PART 3

7.4K 552 45
                                    

.
.
.

Setelah kejadian kemarin aku kembali masuk sekolah seperti biasa. Menganggap hal itu tidak pernah terjadi. Pagi hari yang cerah membuat mood ku benar-benar membaik. Sesegera mungkin kulangkahkan kakiku menapaki lantai gedung sekolah ini. Melihat putaran jarum jam yang melingkar apik di pergelangan tangan ku, yang sudah menunjukan pukul 7 tepat. Sebentar lagi bel akan berbunyi sedangkan kelasku berada di lantai 2. Cepat-cepat ku langkahkan kaki ini menaiki tangga menuju kelas.

Saat sampai di kelas, setengah dari siswa sudah berada di bangkunya masing-masing. Ku edarkan pandangan kedua mata ku kearah belakang. Mencari sosok bersurai hitam yang biasa duduk dibangku paling pojok belakang mengangkat kakinya diatas bangku dengan hetset menyumpal di kedua lubang telinga nya. Tapi sosok tersebut tak ada dalam obsidianku. Segera ku jatuhkan pantatku pada dataran kursi. Terduduk rapih saat bel berbunyi tanda pelajaran akan segera dimulai. Beberapa siswa berlarian di lorong mencari kelas nya masing-masing. Dan beberapa diantaranya masuk kedalam kelas yang sama dengan ku. Mataku tak lepas dari pintu, menunggu sosok itu masuk dan mengikuti pelajaran dengan baik seperti janji yang kami sepakati. Aku dibuat kaget dengan suara seseorang yang memanggil namaku.

"hey Jimin...kamu mengerjakan tugas dari guru Choi Tidak?!"

"Eohh...iya aku mengerjakan. Kenapa memangnya?"

"Heehee...boleh aku melihatnya?aku benar-benar lupa kemarin!"

"Tunggu sebentar,aku ambilkan".

"Wahh..baik sekali kamu Jimin-ssi".

"Tidak apa. Ini bukunya,dan segeralah menyalinnya sebelum guru Choi datang!"

"Iya aku mengerti. Thnks Jims-."

Jung Hoseok adalah teman sekelas ku yang duduk di samping kiriku. Laki-laki yang ceria dan hyperaktif ini memang terkadang menyebalkan seenaknya meminjam hasil jerih payah orang lain. Hahhh...tak apa berbuat baik kepada teman sesekali itu tidak dosa kan.

Kedua mataku kembali fokus kepintu hingga beberapa menit kemudian pintu itu terbuka perlahan dan saat sosok itu muncul berjalan dengan pasti melewati meja meja didalam kelas, melangkahkan kakinya dengan mantap menuju bangkunya di pojok kiri sudut ruangan kelas. Masih sama,tanpa memiliki ekspresi di wajahnya. Datar.

Pelajaran dimulai saat guru Choi memasuki kelas beberapa saat yang lalu. Kelas yang biasanya ramai menjadi tenang tanpa ada sedikitpun suara. Guru Choi memang terkenal galaknya jadi tidak heran jika murid banyak yang takut ketika dia mangajar. Menutup mulut mu adalah cara yang baik jika kau tidak ingin mendapat hukuman berat dari guru satu ini. Dan hanya guru Choi saja, sisa guru lain nya hanya dianggap seperti hiasan meja saat jam pelajaran.

Ku tengokkan kepala ku ke kiri melirik sedikit ke meja sudut terlihat dia yang sedang membuka bukunya, mengerutkan dahinya seolah tak mengerti dengan apa yang ada di dalam buku yang ia genggam. Sedikit lucu memang ketika benar-benar melihat dia seperti itu. Setidaknya ada sedikit peningkatan. Padahal sebelum nya dia akan tetap mengabaiakn guru Choi dan memainkan ponselnya meskipun guru Choi sedang mengajar.

Aku kembali teringat dengan jadwal pelajaran hari ini. Kakak ku akan masuk di akhir jam pelajaran. Sedikit khawatir apakah si anak pembuat masalah akan menepati janjinya atau melupakannya begitu saja. Aku akan perhatikan itu nanti. Kalau dia tidak menepatinya lihat saja, aku tidak akan tinggal diam. Jangan pernah berpikir bahwa setelah kejadian kemarin kalian dan kau Min Yoongi, berpikir kalau aku itu lemah. Aku bisa melakukan apapun jika itu menyangkut soal keluarga ku. Tidak. Kakak ku tepatnya. Karna aku tidak memiliki keluarga selain kakak ku.

.
.
.

Kantin adalah tempat yang akan ramai saat istirahat. Aku berniat kesana tentunya mengisi sesuatu agar mampu berkonsentrasi menerima pelajaran dikelas yang super berisik di jam berikutnya sebentar lagi. Namun niat ku terhenti saat aku melihat kebelakang,mendapati si Min sialan itu tengah bermesraan dengan dua ornag fans nya atau pacarnya entahlah aku tidak tau tapi kemarin wanita itulah yang selalu bergelayut manja di lengan dan pangkuannya. Sial, kenapa aku harus melihat ini. Entah kenapa dan bagaimana aku pun tak meyadari aku sudah menarik lengan si rambut pirang menjauh dari lengan Yoongi kemudian si rambut hitam menyusul kemudian. Lalu berteriak ke wajah menyebalkan si Min sialan Yoongi ini.

Bitter Stamp With A DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang