10. Loro Blonyo

587 54 47
                                    

Dewi Sri menggandeng tangan Sadhana, bersiap lepas landas ke angkasa.

"Anu, Dewi, kita mau ke mana? Aku sudah kembali jadi manusia, tidak bisa terbang lagi...." Sadhana bertanya, bingung dengan ulah kekasihnya.

"Kita akan menghadap Romo-ku. Tenang saja, terbang membawamu sama sekali bukan masalah buatku."

"Apa?! Menghadap calon mertua, Penguasa Bawanapraba? Sekarang?!

Aduh gawat! Super gawat! Aku belum ada persiapan apa-apa ... mana belum mandi pula setahun sejak jadi Sriti...." seru Sadhana panik.

"Ssst...." Dewi Sri menempelkan telunjuknya di bibir kekasihnya, mengusir keresahannya.

"Tenang saja Sadhana, kau pikir aku ini kurang sakti, apa?

Tentu saja penampilanmu yang berantakan dan bau debu tadi sudah kuperbaiki! Kan sudah kutiupkan sihir kepadamu sambil memberimu baju! Sekarang sih, tampilanmu bahkan bisa dinobatkan sebagai pangeran paling tampan di wattpad raya!" Dewi Sri menenangkan kekasihnya.

"Dan tentang Romo-ku ... gampang lah! Setidaknya, sifat dan kepribadiannya jauh lebih mulia daripada aku. Hahaha," tambah Dewi Sri sambil tertawa.

Dewi membayangkan akan segusar apa ayahandanya nanti, saat ia membawa Raden Sadhana yang merupakan manusia biasa, ke Istana Cahaya. Bukankah itu sangat menarik?

 Bukankah itu sangat menarik?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+++

"Romoo ... nanda pulang nih, bawa calon mantu," seru Dewi Sri lantang, memasuki balairung Istana Cahaya.

Ia tahu pasti, ayahandanya pasti ada di sana selepas menerima beberapa utusan yang menyetorkan tugasnya, membawa kembali pecahan kristal tongkat mustika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia tahu pasti, ayahandanya pasti ada di sana selepas menerima beberapa utusan yang menyetorkan tugasnya, membawa kembali pecahan kristal tongkat mustika.

"Ihh, sudah banyak aja utusan yang mendahuluiku!" Dewi Sri menghentakkan kakinya kesal, saat dilihatnya kristal tongkat mustika di tangan ayahandanya sudah nyaris utuh seperti sedia kala.

"Nih, Rom, pecahan kristal yang jadi tugasku. Tiga keping loh, hebat gak? Thanks to my dear Sadhana, tentu saja. Haha."

Dewi Sri menghaturkan kristal kepada ayahnya dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya tetap menggenggam erat tangan Sadhana, memberinya kekuatan.

Pengantin PadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang