"Kapan kamu akan menikahiku, Nic? Usiaku sudah menginjak 20 tahun. Dan aku rasa usiamu yang 23 tahun sudah cukup untuk menikahiku," Cara berujar dengan lirih pada Nicholas, kekasihnya yang sedang menatap rintikan air hujan. Menunggu hujan reda hingga mereka bisa pulang kerumah, sebab, waktupun sudah cukup larut. Jam 10 malam.
Nic menoleh dengan senyum hangatnya yang sering kali membuat Cara luruh begitu saja hanya dengan melihat senyum yang memikat dari seorang Nicholas Pragna. "Sampai semua persiapan selesai seratus persen," sahutnya kalem.
"Kalau boleh tahu, sekarang persiapan kamu sudah sampai di titik berapa?"
"80 persen," jawabnya lagi masih dengan tenang.
"Ah, Nic, itu terlalu lama," Cara mengeluh. Merasa terlalu lama menunggu sampai semua persiapan dari Nic mencapai seratus persen. Cara sudah begitu ingin dipersunting lelaki kebanggaanya. Hidup bahagia bersama Nicholas yang mencintainya dan membangun keluarga hingga Cara tidak lagi merasa kesepian dengan hidupnya yang hampa.
Nic makin melebarkan senyumnya dan mengacak rambut Cara. "Tidak sampai 5 bulan lagi, Cara. Bisa saja aku menikahimu sejak lama. Tapi aku ingin menikahimu dengan hasil jerih payahku, bukan dengan bantuan dari keluargaku. Karena kamu spesial. Dan aku harus mendapatkanmu dengan usahaku,"
Cara merasa tersipu atas pernyataan Nic, hanya saja akhir-akhir ini Cara dirundung gelisah. Sering bermimpi buruk akan berpisah dari Nic, itulah yang menakutkan Cara hingga ia ingin Nic segera melindunginya.
Hujan baru reda 20 menit kemudian. Nic menggenggam tangan Cara, mengajaknya segera menghampiri motornya sebelum hujan kembali turun mengulur waktunya untuk pulang.
"Tahu akan hujan, tadi aku bawa mobil saja," gerutu Nic segera menyalakan mesin motornya. Dibelakang Cara tersenyum, melingkarkan tangannya memeluk Nic dengan erat. Lalu motor melaju cepat melawan dinginnya udara dan air yang masih menetes dengan lembut.
****
Plak!!! Tamparan keras begitu menyakitkan dipipi mulus Cara setibanya ia dirumah. Nic tidak ada untuk melindunginya. Nic sudah pulang karena hanya mengantarkannya sampai depan rumah saja.
"Tega sekali kamu, Cara! Jangan karena Mama bukan ibu kandungmu, kamu tidak peduli padanya!" Suara Velesia menggelegar menyambut Cara dengan kemurkaanya.
Cara hanya bisa tergugu. Menangis pilu tanpa bisa mengadu. Siapa yang akan membela Cara dalam situasi ini? Tidak ada! Ibunya sudah meninggal tanpa sempat Cara melihat seperti apa wajahnya. Ayahnya yang menikah dengan ibunya Velesia juga ikut serta meninggalkannya lima tahun yang lalu karena penyakit leukimia. Hanya Cara seorang diri yang masih di beri kesempatan hidup. Namun hidupnya begitu menyedihkan, menyakitkan dan Cara selalu kesepian.
"Kamu asyik pacaran dengan Nic, sampai kamu lupa untuk menjaga Mama di rumah sakit!" Velesia dengan kejamnya menjambak rambut Cara dengan keras. Tak peduli seberapa sakit yang di timbulkannya.
Padahal tak sepenuhnya salah Cara. Tadi sebelum pergi Cara sudah berpamitan pada Velesia kalau ia akan bertemu dengan Nic. Velesiapun sudah mengijinkannya. Namun Velesia seolah tak peduli pada itu, dia hanya ingin terus menerus menyalahkan Cara yang di bencinya.
"Aku menyayangi Mama, Vel. Aku menyayangi Mama." Cara menyahutnya dengan suaranya yang terisak kesakitan.
"Kalau kamu menyayangi Mama, harusnya kamu cari uang untuk berobat Mama. Bukan ngeluyur untuk pacaran!!"
"Sa-sakit, Vel, lepasin."
"Rasa sakit ini belum seberapa, Cara! Mama jauh merasa lebih sakit dari ini!" Velesia melepaskan jambakannya dengan kasar hingga Cara tersungkur di lantai dan meringkuk kesakitan. Lalu ia berjongkok di hadapan Cara dan mencengkeram dagu Cara sampai menatap Cara dengan tajam.
"Mama harus di operasi. Secepatnya kamu harus mendapatkan uang, Cara."
Cara mengangguk pasrah.
"Aku tahu kamu bekerja di Cafe, tetapi aku juga tahu, gaji-nya tidak seberapa. Besok, aku akan memberimu pekerjaan yang akan menghasilkan uang untuk pengobatan Mama,"
Lagi-lagi Cara hanya bisa mengangguk dengan pasrah tak sanggup melawan Velesia yang berkuasa terhadapnya.
****
Esok harinya, Cara bangun terlalu pagi. Matanya bengkak sehabis menangis semalam. Tubuhnya masih terasa lemas, tapi Cara harus segera bangun. Bergegas mandi dan segera menjenguk Mamanya yang sedang di rawat di rumah sakit.
Meski Mamanya adalah ibu tiri, tapi Cara menyayangi Mamanya. Mamanya adalah satu-satunya orang yang bisa dianggapnya sebagai orang tua. Sudah hampir satu tahun Mamanya di rawat di rumah sakit. Mamanya mengindap penyakit kanker serviks yang benar membahayakan Mamanya. Mamanya perlu di operasi, tapi sampai saat ini biaya yang di kumpulkan Cara belum juga cukup untuk membayar biaya operasi untuk Mamanya.
Cara keluar dari kamarnya. Sudah siap untuk pergi menjenguk Mamanya dirumah sakit. Sebelum pergi Cara menengok kamar Velesia yang bersebelahan dengan kamarnya, namun tidak ada Velesia disana. Kemungkinan Velesia ada dirumah sakit sejak semalam menemani Mamanya.
Cara segera menyusul kerumah sakit, membawa roti untuk sarapan Velesia.
Meski Velesia sering kali jahat padanya, tapi Cara tetap menganggap Velesia sebagai kakaknya. Menyayangi Vele seperti kakak kandungnya sendiri.
Dari: Nicholas Pragna.
Untuk: Cara Sandrina.
Isi: Cara, kamu dimana? Apa kamu masuk kerja hari ini?.
Didalam taksi perjalanan menuju rumah sakit, Cara mendapat pesan dari Nic. Nic yang menanyakan keberadaannya.
Dari: Cara Sandrina.
Untuk: Nicholas Pragna.
Isi: iya, aku akan masuk kerja. Saat ini aku dalam perjalanan ke Rumah sakit.
Sebenarnya gaji Cara yang bekerja sebagai pelayan di cafe memang tidak menghasilkan banyak uang. Sangat tidak cukup untuk membayar biaya operasi untuk Mamanya. Cara perlu pekerjaan yang menghasilkan banyak uang. Semalam Velesia bilang akan memberinya pekerjaan, tapi Cara belum tahu pekerjaan apa dan kapan ia bisa bekerja agar bisa lebih cepat menghasilkan uang.
Setibanya di rumah sakit Cara langsung menuju ke ruangan Mamanya di rawat, namun langkahnya terhenti saat dirinya sudah berdiri di depan pintu. Ia melihat Velesia yang sedang menangis di dekat Mamanya yang memejamkan matanya. Velesia terlihat begitu sedih dan menderita. Cara sangat kasihan, ia tahu seberapa sedihnya Velesia, karena Cara pernah merasakannya ketika ayahnya di rawat dirumah sakit sebelum akhirnya ayahnya meninggal.
Dengan pelan Cara memutar gagang pintunya hingga terbuka. Lantas ia masuk menghampiri Velesia yang masih terisak menangisi Mamanya. Cara mendekati Velesia, memeluknya mencoba menyemangati Velesia.
"Mama pasti baik-baik saja, Vel,"ucap Cara dengan suara yang tertahan karena ia juga sudah siap untuk menangis.
"Kanker-nya Mama makin parah, Cara. Mama perlu di operasi dengan segera,"
"Kamu bilang ada pekerjaan untukku. Apa pelerjaanya masih bisa untukku," ujar Cara.
Velesia mengangkat wajahnya. Ia menatap Cara cukup lama. "Kamu benar mau bekerja untuk Mama?"
"Iya," Cara mengangguk.
"Apapun pekerjaanya?"
"Demi Mama," kata Cara. Mendadak Velesia memeluk Cara dengan erat, dan membisikkan kata terima kasih pada Cara.
"Terima kasih Cara. Aku akan memberitahu apa pekerjaanmu,"
****
Next....
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Or Money
RomanceCara Sandrina, gadis 20 tahun yang terpaksa mengkhianati kekasihnya, Nicholas, dengan menjual dirinya agar mendapatkan uang dengan jumlah yang cukup besar. Atas dorongan Velesia, kakak tirinya, Cara memasuki sebuah ruangan yang mencekam dimana disan...