Akankah kau mengingatku?

941 123 6
                                    

Discslaimer © Mashashi Kishimoto

Pairing : SasuxNaru, slight GaaxNaru

Warn : AU, yaoi, BL, gaje, typo(s), miss-typo(s) , alur muter2, OOC, etc.



"Kau tanya kenapa aku memiliki tanduk? Kenapa aku memiliki sayap? Aku bahkan membenci semua yang ada padaku!"

"Aku benci terlahir sebagai seorang iblis, aku benci padamu yang terlahir sebagai MANUSIA!"

.

.

.

.

Kereta api jurusan Konoha-Suna melaju dengan gagah dibawah teriknya matahari musim panas. Sang ular besi nampak meliuk-liuk mantap diatas relnya yang kokoh, siap mengantar penumpangnya menuju stasiun terakhir.

Gaara menautkan alisnya. Sepasang jade bening miliknya terus terpaku pada satu sosok yang sejak tadi bergerak-gerak gelisah dalam tidurnya. Mereka memang berangkat cukup pagi tadi, mengingat Kota Suna berada cukup jauh, sehingga ia menyarankan agar kekasih pirang tidur sejenak untuk mengurangi lelahnya.

"Naru, kau baik-baik saja?" digoyang-goyangkannya tubuh si blonde. Dan sepasang safir itu menampakan kilaunya dengan enggan.

"Ehm, ada apa?"

"Harusnya aku yang bertanya, ada apa denganmu? Kau mimpi buruk?" Gaara membantu Naruto duduk sambil menyeka keringat yang membasahi dahi pemuda itu.

Pemuda dua puluh satu tahun itu tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja," yang membuat Gaara menatapnya lebih tajam.

"Hehehe, tidak ada apa-apa, sungguh. Hanya sedikit kepanasan." Ujarnya sambil tersenyum lebar. "Aku lapar, kapan kita sampai?"

"Gaara, boleh aku tanya sesuatu?" Gaara yang duduk disamping jendela menoleh. Menutup buku yang tengah dibacanya.

"Apa?"

"Kau yakin, aku bisa diterima oleh keluargamu? Kau tahu 'kan, 'hubungan' kita ini tidak biasa?" Seloroh pemuda blonde itu. Sementara jari tengah dan jari telunjuk masing-masing tangannya membentuk tanda kutip, kedua manik sebiru langit miliknya menatap Gaara ragu-ragu.

Gaara menatap Naruto heran. Selama hampir dua tahun hubungan mereka, baru kali ini kekasihnya menanyakan hal tersebut.

"Tidak akan. Kenapa tiba-tiba kau bertanya begitu?" tanya Sabaku bungsu itu penasaran. Sepasang jade miliknya menatap bocah maniak ramen dihadapannya penuh perhatian. Tapi sang Uzumaki tunggal hanya tersenyum tipis penuh arti. Lalu kembali menekuni pemandangan yang terhampar dari balik jendela berkaca bening.

Tiga tahun. Sudah tiga tahun lamanya Gaara meninggalkan kota kelahirannya. Bukan tanpa alasan, hanya saja sang ibu yang terlalu mengatur hidupnya membuat Gaara terkekang hingga akhirnya memutuskan untuk meneruskan kuliah di Konoha. Kota yang mempertemukannya dengan kekasih yang sangat dicintainya, Naruto.

.

.

.

.

"Suke... Suke... dimana kau?" gadis pirang itu terus berlari, menerobos hutan pinus nan lebat yang menghampar luas dihadapannya. Sepasang bola kaca miliknya terus mengalirkan butir-butir kristal bening yang menganak sungai dipipinya. Sementara gaun berwarna jingga miliknya tampak lusuh dan robek akibat bergesekan dengan ranting, sepasang telapak kaki telanjang miliknya mulai terasa perih karena menginjak bebatuan dan patahan ranting. Hingga akhirnya ia melihat sosok yang dicarinya. Pria itu tengah duduk dipinggir danau tempat mereka biasa bercengkrama. Terkejut saat mendapati sosok kekasihnya muncul terengah-engah dari hutan pinus yang gelap.

Silver WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang