuh pingsan, entah ditempat kerja part-time atau pun di area kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan hanya satu atau dua kali, tapi berkali-kali Gaara mendapat kabar jika Naruto jatuh pingsan, entah ditempat kerja part-time atau pun di area kampus. Yang awalnya hanya beberapa kali dalam satu bulan, lalu intensitas tersebut meningkat menjadi beberapa kali dalam seminggu. Tapi kali ini sudah terlalu sering, bahkan hari ini Naruto tak sadarkan diri sepuluh menit setelah kelas paginya dimulai. Gaara bahkan sudah mencoba mengajak si blonde ke rumah sakit namun hasilnya nihil. Dokter yang menangani Naruto mengatakan bahwa pemilik tanda lahir berupa tiga goresan dipipi itu hanya kelelahan secara mental dan menyarankan agar Naruto tak terlalu membebani pikirannya.

"Mungkin kau terlalu lelah, Naru. Bagaimana jika akhir pekan ini kita berlibur ke kota asalku?" tawar Gaara. Sudah lama ia tak mengunjungi ibunya. Dan Naruto sepertinya benar-benar harus mengistirahatkan dirinya sekarang.

Sang Sabaku bungsu bangkit, meraih ponselnya dari dalam ransel hitam yang ia letakkan diatas kursi. Menunjukkan beberapa foto kota Sunagakure pada Naruto yang terlihat cukup antusias.

"Ku rasa kau benar Gaara, kali ini aku memang butuh liburan." ujarnya mantap.

.

.

.

"Kau tanya kenapa aku memiliki tanduk? Kenapa aku memiliki sayap? Aku bahkan membenci semua yang ada padaku!"

"Aku benci terlahir sebagai seorang iblis, aku benci padamu yang terlahir sebagai MANUSIA!"

-----



How about that? Like it? Love it? Or Hate it?

Pernah baca disuatu tempat? Yups, that's right. Cerita ini punya mbak saya yang harus pensiun dini dari dunia Fujoshi dikarenakan married. Jadilah saya ijin comot dari ffn beliau, merombaknya disana sini dan menambahkan sedikit kesan drama didalamnya ヾ(¯∇ ̄๑)

Well, jika berkenan, please vommentnya~

Felexuse : Off

Silver WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang