One

456 59 12
                                    

Matt membawa gadis itu ke kastilnya dan untuk pertama kalinya seorang Matt Barnave membawa seorang manusia ke kastilnya, mungkin ia sudah tidak waras. Seluruh pelayan kastil menatapnya dengan tatapan bercampur aduk, ada yang menatapnya heran, iba, bahkan sampai iri kepada gadis yang berada di punggung Matt.

Sebelumnya, jika Matt haus dan ingin meminum darah manusia, maka ia akan membawa manusia itu ke perbatasan hutan dan jika sudah ia akan langsung menghapus ingatan manusia tersebut lalu menyuruh Edward membawanya ke tempat semula. Itu bertujuan agar bangsa vampire tetap aman.

Matt masih berdiri dan terus me-mandangi wajah gadis itu. Ia terlihat sangat pucat. Bahkan luka lebam di lengannya terlihat semakin memburuk.

"Edward!" panggil Matt, suaranya terdengar lebih tajam dari biasanya. Mata keemasannya terlihat semakin tajam.

"Ada apa?" seru Edward yang sudah berada ambang pintu.

"Jagalah gadis ini, sedangkan aku akan mengunjungi Adeline."

"Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?" tanya Edward. Matanya membulat tak percaya.

"Hentikan semua omong kosongmu, atau ku patahkan lehermu dalam hitungan ke lima!" ucap Matt dan langsung melesat hilang.

"Ck, dia memang benar benar vampir yang bodoh." lirih Edward sambil menatap gadis yang masih menutup matanya itu.

***

"Hei, kau mengangetkan ku!" tegur Adeline saat melihat Matt sudah di sampingnya.

"Sayapmu itu menggangguku." ucap Matt meledek.

"Katakan pada kedua taringmu bahwa mereka sangat menyebalkan!" cibir Adeline.

"Mana Edward? Aku tak melihatnya disekitarmu." tanya Adeline sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru.

"Ahh sudahlah, ia sedang aku tugaskan untuk menjaga seorang gadis yang berada di kastil." jawab Matt. "Ikutlah bersamaku ke kastil." ucap Matt.

"Hmm.. untuk apa?" tanya Adeline.

"Oh Adeline, ayolah.." rayu Matt.

"Aku tidak mau,"

"Ini perintah!" ucap Matt sambil tersenyum miring.

"Kau curang vampire sialan" kesal Adeline.

"Aku menunggumu peri manis" ucap Matt sambil tertawa dan melesat hilang.

"Ahh, dia masih saja menyebalkan seperti dulu"

Adeline Woodes, ratu dalam dunia peri. Ia memiliki warna sayap yang paling menonjol dari yang lain. Ia ratu yang baik hati dan tentunya menyenangkan.

Ia tidak akan mati kecuali sayapnya ditusuk oleh pedang aslan bagian barat yang berada di tangan seorang Matt Barnave, seorang pemimpin bangsa vampire sekaligus pemimpin dari semua makhluk perbatasan hutan Mangrate dan hutan Werdert terkecuali manusia.

Matt langsung membuka pintu dimana letak gadis itu berada dengan seorang peri dibelakangnya, Adeline. Alis Adeline bertaut, ia tampak sangat bingung dengan pemandangan yang ada didepannya. Bagaimana bisa seorang vampire yang sangat dingin pada manusia bisa membawa seorang gadis ke kastilnya?

"Sudahlah, jangan menatapnya seperti itu!" ucap Edward.

"Apa yang telah dilakukan vampie menyebalkan ini?" tanya Adeline sambil menatap sorot mata Edward.

"Ck, kalian ini sudah terlalu banyak berbicara sejak tadi." ucap Matt dengan tatapan yang semakin tajam.

"Apa yang harus ku lakukan?" tanya Adeline bingung.

"Obati gadis ini, bukankah kau seorang peri yang pintar?" ucap Matt dingin tetapi menaruh harap yang cukup dalam.

Adeline tertawa garing, membuat Edward mengangkat salah satu sudut bibirnya.

"Cepatlah Adeline, apa kau ingin sayap cantikmu itu ku jadikan abu?!" tanya Matt dingin dan terkesan menusuk.

"Tidak, aku akan mengobati gadis ini." jawab Adeline cepat. Edward hanya bisa membuang nafas kasar dari sudut ruangan.

Adeline mendekati gadis itu, ia mulai mengecek nadi gadis itu. Alisnya bertaut. "Apa kau meminum nya sampai habis? Nadi nya terdengar begitu lemah" ucap Adeline.

"Bahkan aku tak menyentuhnya sedikitpun" jawab Matt cepat.

"Kau gila, aku akan mengambil serbuk Aslan untuk gadis ini" ucap Adeline.

***

Adeline mengambil serbuk Aslan itu ditemani oleh Bob, putranya. Bob sedaritadi hanya berputar-putar di hadapan Ibunya dan tertawa-tawa.

"Hei bob, bisakah kau menyimpan sayapmu itu? Aku sedang sibuk, jangan bermain main!" ucap Adeline.

"Ah, apa? Aku sedang melatih kecepatan sayapku." jawab Bob seperti ia tak melakukan kesalahan sedikitpun.

"Ayolah Bob, apa kau tak bisa bersikap dewasa sebentar? Bermain lah dengan paman Zio, aku sedang bertugas!" ucap Adeline.

"Ya..ya.. untuk kali ini saja" ucap Bob lalu pergi dari hadapan Adeline.

"Dia benar benar menyebalkan" lirih Adeline sambil berlalu menuju kerajaan Barnave.

***

To be continue...

Waston CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang