Kala itu siang sudah mulai bernjak turun menjadi sore. Gue cuman ngeliat kiri kanan gue yang kami lewati. Kami beralih pergi menuju ke makam Istri Leon. Gue tau gue gk bisa aja ngambil Leon gitu aja. Gue juga gak mau Leon ninggalin dia gitu aja. Gue mau semuanya ini berjalan lancar gak ada orang yang dirugikan even tho gue sadar dengan situasi yang ada.
Gue gak henti-hentinya senyum ngeliat wajah Leon yang udah kembali cerita kayak biasa. Gue tau gue sekarang ada dijalan yang emang semestinya gue berada. Gue harus tetap berjalan di jalur ini, bersama Leon.
Tak lama kami sampai dipemakaman itu. Letaknya cukup jauh dari kota. Gue cuman ngikut Leon dari belakang. Hingga kami sampai disatu makam yang menurut gue disitu tempatnya.
"Ini Laura," sebut Leon duduk disebelah makan tersebut,
"Laura, aku mau kenalin kmu sama Dion," lanjut Leon berbicara dengan makam tersebut.
"Aku tau cinta kita berdua itu gak ada akhirnya tapi in the end of the day aku harus bisa ngerelain kamu, aku udah nemuin seseorang yang ada buat aku Laura. Kamu selalu bilang jika aku harus bahagia dengan jalanku sendiri, dan ini jalanku. Dia orang yang baik, kamu tenang aja, dia bisa jaga aku, dia bisa buat aku bahagia sama kayak kamu, aku harap kamu bisa dengar aku disana,"
Gue gak tau kenapa gue jadi sedih gini. Gue gak pernah tau Leon bakalan ngelakuin ini. Gue gak pernah sadar selama ini kalau Leon cinta sama gue. Gue gak pernah sadar kalo Cinta yang gak pernah gue rasakan ternyata selalu ada didekat gue.
"Makasih," ucapku setelah kami kembali kedalam mobil,
"Aku yng harusnya berterima kasih sama kamu, kamu sudah mau nerima aku," lanjutnya menggenggam tanganku,
"Kamu mau ice cream ?" lanjutnya,
Gue cuman ngangguk setuju. Gue emang paling suka sama ice cream. Gue gak bisa nolak buat itu,
"Dion, can i ask you something?" tanyanya diperjalanan,
"Yahh ?"
"Kalau kamu aku ajak tinggal di Amerika kamu mau ?"
Pftttt..... kenapa si Leon nanya kayak gitu ?
"Hmmm I don't know, aku belum siap mungkin untuk sekarang," lanjutku aneh,
Dia hanya tersenyum mendengar jawabanku. Actually gue juga gak mau jawaban gue buat Leon kecewa, I mean gue juga belum siap tinggal sama Leon apalagi di Amerika. Jangankan tinggal berdua, nemuin Leon ke keluarga gue aja belum siap.
And about that, walau gue cegah gimana juga buat Leon selalu ada cara buat maksa gue, dan akhrinya hari itupun dtang, hari dimana gue harus kenalin Leon didepan Ibu dan adek-adek gue, and that's mean gue harus come out ke keluarga gue. Itu adalah momen paling mendebarkan buat gue. Gue gak mau Ibu kecewa sama gue, tapi gue juga gak mau kehilangan Leon,
"Aku udah didepan," seru Leon didalam telfonku,
God, this is really happening...
"Bu, temen Dion udah datang," seruku kepada Ibu,
Sebelumnya gue udah ngomong sama Ibu kalo malam ini temen aku bakalan datang buat makan malam jadi Ibu udah nyiapin beberapa makanan supaya kita bisa makan bareng.
Gue dengan jantung yang berdebar-debar menjemput Leon didepan rumah gue. Gue ngeliat Leon yang berdiri didepan halaman rumah gue dengan pakaian formalnya, dan yang bikin gue blushing seketika adalah gue ngeliat bunga ditangan kanannya,
"Kamu ngapain bawain aku bunga ?" Seruku mendatanginya,
"Ini bukan buat kamu, buat Ibu kamu," balasny,
Shit !!
"Yaudah kamu masuk aja langsung, Ibu ada dibelakang," balasku malu,
Okey this is. Leon udah masuk kedalam rumah gue for the first time,
"BUUUUUUUUUUUUU...................."
God, this is what I'm talking about,
Putra, ade gue langsung teriak gak jelas pas ngeliat Leon ada didalam rumahnya,
"Buuu....... ada Leon Bu !!!" Teriaknya lagi,
Gue cuman nutup wajah gue antara malu dan ahhh gue gak tau gimana perasaan gue,
Of course Ibu tau Leon, siapa yang gak kenal
Leon. Ibu langsung keluar dari dapur dan ngeliat Leon yang ada disebelah gue. Ibu udah kayak orang ngeliat berlian, hebohnya minta ampun,"Aduhh Dion kamu kenapa gak bilang kalo kamu punya temen pemain bola kayak nak Leon ini," seru Ibu,
"Ini Bu, Bunga buat Ibu," seru Leon memberikan bunga itu,
Si Putra masih aja ngeliat Leon sambil nganga gak jelas. This is really horrible gue gak tau apa yang dipikiran Leon sekarang ngeliat keluarga gue,
"Ka, kakak ko bisa temenan sama dia," bisik Riska,
"Dia ada utang sama gue dulu," jawabku asal,
"Yaudah nak Leon silahkan masuk, Ibu sudah masak didalam," balas Ibu,
Akhirnya kita semua berada dimeja makan buat nyantap makan malam yang Ibu masak. Wajah Si Leon kenapa anteng-anteng aja yah ? Dia gak ngerasa aneh gitu sama keluarga gue yang absurd ini,
"Bang Le....on, bi....isa mi....nta ta....tanda tatatangan gak ?" Seru Putra terbata-bata,
Leon tertawa membalas pernyataan Putra, dengan sigapnya Leon menandatangani semua buku2 pelajaran Putra yang sama sekali gak nyambung,
"Jadi, Nak Leon ini kenal sam Dion dimana ?" Tanya Ibu sok akrab,
"Kete......"
"Kami berdua ketemu waktu Dion kerumah saya Bu," jawab Leon memotong pembicaraan gue, baru aja mau bhong, alhasil si Leon nyeritain semua kejadian pertemuan kami berdua,
"Jadi kamu namanya Riska, ini Putra," seru Leon kepada adek gue,
Si Riska dengan manis tersenyum nah si Putra masih aja nganga ngeliat Leon,
"Putra kamu sering jaga kakak kamu gak ?" Tanya Leon yang ngebuat gue malu,
"Jaga ? Hmm ka Dion gak bisa dijaga, ka Dion jahat orangnya," balas Putra yang berhasil ngebuat gue malu seketika,
Setelah itu Leon ngeliat wajah gue dan gue cuman sok gak ngebalas tatapan itu,
"Kalau gitu setelah ini biar Leon yang ngejaga kakak kamu yah," lanjut Leon,
Gue bisa ngeliat keintesitas yang terjadi saat itu, Ibu terlihat bingung dengan jwaban Leon barusan,
"Bu, Sebenarnya kedatangan Saya kesini untuk memberitahu Ibu dan keluarganya Dion kalau Saya akan membawa Dion untuk tinggal bersama saya di Amerika," jawab Leon memperjelas segalanya,
Bahkan sebenarnya gue gak pernah bilang setuju kalau gue ikut pindah sama Leon,
"Ka....kali......"
"OMG HELLOWWWWWWW!!! DONITAA SAMA BABANG BULE UDAH PACARAN ????" Teriak Opik yang tiba-tiba aja datang memotong pembicaraan Ibu,
"Omg, alat pernapasan gue mana aduh !! ini gak real kan ? Donitaku sayang akhirnya pacaran sama Babang Bule ini," serunya lagi mendramatisir keadaan,
"Leon, ini Opik, Opik ini Leon," seruku memperkenalkan mereka berdua,
"Opika Iskandar," seru Opik bersalaman dengannya,
"Ibu senang kalau Dion bahagia, Selama itu membuat Dion bahagia Ibu selalu setuju," jawab Ibu ngebuat semua keadaan menjadi tenang,
Gak buat Opick, dia tetep heboh dengan pernyataan kami berdua, well actually gue tau problem gue udah selesai dilangkah ini. Hal yang paling gue takutin udah mulai sirna. Semuanya sudah kembali berjalan lancar. Is this the End ?
Well, gue masih ingin cerita masalah gue sama Leon tentang keputusan kita berdua bakal pergi ke Amerika apa gak ?
/// hey guys I think this no the end, their will be some +6 chapters more and it's. I'm sorry if this story is not as good as you think about, but yeah this is it, thank you, thank you for everything ❤❤ see you...
KAMU SEDANG MEMBACA
My SuperBall Lovers [BoyxBoy]
Teen FictionHighest Rank; Ranked number #1 on BoyxBoy 🙈 Gue gak tau bakalan mulai dari mana, bakalan nyeritain semuanya ini dari mana karna gue bahkan gak sadar sama sekali klau cerita ini bener2 bakalan gue rangakai. Yang diotak gue setiap pagi adalah cuman n...