3

24.1K 230 5
                                    

Cara meringkuk, menangis tergugu karena kesedihan yang amat dalam. Ia tertikam rasa bersalah pada seorang Nicholas Pragna yang sesungguhnya terlihat jelas tulus mencintainya.

Kini semuanya sudah terlanjur. Cara bukan lagi gadis suci, dia sudah menjadi perempuan kotor yang sudah di nodai demi materi. Tidak ada lagi kesempatan dirinya mendapat kebahagiaan. Bahagianya telah meninggalkannya satu-persatu dan secara perlahan. Kini iapun takkan pernah lagi bisa menyapa orang yang di kaguminya. Orang yang didambakan akan mempersuntingnya. Untuk melihat senyum hangat yang memikat dari Nic-pun rasanya sudah takkan bisa lagi dia dapat walau pada jarak paling jauhpun.

Dunia Cara telah berubah. Sebuah keberuntungan jika ia bisa memulai hidup barunya lagi, tapi jika tidak, maka dengan perlahan Tuhan akan memudarkan nyawanya hingga akhirnya lebur, takkan ada lagi Cara Sandrina di muka bumi ini.

Gemericik air di kamar mandi cukup memudarkan tangisnya agar Christian tak mendengar tangisannya. Maka Christian akan mengira jika Cara sedang membersihkan tubuhnya setelah percintaan mereka tadi.

Cara begitu larut memikirkan Nic, hingga saat Christian menyentuhnya, Cara tidak dapat menikmatinya. Hanya merasakan sentuhan tangan Christian di sekujur tubuhnya tapi tidak menimbulkan sensasi dan rasa apapun. Semua terasa hambar. Jauh lebih terasa apa yang dilakukan Nic walau hanya sebatas berciuman saja.

"Cara!!" Suara Christian terdengar di balik pintu kamar mandi. Cara takkan sanggup menyahutnya, ia masih terisak pilu merasakan pedihnya. Bahkan dingin dari air dan tubuhnya yang menggigilpun tak dirasakannya. Kehilangan Nic sudah membawa ikut serta jiwanya. Cara terasa hanya tersisa raganya saja, nyawanya sudah menghilang dalam entah kemana.

"Cara! Buka pintunya!!" Pintu digedor cukup keras. Christian terdengar khawatir di luar sana. Telah menunggu Cara keluar tapi sosok Cara tak kunjung membuka pintu dan menemuinya. "Cara, apa perlu aku dobrak pintunya?!"

Cara masih tak bisa menyahut. Justru isakannya semakin keras keluar dari bibirnya. Hingga akhirnya pintu kamar mandi di dobrak hingga jebol dan pintu terbuka.

Christian melihat Cara yang meringkuk, menangis dengan tubuhnya yang sudah gemetaran dibawah guyuran air. Christian berpikir, apa karena ulahku?

"Cara, apa yang kamu lakukan?" Segera Christian menghampirinya. Mematikan shower hingga air berhenti menetes. Cara tak memakai apapun, selain kemeja Christian yang putih hingga menjadi transparan setelah basah karena guyuran air. Christian membopongnya, membawa Cara keluar dari kamar mandi dan lantas membantu mengeringkan tubuh Cara dengan handuk.

"Berhenti menangis, Cara," ujarnya. 

Cara menahan tangan Christian ketika lelaki itu hendak membuka bajunya. "Aku bisa sendiri," kata Cara serak.

"Baiklah. Keringkan tubuhmu dengan handuk ini. Ganti bajumu dengan baju yang sudah aku ambilkan untukmu,". Respon Cara yang kentara tak ingin ia ada didekatnya, Christianpun tahu diri, ia harus meninggalkan Cara sendiri.

"Tolong jangan lagi menangis, apalagi kembali masuk kedalam kamar mandi,".

****

Di tempat lain, Nicholas terdiam menatap nyalang pada kolam di belakang rumahnya. Dadanya terus bergemuruh, masih jelas terngiang di dalam ingatan bagaimana Cara mengaku padanya kalau ia sudah membosankan, Cara bosan dengannya dan Cara sudah memiliki lelaki lain sebagai penggantinya. Nic belum bisa percaya kalau hubungannya dengan Cara yang selama pacaran baik-baik saja kini telah berakhir dengan tragis. Parahnya adalah, Cara meninggalkannya begitu saja ketika Nic sudah mempersiapkan pernikahan seperti yang sering di ujar Cara padanya.

"Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu bosan, Cara?" Nic menggumam. Merasa salah karena kurang peka apa yang di rasakan Cara. Mungkin Nic terlalu percaya diri bahwa Cara takkan meninggalkannya karena Cara terlihat mencintainya. "Kenapa kamu nggak bilang padaku!" Nic berteriak frustasi dan menjambak rambutnya.

Love Or MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang