(9)Perubahan

80 10 0
                                    

Kenapa aku selalu mengejarmu? Jawabannya adalah, karena hanya bayanganmu yang selalu Allah kirimkan dalam mimpiku.

(Abdullah Abid)

******

"Assalamu'alaikum... Kami dari JNE-Express."

Dengan cepat Maira menghampiri pintu rumahnya. Pesanan nya yang kemarin sudah datang rupanya. "Iya," *krek*

"Ini pesanannya, silahkan tanda tangani disini." ucap Pengirim paket itu dengan menyodorkan kertas dan pulpen, yang Maira langsung tanda-tangani.

"Terima kasih. Dan sampai jumpa."

"Iya, sama-sama pak."

Setelah memberi salam pada kurir pengantar itu, Maira masuk dan mengunci kembali pintu rumahnya. Dengan senyum mengembang Ia membawa paket itu dipelukannya.

Dari arah dapur, Ardi langsung berlari dan mengambil paket Maira. "Apaan ini lo? Bom ye,"

Tentunya Maira kesal dan jengkel dengan perlakuan Ardi. Ia segera mengambil kotak paket itu, namun rupanya Ardi selalu mencari gara-gara dengan dia.

"Balikin ato lo pergi." ancam Maira.

Ardi menurunkan kotak paket itu yang semula ia angkat tinggi-tinggi. "Alah ambekan. Gue bilangin mamah loh," balas Ardi.

"Bilangin aja.. Lo mah aneh, harusnya gue yang ngadu. Orang itu ibu gue, bukan ibu lo. Lagi juga harusnya gue yang berkuasa, ini kan rumah gue!"

"Rumah lo, rumah gue juga," balas Ardi. Lalu melangkah pergi sambil masih membawa paket itu ke Sofa diruang keluarga Maira.

"Ini apaansih, Ra?" tanya Ardi aambil mengocok-ngocok paket itu.

*pletak* "Ini baju bego. Kalo lo kocok-kocok juga gak bakalan kedengeran suaranya!"  balas Maira.

"Yaudah sih.. Tapi biasa dong sakit nih. Gara-gara lo gebukin pala gue mulu. Otak gue jadi bego kan!" gerutu Ardi sambil mengelus-elus puncak kepalanya yang baru saja dipukul Maira.

"Gak dipukul juga emang udah dasarnya bego, ya gimana lagi." ucap Maira sembari membuka Paket itu.

Tiba-tiba saja Ardi memotong kegiatan Maira dengan suaranya yang ia buat-buat ala banci prapatan gang jonggol. "Pelan bang.. Ah.. Abang menyakiti ku."
"Anjing, sange lo." dan Maira tertawa menyahutinya.

Begitupun Ardi, senang rasanya melihat orang yang dikasihi tertawa. "Bukan sange. Tapi kasian on, kalo tuh paket dibuka paksa. Coba dah lo bayangin, mau gak baju lo entar pas first night dibuka paksa ama suami lo?"

Maira langsung tertawa. "Mah, Ardi jor--" baru saja Ia ingin mengadukan tingkah Ardi pada Ibunya. Namun mulutnya sudah disumpal duluan oleh Ardi.

Kini jarak wajah keduanya sangat dekat. Ardi menatap mata hitam Maira dengan tatapan sendu. Namun tidak dengan Maira. "Anjir, tangan lo kok asin sih." kata Maira yang baru saja berhasil lepas dari tangan Ardi.

"Bhaks.. Hahaha, mampus.. Mamam tuh, tangan bekas garuk-garuk ketek gue. Enakan." Balas Ardi yang langsung pergi ke arah dapur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WE ARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang