Chapter 8

4.9K 386 158
                                    

.
.
.
.

Seminggu telah berlalu semenjak aku bertemu dengan Yoongi di malam itu, kini aku sudah masuk kembali ke sekolah. Soal kakakku sudah selesai. Pada akhirnya seluruh penghuni sekolah mengetahui bahwa Park Chanyeol adalah kakakku.

Masalah ini selesai begitu saja. Pihak sekolah mengatakan bahwa ini hanya keisengan anak anak semata. Siapa lagi kalau bukan si Min Yoongi byuntae itu yang melakukannya.

Aku masih merasa canggung hingga siang ini. Tentu saja, semua orang sudah mengetahui hal yang kami tutupi tapi akhirnya terbongkar gara gara Min Yoongi yang seenaknya mengatakan bahwa ini keisengan. Tapi aku tak peduli dengan bisik bisik itu. Toh nantinya juga akan mereka lupakan.

Saat ini aku sedang menunggu Min Yoongi ruang lab bahasa. Meminta penjelasan dengan alasan yang dia berikan. Dia memang keluarga pemilik sekolah ini tapi tidak dengan alasan seperti itu kan. Ah benar benar bodoh.

Semua memang sudah tau tapi untuk membicarakan ini aku hanya akan berbicara empat mata dengannya.

Drrp

Drpp

Cklek

Blam

" Ada apa memanggilku keruang ini"

"Apa maksutmu dengan keisengan siswa?"

"Yang penting sudah selesai"

"Tetap saja itu menggeliakan tau. Sekarang aku harus punya muka setebal kamus. Kau tau itu. Ahhhh benar benar!"

"Bagaimana dengan kakakmu?"

"Yah dia baik. Dia berterima kasih padamu karna sudah menolongnya disaat saat terkahirnya hampir menyelesaikan magangnya"

"Hmm"

Tampan sekali

Jika dilihat dari jarak sedekat ini Min Yoongi memang benar benar tampan. Rahangnya yang tegas, dagunya yang bulat, hidungnya yang tinggi namun pas dengan ukuran wajahnya. Serta mata setajam elang berbulu mata cantik saat terpejam.

Aku hanya tersenyum. Kurasa pipiku merona saat ini.

Seminggu semenjak malam itu kami hanya berkirim pesan singkat. Menanyakan kabar hanya secukupnya saja. Min Yoongi itu hanya akan mengirim pesan sikat sekali.

Dan beberapa hari tak dapat melihatnya membuat sesuatu dalam diriku kosong. Terkadang aku hanya memandangi diriku dalam kaca saat mengganti pakaian entah mengapa aku merasa panik. Seolah ada yang kosong. Seolah ada yang hilang. Seolah ada yang lari dan seolah Yoongi akan meninggalkanku.

Sejujurnya ini yang aku risaukan sejak kemarin. Rasa takut itu jutru semakin membucah saat pagi tadi tanda itu benar benar hampir tak terlihat dicermin.

"Yoongi-a... b.bolehkah aku meminta tolong sesuatu padamu"

Owh god... Park Jimin kau benar benar akan mengatakannya. Sialnya mulut ini sudah terlanjut megatakannya. Shiit

"hmm"

Yoongi menyedekapakan kedua tangan besarnya kedada bidangnya. Kemudian duduk ketas meja yang tersedia di ruangan tersebut. Lantas memandangku kala aku tak kunjung mengatakan apa mauku.

Sesungguhnya aku hanya takut dia akan lepas kendali.

"Katakan. Apa yang bisa aku lakukan untukmu Park"

"Aa.... aa hmm"

"..."

Kubuka kancing teratas seragamku lalu kulanjutkan kancing kedua untuk kemudian kutarik hingga menampilkan perpotongan leher serta pundak ku.

 "Aa apakah kau mau membuatkan tanda itu kembali disini!" 

Sial. Park kau benar benar jalang. Aku yakin wajahku sudah semerah cherry saat ini. Aku semakin merapatkan mataku menahan segala gejolak dalam dadaku. Seperti saat kau menaiki rollercoster. Mengaduk aduk segala yang ada dalam perutmu.

Tap

Langkah Yoongi mendatangiku dan hembusan nafasnya kini sudah berada di depan mulutku.

Basah

Rasa basah itu kini menjadi rasa sedikit perih saat Yoongi terus menghisap kulitku.

Euuh

Hanya lenguhan yang keluar dari mulutku. Rasa ini akhirnya datang kembali. Rasa yang membuat tubuhmu memanas serta rasa menyenangkan yang tak terdeskripsikan oleh kata.

"Milikku"

Brukkk

Yoongi mendorongku hingga terjatuh ke lantai dengan tangannya yang menopang belakang kepalaku agar tak terbentur lantai.

cklek

Tepat saat Yoongi akan menyerah bibirku serta tangannya yang sudah sampai pada bagian rok bawahku yang sedikit tersingkap, pintu ruangan laboratorium terbuka. Beberapa siswa masuk dan berbelok kearah bagian komputer. 

Aku bernafas lega karena sedikit tertolong dengan mereka. Seandainya mereka tidak datang tepat waktu mungkin sekarang aku sudah mendesah karna perbuatan Yoongi.

"Kau sengaja memilih tempat ini agar ini terjadi kan"

"Tentu saja!"

"Itu salahmu sendiri. Aku sudah menahan untuk tak memakanmu sebelum saatnya tiba, tapi justru kau memintaku datang hanya untuk membuatkan tanda yang sudah menghilang dari lehermu!"

"Maaf, tapi aku benar benar tidak tenang saat tanda itu memudar. Aku takut kau juga akan menghilang"

"BODOH!"

Takk

"Awww...kenapa kau memukulku shh"

aku memegang hidungku yang baru saja dipukul Yoongi.

"Karna kau bodoh Park"

chup

yoongi mengecup hidungku.

sreettt

Ia melepas dasiku lantas berjalan meninggalkan ku yang kini sudah berdiri dan bersandar pada dinding.

"Sabtu sore datang ke apartementku dan tepati janjimu!"









END


Bitter Stamp With A DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang