"Olina dimana Kan?" Tanya seorang wanita yang bernama Kinaya dengan umur yang berkisaran 40-an.
Kania menolehkan kepala nya ke kanan saat mendengar suara lembut bu Kina. "Ada dikamar bu," jawab nya.
Wanita yang biasa dipanggil bu Kina itu pun mengangguk dan berjalan menuju ke kamar Olina yang juga merupakan kamar Kania.
Tok tok tok
"Masuk!" Seru Olina dari dalam kamar.
"Lin," panggil bu Kina.
Olina menoleh ke arah pintu. Kemudian tersenyum tipis saat melihat ternyata bu Kina yang masuk.
"Kenapa bu?" Tanya Olina pelan.
Bu Kina pun mendudukan tubuh nya ditepi kasur Olina. Kemudian menatap nya dengan lekat. "Kamu nggak papa kan?" Tanya nya balik.
Olina mengangguk pelan. "Nggak papa bu. Ibu kenapa sih?"
"Ibu khawatir sama kamu Lin. Sejak sepulang nya kamu dari sekolah tadi siang, kamu itu keliatan beda. Makan siang aja tadi kamu cuma sedikit doang," jelas bu Kina dengan suara cemas.
Olina langsung meraih kedua tangan bu Kina yang bebas di atas kasur. Kemudian menggenggam nya dengan sayang. "Olin nggak papa bu, ibu nggak usah khawatir gitu," Olina terkekeh pelan.
Bu Kina pun menatap Olina dengan lekat. "Ibu kenal kamu itu bukan baru 1-2 hari doang Lin. Ibu itu udah kenal kamu bertahun-tahun. Jadi jangan coba-coba yah kamu bohong sama ibu, karena sekuat apapun kamu bohong, ibu akan tetap tahu hal itu."
Olina menundukan wajah nya. Memutuskan kontak mata dengan bu Kina. Kemudian terdengar helaan nafas berat dari hidung mancung Olina.
"Dia kembali datang bu," ucap Olina dengan lirih. Kemudian mengangkat wajah nya dan menatap bu Kina dengan sendu.
Bu Kina pun langsung menatap Olina dengan serius. "Dia siapa sih Lin? Ngomong yang jelas sama ibu."
"A-agam kembali bu."
Bu Kina menatap Olina tidak percaya. "Agam Sartorius maksud kamu? Apa kamu yakin, dan tidak salah orang?"
Olina menatap bu Kina dengan serius. "Iya bu, Agam Sartorius. Bahkan dia bu yang ngenalin Olin duluan tadi disekolah, dan yang lebih parah nya kita itu satu kelas."
"Terus kamu bersikap gimana sama dia? Nggak galak kan kamu?"
"Olin pura-pura nggak kenal sama dia. Dan, yah pokonya Olin nggak akan mau kenal ataupun dekat lagi sama dia bu."
"Jangan terlalu membenci seseorang Lin, ibu nggak mau kamu ngerasain gimana rasa nya kehilangan dan menyesal nanti nya."
Olina menatap bu Kina sambil tersenyum. "Ibu tenang aja yah, Olin tahu kok gimana cara nya bersikap dengan sebagaimana mesti nya."
"Ibu tahu Lin, kamu pandai bersandiwara. Tapi semoga kamu nggak akan salah ambil keputusan nanti nya. Ibu sayang banget sama Olin," bu Kina langsung menarik tubuh mungil Olina kedalam pelukanya. Kemudian mengecup puncak kepala nya dengan lembut.
"Olin juga sayang sama ibu. Buat Olin, ibu itu bukan cuma sekedar pengurus dan penjaga panti ini bu. Ibu bahkan berperan lebih dari seorang ibu panti yang seharus nya bu. Buat Olin, ibu itu ibu kedua Olin setelah Mama yang paling Olin sayang. Jadi jangan pernah tinggalin Olin yah bu," ucap Olina dengan pelan dan lirih.
Bu Kina mengangguk dan tersenyum sumringah mendengar penuturan Olina. "Ibu nggak akan pernah ninggalin kamu Lin, karena ibu itu sayang banget sama kamu," dengan pelan bu Kina pun mengurai pelukan mereka.
"Sekarang kamu tidur yah, udah malam. Besok kan kamu masih harus sekolah," ucap bu Kina seraya mengelus puncak kepala Olina dengan sayang.
Olina tersenyum. Kemudian mengangguk mengiyakan. "Iya bu, selamat malam."
"Malam. Kalo gitu, ibu keluar dulu yah. Pasti bentar lagi Kania dateng," bu Kina pun bangkit dari duduk nya dan malangkah keluar dari kamar Olina.
'Ya Allah, terima kasih karena kau telah mengirimku pada orang yang tepat seperti mereka semua,' batin Olina sambil tersenyum senang.
🍁🍁🍁
"Kita harus berbuat sesuatu Pa," ucap nya dengan pelan namun terdengar menuntut.
"Iya Rin, aku paham. Tapi kita nggak boleh gegabah dalam mengambil tindakan saat ini. Karena kalau satu kali saja kita salah mengambil tindakan, itu akan berakibat fatal," jelas nya dengan sabar.
"Kamu belum liat aja, gimana raut kebahagiaan yang terpancar dari wajah Agam tadi saat dia menceritakan perihal Olina yang bertemu dengan nya," Rina menatap sendu suami nya, Rian Sartorius.
Rian menghela nafas nya dengan berat. "Aku tau Rin, sedari tadi juga wajah Agam terlihat sangat bahagia."
"Maka dari itu aku mau, mulai sekarang kita harus bisa mencari tahu kebenaran mengenai Olina. Lagi pula, dia adalah anak dari sahabat dekat kita sendiri. Jadi, saat ini adalah waktu yang tepat untuk kita membalas semua kebaikan mereka."
"Kamu benar. Mungkin ini adalah jalan yang baik. Baiklah, aku akan segera mencari tahu mengenai Olina. Secepat nya," Rian menatap Rina sambil tersenyum.
"Sampai kapan pun, Agam tidak akan pernah bisa melupakan Olina yang sedari dulu sudah bersama nya setiap saat," ucap Rina sambil kembali menerawang kejadian yang sudah terjadi di masa lalu.
Rian mengangguk membenarkan ucapan Rina. "Mereka seperti memiliki ikatan batin yang kuat. Bahkan sudah hampir 7 tahun lama nya mereka terpisah, tapi hebat nya Agam masih bisa mengingat wajah Olina dengan sangat jelas."
"Karena itu, aku tidak akan membiarkan Mereka kembali terpisah seperti dulu."
🍁🍁🍁
Jangan lupa voment nya yah guys!!🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Hatred
Teen FictionCover by MICIN Disaat kebencian sedang membara dilubuk hati nya, perasaan yang sudah lama ia kubur sedalam mungkin, kembali menguak dengan cepat dipermukaan hati nya. Membuat Olina Franklyn semakin membenci Agam Sartorius yang berkeinginan membuat n...