Melihat Olina yang hanya diam namun pandangan nya masih terfokus pada ponsel nya, membuat Agam sedikit kesal karena merasa diabaikan.
"Na, udah dong. Masa iya hp terus sih yang difokusin, aku nya enggak?" Tanya Agam sambil memutar seluruh tubuh nya untuk menatap Olina penuh yang masih duduk disamping nya.
Malas kalau harus meladeni Agam yang terus-menerus berkata ngelantur, Olina lebih memilih untuk fokus kepada ponsel nya.
"Susah banget sih nyari nya," gumam nya pelan.
Agam yang mendengar gumaman Olina pun langsung menatap nya kembali. "Nyari apa nya yang susah? Sini aku bantu," kata nya sambil tersenyum lebar.
"Lo bisa diem nggak sih Gam? Ganggu aja deh! Lo cukup tenang dan diem, itu cukup buat bantu gue," ucap Olina dengan galak.
"Ya gimana nggak aku gangguin coba, kalo sedari tadi aja yang kamu perduliin itu cuma hp, hp dan hp Na!"
"Kalo lo sama sekali nggak bisa diem, gue bakal turun lo ya nanti!" Ancam Olina.
"Yauda-yauda, nggak ngeganggu lagi."
Kemudian Olina pun langsung kembali fokus lagi dengan ponsel nya dan mengabaikan Agam.
Saat ia berhasil menemukan seseorang yang dicari nya, Olina tersenyum lebar. Yang menandakan bahwa ia begitu senang.
Lantas Olina pun langsung mendial nomor ponsel yang tertera didalam biodata orang itu. Kemudian mendekatkan ponsel nya ke telinga nya.
Agam yang tidak tahu Olina sedang menelfon siapa, lebih memilih untuk diam dari pada nanti Olina turun dari rooftop ini.
"Halo, ini siapa yah?" Sapa seorang cewek diseberang sana.
Olina tertegun mendengar suara yang begitu menusuk hati nya.
"Ini..." Olina menggantungkan kalimat nya kala ia menyadari bahwa Agam sedang berada disamping nya saat ini.
"Halo, ini siapa yah? Kamu salah sambung kayak nya," ucap cewek itu lagi, namun kini suara nya naik satu oktaf.
"Ini... Olina," jawab Olina dengan suara tercekat. Bahkan ia sempat menahan nafas nya saat menjawab tadi.
Tanpa menunggu jawaban dari seberang sana, Olina langsung memutuskan sambungan telfon nya dan menutup wajah nya menggunakan kedua tangan nya.
Kini jantung nya berdegup dengan cepat. Bahkan Olina sedikit merasa kesulitan untuk menetralkan degup jantung nya.
Agam yang khawatir karena Olina terlihat gelisah pun langsung menyentuh bahu nya. "Kamu kenapa?" Tanya nya dengan lembut.
Perlahan-lahan, Olina pun menurunkan kedua tangan nya dan pandangan nya pun langsung bertubrukan dengan pandangan Agam yang ternyata sedang menatap nya khawatir.
"Ehm, gue harus turun Gam," ucap Olina dengan pelan.
Alis Agam pun terangkat mendengar ucapan Olina. "Mau kemana emang nya? Kan hari ini lagi free, jadi nggak akan ada pelajaran juga Na."
Olina menggeleng cepat. "Enggak Gam. Gue harus turun sekarang juga," kata Olina sambil bangkit dari duduk nya dan berjalan pergi menuruni tangga rooftop dengan cepat.
Meninggalkan Agam yang masih menatap nya dari kejauhan dengan rasa khawatir yang masih membara dihati nya.
"Apa yang Nana sembunyiin sih dari gue," gumam Agam sambil mengacak rambut nya frustasi.
🍁🍁🍁
Dengan langkah lebar, Olina masih terus melangkah menuju taman belakang sekolah yang selalu sepi. Bukan maksud nya, tidak pernah didatangi oleh siswa, namun memang tidak banyak siswa yang tertarik untuk kesana karena hanya taman yang dikelilingi oleh berbagai macam bunga.
Setelah Olina sampai disana, ia pun langsung menduduki salah satu kursi taman yang panjang. Kemudian menarik nafas nya dalam-dalam, dan menghembuskan nya. Olina terus melakukan itu berkali-kali untuk menetralkan degup jantung nya agar kembali berpacu dengan normal.
Saat Olina sudah merasa nyaman, ia pun menatap layar ponsel nya yang masih menampilkan nomor telfon orang yang sedang dicari nya.
Dengan penuh keberanian lagi, Olina kembali mendial nomor tersebut seraya mendekatkan ponsel nya ke telinga nya.
"Ha-halo," ucap Olina terbata-bata.
"Ini tuh sebener nya siapa sih? Jangan ngerjain orang dong! Lo kira gue nggak punya kerjaan lain apa selain ngangkat telfon gak berguna lo ini hah?!" Kata cewek tersebut dengan ketus.
"Ini gue Rin, Olina," sahut Olina.
Sesaat, tidak ada balasan dari seberang sana. Namun Olina masih bisa mendengar hembusan nafas yang berasal dari telfon nya.
"Halo!"
"Ehm, Olina siapa yah?" Tanya nya.
"Gue, ehm, gu-gue, Olina Franklyn," jawab Olina dengan gugup.
"Hah?!! Are you seriously?" Balas cewek tersebut dengan suara tinggi dan seperti tidak percaya dengan jawaban Olina.
"Iya, gue Olina Rin," kata Olina lagi.
"Buat apa lo nelfon gue?"
"Bisa kita ketemu? Karena gue nggak bisa jelasin semua ini di telfon Rin," ucap Olina dengan nada serius.
Cewek diseberang sana pun menghela nafas nya dengan berat.
"Buat apa? Buat apa kita ketemu? Kayak nya kita nggak perlu ketemu deh, karena gue nggak mau ketemu sama lo."
"Gue seneng Rin karena setelah sekian lama, akhirnya gue bisa hubungin lo. Dan, plis Rin, kali ini, kita bener-bener harus ketemu. Karena ada sesuatu yang mau gue omongin ke lo dan ini penting," kata Olina panjang lebar.
"Oke, kita ketemu. Tapi gue nggak bisa lama-lama."
"Iya Rin, gue janji nggak akan lama. Nanti jam 3 sore, kita ketemuan di cafe yang selalu kita kunjungin dulu yah."
"Harus banget gitu kita ketemuan disana?! Lo mau buat gue gila lagi yah karena merasa diabaikan hah?!!"
"Pokonya temuin gue disana nanti."
"Fuck you Olina!!"
"Sampai nanti, Orina."
"I hate you Na!"
Olina terkekeh mendengar jawaban Orina.
"I miss you my twin!"
🍁🍁🍁
Holaaaa!!! Akhirnya kelar juga😌😌😌😌 gimana nih sama part 18? Garing yah? Atau nggak ngefeel? 😂
Btw, itu kembaran nya Olina apa bukan yah?:v wkwkwk
Tetep stay yah sama Olgam🌹🌹🌹🌹 jangan lupa juga voment nya💝
Kania Muthia
See you next chapter😚😚😚😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Hatred
Teen FictionCover by MICIN Disaat kebencian sedang membara dilubuk hati nya, perasaan yang sudah lama ia kubur sedalam mungkin, kembali menguak dengan cepat dipermukaan hati nya. Membuat Olina Franklyn semakin membenci Agam Sartorius yang berkeinginan membuat n...