Bocah kecil itu menutup telinganya saat mendengar suara pecahan dari dalam sebuah kamar.
"KAU TAHU AKU LELAH! KENAPA KAU TERUS BERTANYA!"
"AKU INI ISTRIMU! WAJAR SAJA AKU BERTANYA KENAPA KAU PULANG TERLAMBAT."
"KAU SUDAH TAHU JAWABANNYA. KENAPA MASIH BERTANYA?"
Hingga terdengar suara tamparan begitu keras yang menjadi penutup pertengkaran itu. Penasaran bocah kecil itu membuka perlahan pintu kamar tersebut dan menemukan seseorang terjerebab dilantai. "EOMMA." Serunya berlari kearah yeoja itu.
Namja itu menghela nafas. "Soojung-ah masuk ke kamarmu."
"Eomma." Tangis bocah itu.
Yeoja itu tersenyum. "Masuklah, turuti ayahmu." Soojung menggeleng. "Masuklah. Eomma tidak baik-baik saja."
Bocah kecil itu mengangguk dan berdiri, bocah itu melirik ibunya lalu menatap ayahnya. "NAPPEUN SARAM." Teriaknya pada sang ayah. "APPA JAHAT! AKU BENCI APPA." Teriaknya lalu berlari keluar kamar meninggalkan namja itu terdiam ditempatnya.
"Kau sudah menyakiti putrimu.""Appa jahat. Appa jahat." Soojung menangis sambil memeluk gulingnya. "Appa jahat." Gumamnya terus hingga tertidur.
&&&&&
"Selamat pagi." Sapa yeoja cantik itu pada para tetangga.
"Pagi Yoona-ssi. Berangkat kuliah?"
"Nee eomonim."
"Semoga harimu menyenangkan."
"Nee. Semoga hari ini hari yang menyenangkan." Ujarnya lalu berjalan kearah parkiran sepeda. Seperti itulah kegiatan Yoona di pagi hari. Menyapa para tetangga dengan begitu ramah, berangkat kuliah dengan sepeda, lalu kerja paruh waktu disebuah cafe. "Selamat pagi Haraboeji." Serunya.
"Oh Yoona-ssi. Hati-hati di jalan."
"Nee.""YA! Apa Yoona sudah datang?"
"Belum." Jawab namja tinggi itu sambil memainkan game konsolnya.
"Aigoo yeoja itu, selalu saja datang tepat waktu. Kalau begini bagaiman aku bisa melihat tugasnya." Rutuk yeoja cantik itu menghentakkan kakinya ke lantai.
"Oh Yoona-ya." seru namja tinggi itu saat Yoona menghampiri kedua sahabatnya yang sedang duduk di taman Universitas."
"Yoong." Serunya membuat Yoona tersenyum menghampiri mereka.
"Waeyo? Tumben sekali kau datang cepat."
"Dia ingin melihat tugasmu Yoong. As usual."
"YA! Lee Jonghyun."
Yoona terkekeh dan mengeluarkan mapnya. "Ini cepat salin besok jangan lupa kumpulkan ya Choi Sooyoung."
"Nee. Arrasseoyo. Ayo kita ke kelas."
"Hari ini aku tidak ada kelas." Jawab Yoona santai.
"Ayolah.. Masuk kelas kami saja."
"Aih cham. Baiklah." Ujarnya mengikuti sahabatnya itu.
"Lee Jonghyun ayo." Seru Sooyoung semangat."Siapa yang tega meninggalkan anaknya disini, tega sekali."
Bocah kecil itu tertidur diatas rumput yang berada dibawah pohon besar sambil memeluk boneka kelinci yang sudah kusam.
"Ya Tuhan. Anak siapa itu? Kenapa dia tidur disana." Seru mahasiswa yang lain dan membuat langkah tiga sahabat itu terhenti.
"Sebentar." Ujar Sooyoung lalu berjalan mendekati bocah itu.
Changin mendesah. "Ya Tuhan, kapan sih tingkat sosial Choi Sooyoung itu menurun."
Yoona terkekeh dan mendekati sahabatnya yang sedang membangunkan bocah kecil. "Waeyo? Kenapa anak ini tidur disini?"
"Molla." Jawabnya. "Aegi-ya, ireona."
Bocah kecil itu menggosok matanya dan melihat sekitarnya.
"Aigoo yeppeuda." Puji Jonghyun membuat bocah itu mendongak, menatap kearah mereka bertiga.
"Eomma." Serunya dan langsung memeluk Yoona.
Yeoja itu menatap kedua sahabatnya yang mengangkat bahu mereka. Yoona hendak melepaskan pelukan bocah itu namun pelukan itu semakin kencang bahkan bocah itu menangis.
"Eomma. Aku benci appa. Aku benci appa yang memukul eomma. Eomma ayo kita pergi dari sini."
Yoona menghela nafas. Jujur dirinya tidak terlalu dekat dengan anak-anak meski sebenarnya dirinya menyukai mereka. "Aegi-ya..." Yeoja itu menarik bocah itu agar menatapnya. "Aku bukan ibumu."
"ANIYA. EOMMA-DA. NAE EOMMA." Teriaknya sambil menangis membuat semua orang yang menoleh kearah mereka.
Jonghyun mendesah. "Choi Sooyoung, kau harus bertanggung jawab." Ujarnya.
Sooyoung tersenyum. "Aegi-ya. Namamu siapa?"
"Soo.. aniya Krystal. Eomma yang memberikan nama itu untukku."
Yoona tersentak begitu juga pasangan itu.
"Yoong. Dia benar-benar anakmu." Sahut Jonghyun. "Bukankah Krystal adalah nama yang ingin kau berikan pada anakmu nanti."
Yeoja itu menatap bocah itu benar saja. Wajah bocah ini mirip dengan dirinya saat masih kecil dulu. Matanya, senyumannya.
"Cha.. Bagaimana kalau Krystal dan Eomma pergi bersama-sama. Karena eonni dan oppa ada kelas setelah ini."
"YA! Choi Sooyoung."
"Kami ada kelas. Jadi kau urus dulu bocah ini, nanti kami akan menyusulmu."
"Aku ada kerja setelah ini."
"Ayolah kerjamu nanti sore kan. Jadi selama menunggu kerja lebih baik kau bersama bocah ini."
Yoona memandang bocah itu dengan ragu lalu mendesah. "Krystal-ah, apa kau sudah sarapan?" Krystal menggeleng. Yeoja itu mengangguk. "Kajja, sambil menunggu eonni dan oppa tadi kita cari sarapan dulu."
"Nee eomma."Yoona menatap bocah yang saat ini menyantap makanannya dengan lahap, tanpa disadari senyuman manis itu terlukis di wajahnya. "Manni mogo."
"Nee eomma."
"Berapa Umurmu?"
"Lima tahun." Jawabnya sambil menyeruput minuman.
Yoona mengangguk. "Krystal-ah, apa ibumu benar-benar mirip dengan diriku?"
Krystal diam dan menatap yeoja itu kemudian mengangguk. "Eonni adalah uri eommaku. Ibuku juga bernama Yoona."
"Ye?" Yeoja itu tersenyum nyengir. "Eii itu tidak mungkin. Lalu siapa nama ayahmu?"
"Appa? Molla. Aku benci ayahku. Aku tidak mengingat nama dan juga wajahnya."
"Waeyo?" Yoona bertopang dagu. "Kenapa kau membenci ayahmu?"
"Karena dia sering memarahi eomma."
"Tapi kau tidak boleh membenci ayahmu. Karena dia adalah ayahmu."
"Shirreo."
Yoona tersenyum miris.
"Yoona-ya, kau tidak boleh membenci ibumu. Dialah yang melahirkanmu dan dia sangat menyayangimu."
"Shirreo. Aku membencinya. Kalau dia menyayangiku kenapa dia pergi meninggalkanku? Meninggalkan appa sendirian."
"Eomma." Panggilnya membuat yeoja itu tersadar.
Tanpa yeoja itu sadari, saat ini ia sudah terbiasa di panggil dengan sebutan 'eomma' dari bocah itu. "Hmm."
"Eomma melamun?" tanyanya. "Eomma selalu saja melamun. Setiap menjemputku, setiap menyetir bahkan setiap makan malam."
"Ye? Memangnya ibumu juga sering melamun."
"Ibuku? Ibuku adalah eomma."
Yoona tersenyum miris. "Keurae.. Aku adalah ibumu. Mianhaee."
Krystal tersenyum lebar.
"Yoona-ya." panggil seseorang membuat yeoja itu mendongak lalu melambaikan tangannya. "Nugu?" tanya namja itu saat duduk disebelah Yoona.
"Oh dia.."
"Annyeong Haseyo. Krystal imnida. Aku anaknya Yoona eomma."
"Ye?" Namja itu menatap Yoona yang tersenyum nyengir. "Chagiya, kapan kau hamil? Kita bahkan belum melakukannya. Kau baru berumur 22 tahun kenapa kau sudah punya anak berumur 5 tahun?"
"5 tahun. Umurku 5 tahun." Celetuk Krystal.
"Oppa.. ini bukan seperti yang oppa kira.. Tadi.. tadi aku, Sooyoung dan Jonghyun menemukannya tertidur di taman kampus. Lalu tiba-tiba dia memelukku dan memanggilku eomma."
"Ye? Kau serius?" Yoona mengangguk. "Lalu kenapa namanya Krystal? Bukankah nama itu adalah nama yang akan kau berikan untuk anak kita nanti."
"Mollayo.."
"Eomma. Siapa dia? Kenapa dia memanggil eomma dengan sebutan chagiya? Appa juga sering memanggil eomma dengan sebutan chagiya."
"Heol daebbak.. Bagaimana bisa dia memanggilmu eomma dengan santai seperti itu? Im Yoona. Katakan padaku yang sejujurnya."
Yoona menghela nafas. "Krystal-ah, dia adalah Lee Hyukjae."
"Aku pacar ibumu." Sahut namja itu.
"Ye? Pacar eomma?" ulangnya.
Hyukjae mengangguk lalu merangkul Yoona. "Nee. Aku adalah pacar ibumu. Kami sudah pacaran sejak 2 tahun yang lalu."
"Lalu appaneun?"
"Ye?"
Yoona tersenyum pada Krystal. "Appa... Hmm.. apa Krystal tau siapa nama appa?"
Bocah itu menggeleng. "Molla. Aku tidak ingat."
"Wajahnya?" desak Hyukjae.
"Eomma." Rengeknya lalu menangis. Segera yeoja itu mendekati Krystal lalu menenangkannya.
"Oppa dia hanya anak kecil. Jangan didesak seperti itu."
Hyukjae mendesah. "Arrasseo." Sahutnya. "Hei bocah, kalau kau memanggil pacarku eomma berarti kau harus memanggilku Appa."
"Shirreo." Tolaknya.
"YA!"
"Ya. Ya.. Lee Hyukjae." Seru Sooyoung yang baru datang bersama Jonghyun. "Apa yang kau lakukan?"
Namja itu mendengus. "Bocah ini terus memanggil Yoona eomma, saat aku menyuruhnya memanggilku Appa dia tidak mau."
Jonghyun terkekeh lalu duduk disamping namja itu. "Memangnya kau pacar Yoona, hah."
"Jadi Ahjussi ini bukan pacar eomma?"
"YA! Bocah beraninya kau memanggilku Ahjussi."
"Oppa." Seru Yoona kesal. "Krystal-ah dia Hyukjae oppa. Dia kakak sepupuku."
"Eomma oppa?" Yeoja itu mengangguk. Bocah itu mengerjapkan matanya berkali-kali. "Aah aku ingat. Hyukjae samchoon dulu sering datang kerumah kami yang lama hanya untuk makan masakan eomma, bila dia datang seluruh stok makanan dirumah langsung habis. Eomma suka memasak samgyetang untuk Hyukjae samchoon." Rocos bocah itu dan membuat empat orang dewasa itu tercengang.
"Ya.. Ya.. darimana.. darimana dia bisa tahu aku suka samgyetang buatan Yoona."
Jonghyun mendesah. "Sepertinya dia benar-benar anak Yoona." Ujarnya menatap bocah itu.
"Ye? Apa maksudmu?" sahut Sooyoung.
"Dia anak Yoona dari masa depan."
"YE?"&&&&&
Hai hai semuanya. Dele comeback dengan bawa FF baru.
Gimana? Pada penasaran siapa yang bakal jadi suami Yoona + ayah Krystal di masa depan?
Ada yang bisa menebak? Yg bisa nebak sok atuh di komen hehehe..Oh iya cuma ngasih tau. Novel Binder masih buka P.O kok, yg minat pengen punya novel binder bisa hubungi Dele ya...
Keep waiting for next story..
Selamat membaca.
annyeong..
YOU ARE READING
Refrain
FanfictionTrue Love doesn't mean being inseparable, it means being separated and nothing has changes. -My Dear Valentine-