(6) Beda

96 12 0
                                    

Buat apa milikin keluarga, pacar, apalagi Sahabat. Kalo semuanya gak ber-Guna!

- Cintya Alexa -

※※※※※※

"Nih Non minum udah bibi bikinin tadi." sambil menyerahkan Es teh itu ke Cintya.

"Iya bi, makasih."

Baru saja Cintya ingin meminum Es teh itu, tiba-tiba dari luar ada yang datang. Cintya tau siapa yang datang, orang yang Cintya benci.

"Cintya apa kabar?" sapa orang itu

"Mau apa anda Kemari?!"

"Cin..tya." orang itu langsung mengurungkan niatannya yang ingin memeluk Puteri kandungnya itu.

"Masih ingat rumah ya, Nyonya Lexa Natasya!" Ujar Cintya dan hal itu makin menambah Lexa-mamah Cintya semakin terpukul.

"Maksud kamu apa Cin. Jelas mamah inget rumah.. Disini ada kamu, penyemangat mamah. Anak kandung mamah, yang mamah lahirkan sendiri." Balas Lexa dengan suara parau menahan tangisnya.

"Anak kandung,.. Hahaha. Mungkin kali ya." Cintya tertawa tetapi jauh didalam relung hatinya ia menangis

"Kamu anak kandung Mamah, Cin. Mamah jujur. Dan mamah ngelakuin ini tuh buat Ma--"

"MASA DEPAN CINTYA! Iyakan mah.. Mah, aku gak butuh masa depan cemerlang kalo mamah gak bisa liat perkembangan aku. Percuma mah. Yang aku mau bukan itu mah. BUKAN. Yang aku mau itu mamah ada selalu disisi aku. Nemenin aku, jadi temen curhat aku kaya anak lainnya. Aku gak butuh rumah mewah, dan harta ini. Aku gak butuh pendidikan, kalo semua itu cuman bikin mamah sibuk mikirin kerja dibanding aku. Aku gak butuh mah..." Cintya menahan perkataannya sejenak agar air matanya tak tumpah didepan Mamahnya.

"Aku pengin kaya anak lainnya mah. Jika dia punya masalah, Ibunya yang pertama tau. Jika dia seneng, Ibunya juga yang pertama tau. Aku pengin gitu! Bukan bi Ida yang selalu disamping aku. Aku pengin mamah! Dan aku BENCI mamah!" sambungnya, lalu pergi dari hadapan Lexa, dan menutup pintu kamarnya dengan Keras hingga menimbulkan suara yang terdengar sampai bawah.

Cintya bersandar dibalik pintu sambil menutupi wajahnya. Hingga berangsur ia terduduk sambil memeluk lututnya dan membenamkan wajahnya diantara lututnya. Ia Sakit. Ia terbebani. Ia menangis.

Hari ini, semua keluh kesah yang ia rasakan, ia keluarkan. Dia benci kehidupan ini. Kenapa Allah membuatkan takdir yang jelek untuknya. Kenapa Allah harus mengambil nyawa Ayahnya. Sehingga keluarga Cintya hancur.

Dulu selagi Ayahnya hidup, Cintya selalu bermain bersama Ayah. Tak penah ia rasakan kesepian ditinggal kerja Mamahnya. Tak pernah terlukiskan rasa Sedih diraut wajahnya walaupun dia merindukan Mamahnya. Karena ia mempunyai teman yang selalu mendengarkannya, mengajaknya tertawa, memberikan perhatian yang banyak untuknya. Dia mempunyai sesosok malaikat pelindung gagah yang allah turunkan. Sesosok pria tampan dengan hati yang amat sabar. Akan kelakuan Tya, maupun Lexa.

Kini saat sosok itu telah pergi, pergi selamanya.. Meninggalkan Tya yang sekarang selalu kesepian, sendiri, hingga membuatnya lupa akan sosial. Dia mengurung diri untuk beberapa waktu setelah pemakaman Ayahnya.

Dan kini ia membenci sosok wanita yang dulu selalu ia idolakan, selalu ia Doakan dalam sholatnya, dan seorang wanita yang Ia nantikan. Cintya BENCI mamah. Bagaimana mungkin, seorang Ibu tetapi melalaikan tugasnya. Menelantarkan Anaknya, dan sibuk dengan kerjaannya. Ayah nya lebih baik. Walaupun pekerjaannya banyak, ayahnya masih menyempatkan bermain dengan Cintya menemaninya tidur, menyuapinya, dan segalanya.

WE ARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang