4

18K 187 3
                                    

Mobil Jeep putih menderu memasuki pelataran rumah besar dan mewah. Lalu turun Nicholas dengan kondisi berantakan dan aroma alkohol menguar di tubuhnya. Semalaman Nic menghabiskan malamnya di club untuk mengalihkan pikirannya dari sosok Cara yang mengkhianatinya. Nic tiba dirumah jam 9 pagi disambut ibunya yang telah menunggunya dengan khawatir.

"Nic, ibu tahu kamu sedang tidak baik-baik saja. Tapi tolong, jangan pernah seperti ini lagi. Pergi ke club semalaman itu bukan Nicholas anak kebanggaan ibu," ibu Nic agak emosi karena ulah Nic yang bertingkah tidak baik.

Nic menatap ibunya tanpa menyahut dan hendak pergi kekamar. Namun ibunya menahan tangannya dan berujar. "Cepat kamu mandi, dan setelah itu kita melayat,"

"Siapa yang meninggal?" tanya Nic yang belum mendengar kabar meninggalnya Ratna, ibu tirinya Cara. 

"Ibunya Cara meninggal tadi malam,"

Kaget mendengar informasi dari ibunya, Nic mendadak kembali teringat Cara. Cara pasti bersedih karena ibunya meninggal. Meski ibunya hanya ibu tiri, tapi Nic tahu kalau Cara menyayangi ibunya seperti ibu kandungnya sendiri.

Secepatnya Nic menaiki tangga, masuk kekamar untuk mandi agar bau alkohol hilang dari tubuhnya. Nic memakai kemeja hitam dan setelahnya ia segera menyambar kunci mobilnya agar tidak terlambat menghadiri pemakaman ibunya Cara. Nic sendiri mengenal ibunya Cara cukup baik, terakhir Nic bertemu ialah minggu lalu ketika Nic mengantarkan Cara kerumah sakit, dan ia sekaligus membesuknya.

Nic dan ibunya segera mendatangi tempat pemakaman umum dimana ibunya Cara disemayamkan. Hanya 15 menit waktu yang ditempuh hingga Nic dan ibunya sampai ketempat dikuburnya ibunya Cara.

Nic dan ibunya menghampiri kerumunan orang yang berpakaian serba hitam. Nic mendesak masuk menerobos hingga ia berada dibarisan depan. Dan Nic melihat Cara dan Velesia yang tangisnya pecah di sebelah makam ibu mereka, seolah tidak setuju Tuhan merampas ibunya dari sisi mereka. Tangis mereka terdengar memilukan, mengiris hati siapapun yang mendengarnya.

Disebelah Cara, Nic melihat lelaki dewasa yang sepertinya tak asing dimatanya, tapi Nic tak yakin mengenal lelaki itu.  Lelaki itu memakai pakaian hitam dan juga berkacamata hitam. Diakah lelaki yang membuat Cara mengkhianatiku?. Nic membatin menatap lelaki itu.

Tangan lelaki itu meremas pundak Cara dan berkata. "Cara, ibumu tidak menginginkan tangismu, tapi doa darimu,"kata Christian yang memang mengantar Cara hingga ke pemakaman.

Cara menggeleng keras. Meski Cara sudah terbiasa menghadapi kehilangan, tapi ia selalu saja merasa begitu sedih ketika satu persatu orang yang di sayanginya pergi dari kehidupannya. Cara begitu terpukul menerima fakta bahwa kini ia juga harus kehilangan ibu yang dicintainya. Ada penyesalan yang mengganjal dalam diri Cara, ia begitu menyesal karena seharusnya Cara ada disamping Mamanya diwaktu ketika Mamanya akan pergi selamanya.

Begitu pemakaman berakhir diiringi tangis dan doa-doa, para pelayat bergegas pulang. Nic masih berdiri menatap Cara, ia enggan untuk meningalkan Cara yang sedang rapuh, tapi ia juga tak bisa melakukan apapun. Nic harus ingat bahwa Cara mengkhianatinya, dan tak seharusnya ia terlalu peduli lagi pada Cara, karena kini Cara sudah memilih orang lain yang menggantikan posisinya.

"Nic, ayo pulang," ibu Nic berbisik dan mengusap lengan Nic. Ibunya mengerti apa yang di pikirkan putranya itu.

Akhirnya Nic membalikkan badan, melangkahkan kakinya dan meninggalkan pemakaman.

****

Menangis dan bersedih sangat wajar ketika kita kehilangan. Tetapi keterpurukan bukan untuk dinikmati, harusnya di lewati. Lenyapkan keterpurukanmu, bangkitlah. Dan setelah itu akan muncul secercah kebahagiaan, jadikan orang terkasihmu yang sudah pergi menjadi kenangan yang tersimpan.

Love Or MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang