Keputus Asaan

510 71 3
                                    

"Kami siap, Tuan!"

Prajurit yang nyaris seluruh wajahnya ditutupi oleh sebuah kain berwarna merah berucap tegas dihadapan pria yang dipanggilnya Tuan, sembilan orang rekannya berjaga tak jauh dibelakangnya. Pria dewasa berambut pirang menoleh dan mengangguk paham pada bawahannya.

"Ikuti kemana perginya, lalu tunggu perintah selanjutnya dariku!" Titahnya tak terbantah. Sang prajurit masih terdiam dihadapan Minato yang kini menatapnya heran.

"Ada apa Kakashi?"

"Tuan besar, bukankah kami cukup menjemput Naruko-Hime sebelum mencapai tempat itu? Anda bisa membawanya pergi sejauh mungkin setelahnya," Kakashi berujar pelan. Menilik persiapan yang dilakukan Minato malam ini, jelas terlihat jika Tuan tanah tempat ia mengabdi selama ini akan menciptakan sebuah peperangan. Tapi itu berarti ia bisa saja menyeret puteri majikan yang telah ia anggap sebagai adik sendiri itu kedalamnya. Kakashi sama sekali tidak ingin gadis muda itu terluka.

Minato menggeleng, manik birunya menggelap saat menatap lautan pohon di hutan kematian yang terlihat begitu jauh. Sebuah dendam masih membayangi jiwa pria itu.

"Tidak, Kakashi. Kita harus memusnahkan mereka. Hanya itu satu-satunya jalan." Dan tanpa membantah lagi Kakashi segera bergerak, menyelinap bersama bayangan malam. Mengikuti jejak yang ditinggalkan gadis bersurai emas.

Neji menghentikan langkahnya. Dia adalah seorang peri iblis, aroma manusia dan logam yang berasal dari berbagai senjata yang mereka bawa tercium begitu jelas dibawah hidungnya. Genggaman ditangan Hinata ia eratkan, membuat gadis berambut indigo memperhatikannya tak mengerti. "Bawa Naruko ke kastil," Bisiknya begitu pelan ditelinga gadis itu.

Menyelipkan sebilah belati kecil ke tangan gadisnya, Neji mendorong Hinata agar segera pergi. Mereka sudah berjanji akan membawa Naruko kepada Sasuke, dan meski harus melawan para manusia yang begitu membenci kaumnya, Neji tidak akan mundur. Hinata dan Naruko adalah prioritas utamanya saat ini.

"Pergilah!" Bentaknya saat Hinata tak juga beranjak. Gadis itu terpaku, ikatan mereka memberi tahunya apa yang akan segera terjadi. Gadis bersurai indigo justru tersenyum kecil dan menggeleng, "Sampai maut memisahkan, kau ingat?"

Ketika peri iblis bertemu pasangannya dan terikat mereka akan berbagi keabadian. Neji sudah lupa, berapa bilangan dekade yang mereka lewati berdua.

"Jika kau tidak keberatan," Neji memegang tangan pengantinnya sekali lagi, jauh lebih erat dari yang pernah ia lakukan dan kali ini Hinata mengangguk yakin. Sebuah keteguhan terpancar dikedua matanya.

"Naruko, maaf tapi sepertinya hanya sampai sini kami bisa mengantarmu," Nada penyesalan Hinata membuat Naruko nyaris terisak dan memeluk pemilik sepasang amethyst erat.

"Ku mohon, jangan berkorban demi diriku. Kita bisa pergi bersama-sama."

"Tidak, Naruko. Mereka tidak akan membiarkan kita pergi semudah itu. Ini adalah sumpah setiaku pada Sasuke, kami akan memastikan kau bertemu dengannya." Neji menepuk kepala gadis itu.

"Neji benar, sebaiknya kau segera pergi,"

Beberapa sosok lain ikut bergabung disana bersama mereka. Naruko dapat mengenali Kiba, Shino, Shikamaru dan beberapa orang lainnya.

"Damn, apa yang kalian kira sedang lakukan sekarang?" Umpat Neji saat tempat mereka berdiri semakin ramai. Seluruh penghuni kastil sepertinya menuju kesana tanpa dikomando.

"Yah, kurasa kita hanya akan berlibur ramai-ramai. Sudah lama tidak ada kegiatan menarik seperti ini," Celoteh Shikamaru sambil menguap bosan, tapi telinganya yang tajam mendengar langkah kaki yang semakin mendekat ke arah.

Silver WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang