Six

215 49 3
                                    

Flo menatap Matt dengan tatapan penuh pertanyaan. Ucapan Matt tadi membuatnya bingung bercpur takut. Ia masih bingung pada pria  Flo. Matt menatap manik mata Flo dengan lekat. Ia harus menceritakan semuanya pada Flo sekarang. Kuat tidak kuat, sanggup tidak sanggup, ia harus menceritakannya.

Flo harus mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Tak ingin kisah Viola terulang lagi pada Flo. Sudah cukup ia merasakan kehilangan orang yang ia sayang.

Ia kembali ke tempat semulanya, berjongkok di hadapan Flo. Rambut hitam kemerahan nya sudah menutupi wajah cantiknya karena sejak tadi ia menunduk.

Matt meraih dagu perempuan dihadapannya. Ia mengangkat nya dengan lembut, kemudian ia menangkup pipi Flo. Matt tersenyum, menandakan bahwa Flo akan baik-baik saja.

Merupakan hal yang langka untuk orang yang sudah mengenal Matt sejak lama untuk melihat Matt tersenyum. Semenjak kejadian yang menimpa Viola, senyumannya telah hilang. Matt menjadi vampire yang arogan dan dingin terhadap siapapun.

"Aku akan menceritakan semuanya padamu" ucap Matt yang tak mendapat respon apapun dari Flo.

Matt menceritakan semuanya, menjelaskannya secara detail. Dari kaum werewolf, dunia sihir, dunia peri bahkan sampai perjanjian antara seluruh ras kota waston.

Flo tak takut dengan Matt, tak sedikitpun. Bahkan jika ia harus mati sekarang maka ia akan berkata siap. Flo hanya kaget saat mengetahui Matt adalah seorang vampire.

Dongeng yang sering diceritakan oleh ibu nya dulu selagi kecil kini menjadi kenyataan di usianya yang ke-21. Entah itu sebuah kebetulan atau malah petaka baginya.

"Flo, apa sekarang kau takut denganku? " tanya Matt.

"Tidak, kau adalah vampire yang baik" ucap Flo sambil tersenyum.

"Dan kau adalah kakak ku" tambah Flo sambil tersenyum.

"Aku senang mendengar kata kata itu keluar dari mulutmu" ucap Matt.

"Jangan lupa untuk membangunkan ku besok" ucap Matt.

"Tentu"

***

Jam sudah menunjukkan pukul tiga lewat delapan belas menit. Flo menyingkirkan selimut yang sejak tadi malam menyelimuti badannya. Ia beranjak dari kasurnya. Dibukanya kenop pintu kamarnya dengan perlahan.

Kastil ini begitu sepi, tak ada seorang pun yang berlalu lalang di bangunan yang sangat luas ini. Kastil kerajaan Barnave yang sepi ini membuat kesan yang lebih mencekam dari biasanya.

Flo berlari kecil untuk sampai ke pintu kamar seorang Matt yang letaknya tak lumayan jauh. Ada satu kamar yang memisahkan letak kamar mereka.

Ia mengetuknya sebanyak tiga kali, dan hasil nya nihil. Ia kembali mencoba nya, diketuknya pintu kamar itu lagi sebanyak tiga kali, dan sama hasilnya tetap nihil. Tak ada respon apapun dari si pemilik kamar.

Dengan berat hati Flo membuka pintu kamar Matt. Gerakannya sangat hati-hati, seperti tak ingin sedikitpun mengganggu si pemilik kamar.

Flo melihat Matt sedang duduk di tepi ranjang nya. Matt tersenyum ke arah Flo.

"Matt, apa kau tak tidur? " tanya Flo.

"Bahkan aku tak pernah tidur selama aku hidup" jawab Matt santai.

"Kenapa kau tak membuka pintumya? " tanya Flo.

"Aku hanya malas" jawab Matt.

***

Matt membawa Flo ke kamar Viola yang bersebelahan dengan kamarnya. Ia akan memberi tahu Flo satu hal lagi yang ia harus ketahui.

Kamar Viola yang berwarna pastel dan semua perabotan berwarna putih sangat membuat Flo takjub. Kamar Flo yang berdominasi dengan warna-warna gelap sangat bertolak belakang dengan kamar Viola yang berwarna pastel.

Terlebih ada banyak boneka di kamar Viola menambah kesan lucu di kamar ini. Ia jadi rindu dengan Ayahnya yang selalu memberinya boneka di hari ulang tahunnya.

Boneka beruang besar terakhir yang diberikan oleh ayahnya ia simpan di kamarnya. Masih terekam jelas di otaknya kejadian tragis yang menimpa kedua orang tuanya. Dimana ketiga serigala sialan itu mencabik-cabik tubuh orang tuanya.

Ia jadi rindu masa-masa dimana dirinya berada di tengah keluarga yang harmonis. Masa-masa dirinya tengah tertawa bersama dengan kedua orang tuanya. Tentunya ia merindukan masa-masa indah dalam hidupnya.

"Flo, kemarilah" ucap Matt.

"Pakailah pakaian ini untuk hari ini" ucap Matt sambil menyodorkan sebuah pakaian khas bangsa vampire.

"Tapi.. " ucap Flo ragu.

"Pakailah, kau adalah adikku sama hal nya dengan Viola" bantah Matt.

"Baiklah"

***

Ia memandang pantulan dirinya sendiri di cermin. Ia merasa bak seperti putri istana.

Balutan jubah berwarna kuning dan sarung tangan hitam yang merekat di tubuh Flo menambah kesan lucu untuk Flo. Rambut kemerahan nya ia urai seperti biasa membuatnya terlihat lebih anggun.

Flo membuka pintu kamar Matt, ternyata ia sedang duduk di tepi ranjang, seperti tadi.

Tak ada yang berbeda dengan Matt, bajunya masih sama seperti terakhir kali Flo melihatnya. Sama sekali tak ada yang berbeda.

"Matt? " panggil Flo.

"Hmm " gumam Matt.

"Kenapa kau menyuruhku memakai baju ini, sedangkan kau masih memakai baju santai mu" ucap Flo.

"Karna kau adalah adikku, kau harus memakainya pada saat acara nanti. Dan aku akan mengganti pakaianku nanti" ucap Matt.

"Emm.. aku lapar" ucap Flo.

"Baiklah, kau kebawah duluan. Minta Jess untuk membuatkanmu makanan" ucap Flo.

"Aku takut, kastil ini begitu sepi" ucap Flo.

"Baiklah, duduklah disini. Aku akan mengganti pakaianku terlebih dahulu" ucap Matt sambil beranjak dari kasurnya.

"Baiklah, jangan berlama lama dalam kamar mandi itu" ucap Flo.

***

To be continue...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Waston CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang