(3)Tempat duduk

127 17 3
                                    

HijrahKu memang belum sempurna, tapi insyaa allah akan kusempurnakan dengan Mereka

-Fena Hartati-

※※※※


Saat Fena tengah menangis, dari belakang tiba-tiba saja ada yang memegang bahunya. "Astagfirullah." ucapnya spontan saat tau siapa orang itu. Ternyata Dia Abid, Abdullah Abid.

"Elo kenapa nangis? Ada yang jahatin lo?" tanya Abid. Lalu duduk disamping Fena, tapi tidak dekat. Sekitar 1 meter lah jaraknya karena Abid duduk didepan sambil memainkan Rumput.

"Ish kalo dateng biasa-in salam dulu bang Abid."

Abid menengok menghadap Fena, "Iya lupa bu Ustadzah. Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam. Ngapain kesini?" tanya Fena

"Ya.. Bosen aja.. Bagi dong," kata Abid seraya mengambil Potongan roti yang akan dimasukkan kedalam mulut Fena.

"Ish.. Itukan diKotak masih ada Satu. Ngapain diambil sih, yang mau dimakan. Kocak deh." gerutu Fena.

"Ah males, kan tadi gue gak liat. Oh ya, tadi lo nangis kenapa? Ada yang bully lo lagi?"

"Nggak lah."

"Terus.."

"Ini Bid, aku abis baca buku ini." sambil mengangkat bukunya ke Abid. "Nah terus ada kisah tentang seorang Pendosa."

"Ya, terus."

"Dia ini bertobat, tapi masih sering ngelakuin Maksiat Bid, dia kalah sama Nafsu. Tapi saat ngelakuin maksiat dia masih sadar, dan selepasnya langsung tobat lagi. Terus kaya gitu dia ulangin sampe dua puluh tahun. Awalnya Allah sih terima aja. Tapi, lama-lama nih orang jadi kaya mempermainkan Magfirah Allah Bid, alhasil Allah murka sama Dia."

"Terus, orang itu di Azab Allah Na?" tanya Abid

Fena menggeleng, "nggak. Akhirnya karena dia tahu kalo Allah Murka sama dia lewat Musa as. Dia pun pergi ke Padang luas, dan disana dia meminta ampunan serta selalu memuji Allah. Gak ada lagi baginya Kesempatan untuk Maksiat. Terus Allah bilang keMusa, kalo tobat orang itu Diterima Bid. Coba deh kamu bayangin, seberapa besarnya magfirah, hidayah, dan nikmat yang Allah kasih ke Kita. Tapi kitanya selalu Abai, dan mengulang. Aku nangis karena, Dosa aku dulu kaya gitu Bid. A- aku takut.. Aku takut Api neraka-Nya Bid. A..aku takut." suaranya bergetar ketika tangisnya kembali pecah. Dia menunduk untuk menyembunyikannya.

Abid bingung harus apa. Jika dulu sebelum wanita dihadapannya ini mengenakan kerudung, mungkin ia akan menghapus tangisnya. Namun, kini berbeda. Dia yang sekarang bukanlah yang dulu. Dirinya berubah drastis. Dia amat menjaga dengan yang bukan mahramnya. Dan melihat tangisnya yang pecah, hati Abid berdenyut tak enak. Ada perasaan gundah dan khawatir. Hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk menyentuh kepala Fena, namun belum saja kepalanya Tersentuh. Fena sudah lebih dulu menginterupsinya.

"Gausah nyentuh buat nenangin aku."

Abid mendengus sebal, tapi ada Tawa yang dia tahan. Walaupun penampilan dan sikap nya berubah. Tapi sifatnya tetap sama. Yaitu selalu Pe-De. "Gausah kepede-an juga ya Mba."

Fena mengangkat wajahnya dengan raut sebal. "Auah. Udah misi aku mau balik ke kelas." ucapnya seraya membereskan Bekal dan Bukunya. "Bye!" lalu pergi.

Dan tinggalah Abid dengan Tawa yang ia lepaskan kala Fena telah pergi dari pandangannya. Sejauh apapun kamu menjauh. Sedusta apapun kebohonganmu. Kalo rasa itu masih ada, Bagaimana? Lirih Abid dalam hati.

WE ARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang