6th

580 111 21
                                    

Kyuhyun menghentikan langkahnya saat melihat Krystal berjalan bersama namja dewasa. "Oh bukankah itu Krystal? Mau kemana mereka?" gumamnya lalu berjalan mendekat.
"Lebih baik kita duluan saja ke rumah Yoona eomma."
"Tapi Appa, nanti eomma pulang sama siapa?"
Namja itu tersenyum. "Eomma akan pulang bersama saat muda?"
Mata Krystal berbinar. "Jinjja appa?"
"Hmm. Jadi sekarang kita pulang."
"Nuguseyo?"
Keduanya menoleh.
"Kyuhyun Ahjussi."
Kyuhyun tersenyum lalu. "Oh Anda..."
"Annyeong haseyo Kyuhyun-ssi, kita bertemu lagi."
Namja itu mengangguk. "Kalian mau kemana?"
"Aaah itu saya ingin mengantar Soojung pulang."
"Aaah begitu. Silahkan."
"Annyeong Ahjussi."
"Annyeong Krystal-ah."

"Selamat pagi."
Yoona dan Hyukjae menoleh. "Selamat pagi."
Dokter Kim tersenyum. "Semuanya sudah siap?"
"Nee. Semuanya sudah beres. Tinggal mengurus administrasi."
"Ah begitu. Oh iya bagaimana kalau saya saja yang mengantar Yoona?"
Hyukjae tersentak lalu menoleh kearah Yoona. 'Itu benar.'
"Ada apa? Apa Anda keberatan?"
"Animnida. Tapi apakah tidak merepotkan dokter?"
"Tidak kok. Malah saya senang, kebetulan shift jaga saya juga sudah selesai."
"Sure." Hyukjae menoleh kearah Yoona. "Pulanglah lebih dulu, oppa akan menyusul."
"Baiklah."
Dokter Kim tersenyum. "Ayo.." ajaknya lalu meraih sebuah tas. "Biar saya yang bawa."
"Nee ghamsamnida."

"Annyeong haseyo sunbaenim."
Hyukjae menoleh. "Oh Kyuhyun-ssi."
Kyuhyun tersenyum. "Apa Yoona masih di dalam?"
"Nde? Aaah Yoona baru saja keluar. Mungkin sekarang masih di lobby."
"Aah sudah boleh pulang ya?"
Hyukjae mengangguk. "Nee. Tadi dia pulang bersama dokter Kim."
"Dokter Kim?"
"Nee. Dokter yang merawatnya, kebetulan dia mau pulang juga."
"Aaah begitu."
"Kau ingin menjenguk Yoona ya?"
Kyuhyun mengangguk. "Nee."
"Kalau begitu sama-sama saja. Setelah mengurus administrasi aku langsung ke rumah Yoona, tidak apa kan kita ke administrasi dulu?"
"Nee gwencana."
Hyukjae tersenyum.

Dokter Kim membuka pintu mobil untuk Yoona. "Silahkan masuk."
"Ghamsamnida." Ucapnya lalu masuk kedalam.
Namja tinggi itu tersenyum kemudian menutup pintu mobil dengan hati lalu beralih kebagian bagasi belakang untuk menaruh barang.
Yoona melihat sekitarnya, yeoja itu tampak gugup bahkan saat memasang sabuk pengaman saja tangannya gemetar.
"Waeyo?" tanya namja itu saat masuk mobil.
"Aniyo."
Dokter Kim tersenyum. "Cha, di daerah mana rumahmu?" ujarnya beralih pada GPS mobil.
"Daerah Universitas Dongguk."
"Aaah, kalau begitu kita tidak perlu GPS." Ujarnya lalu memasang sabuk pengaman. "Cha kita berangkat.
"Nee."

^1^

"Yoona-ssi."
"Nee."
Dokter Kim tersenyum. "Jweisonghamnida."
"Ye? Untuk apa?"
"Karena sudah mengira kalau pasien Park Haejin adalah suamimu."
"Aaah itu.. Aniyo gwencana."
"Apa kau sudah baik-baik saja?"
Yoona mengangguk ragu. "Satu minggu ini aku sudah memikirkannya dan aku yakin Haejin sunbae akan membenciku kalau aku tidak mengikhlaskan kepergiannya."
Dokter Kim mengangguk. "Ya, kehilangan orang yang kita cintai di depan mata kita memang lebih menyakitkan. Seperti kami pada dokter juga merasakan hal yang sama."
"Nee. Pasti berat sekali."
"Begitulah. Bahkan ada beberapa keluarga pasien yang meninggal tidak bisa menerima kenyataan."
"Aah benar. Seperti aku contohnya."
"Aniyo.. Yoona-ssi masih berada di level rendah."
"Jinjja?"
Namja itu mengangguk. "Nee. Bahkan ada yang memukul kami para dokter dan meminta anaknya dihidupkan kembali."
"Benarkah? Woaah itu benar-benar keren."
"Keren?"
Yoona terkekeh. "Coba kemarin aku seperti itu pada Anda. Pasti sekarang Anda tidak akan mengantarku pulang."
Dokter Kim tertawa. "Meski itu terjadi, aku tetap akan mengantarmu pulang Yoona-ssi." Ujarnya serius dan membuat wajah Yoona memerah.
"Aigoo kenapa panas sekali ya?" gumam Yoona melihat keluar jendela.
Namja itu tersenyum. "Mobilku memang mobil tua, jadi Acnya sering tidak berfungsi. Kau bisa mengambil buku dilaci yang ada didepanmu."
"Keurae, apakah boleh?"
"Tentu."
Yoona membuka laci tersebut dan senyuman yeoja itu berubah saat mendapati tidak ada satu bukupun disana, yang ada hanya sebuah kotak merah. Yoona meraihnya. "Apa ini?"
"Itu untukmu."
"Ye?" Yeoja itu menoleh dan mendapati Dokter Kim tersenyum. Namja itu meminggirkan mobilnya. "Seonsaengnim? Anda serius?"
Dokter Kim mengangguk. "Ya. Aku sangat serius. Selama satu minggu ini saya memikirkannya, meski terkesan egois tapi aku terus memikirkannya. Memikirkan tentang dirimu yang kehilangan seseorang yang kau cintai, awalnya aku mengira dia adalah suamimu tapi aku sangat senang kalau dia hanya seseorang yang kau cintai."
Yoona terdiam.
"Ini pertama kalinya bagiku.. Pertama kalinya aku terus memikirkan seorang perempuan meski aku sedang tidak memikirkan apapun. Kau datang menyelinap di pikiranku setiap menit dan membuatku sulit berkonsentrasi, aku ingin selalu menemuimu dnegan berbagai alasan dan aku benar-benar tidak mengerti kenapa ini terjadi padaku."
"Seonsaengnim.. aku..."
"Aku serius. Aku tidak berniat untuk main-main, meski aku hanya memiliki mobil tua ini dan pekerjaanku belum tetap. Aku akan berusaha membahagiakanmu dan melakukan apapun yang kau inginkan. Aku akan menjadi pria yang kau butuhkan, apapun akan aku lakukan untuk dirimu."
Yoona menggigit bibir bawah. Yeoja itu sudah mengira ini akan terjadi tapi kenapa jantungnya masih berdebar.
"Aku akan memberimu waktu." Ujarnya kemudian kembali pada jalanan.
"Aniyo.." potong Yoona membuat namja itu menghentikan namja itu. "Apa seonsaengnim bisa menerimaku?"
"Ye?"
Yeoja itu menunduk. "Aku.. aku baru saja kehilangan cinta pertamaku, apa seonsaengnim bisa menerimanya?"
Dokter Kim tersenyum tipis.
"Mungkin suatu saat nanti akan ada saatnya aku memikirkan cinta pertamaku, apa seonsaengnim bisa menerimanya?"
"Nee aku akan menerimanya."
"Jinjjaro?"
"Nee. Aku akan menerimanya dan aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menahan rasa cemburuku pada cinta pertamamu."
Mendengar itu Yoona tersenyum lalu mengangguk. "Baiklah, kita jalani dulu saja."
"Kau menerimaku?" serunya dengan semangat.
Yoona mengangguk. "Aku akan memakai cincin ini disaat kita benar-benar sudah siap untuk menikah, karena menurutku lebih baik mengenal satu sama lain lebih dulu."
"Keurae.. aku akan setuju tentang itu."
Yeoja itu tersenyum.
"Cha.. kita pulang." Ujarnya semangat.

RefrainWhere stories live. Discover now