IV. Blank Space

5.1K 489 39
                                    

"Love is asking for forgiveness"

-----+++-----
°
KookTae
°
-----+++-----


Helaan napas kasar berulang kali terdengar dari belah bibir pemuda tinggi tersebut. Berulang kali melihat ponselnya berharap berdering, bergetar atau apalah, yang penting tidak diam seperti itu. Melihat jam dinding yang menunjukkan pukul empat lewat dua puluh lima menit. Menghitung, sekitar tujuh jam lebih empat puluh lima menit dirinya sama sekali tak dapat kabar apa pun.

Duduk di depan mobil kesayangannya menunggu siapa saja lewat, untuk di tanyai. Itu adalah tempat kesekian yang di datanginya selain kantin, perpustakaan, kelas dan yang lainnya, untuk informasi. Berpanas-panasan peluh sudah mengalir di wajah maskulinnya.

"Oh, Jungkook-ah!" Seru seorang pemuda berjalan menuju tempat Jongkook berdiam diri. "Menunggu Taehyung?"

Ya, Taehyung-nya yang sudah tujuh jam empat puluh tujuh menit sebelas detik menghilang. Cemas tentu saja dan kalut dan perasaan lain yang langsung menerpanya ketika tidak menemukan Taehyung di sekitarnya. Hiperbolis memang. Tapi Jungkook tak perduli, sama sekali.

Hanya anggukan pelan. Dan pemuda di hadapannya hanya terkekeh pelan. "Apakah kau tahu ia dimana, Yunhyeong-ah?"

"Uhm, sepertinya tidak. Setelah dosen terakhir keluar, dia juga pergi. Dan aku tak sempat bertanya." Ujarnya setelah melihat kekalutan yang terbaca jelas di raut Jungkook.

Kerutan di dahinya bertambah dalam ketika mendapat penjelasan dari Yunhyeong. Tak biasanya kekasih manisnya tidak memberinya kabar apapun.

Berterima kasih pada temannya, Jungkook berjalan ke arah taman belakang universitas. Menggenggem ponsel pintarnya, ia kembali mendial nomor yang ada di daftar teratas.

Hanya deringan yang didengar telinga berpiercingnya. Mencoba kembali mendial nomor itu lagi sambil menahan segala umpatan yang bersarang di ujung lidahnya. Pada dering ke empat, terdengar suara halo yang ragu dari seberang.

Masih berjalan, Jungkook mencoba meredam amarahnya.

"Hyung!" Sentaknya. "Dimana kau sekarang!"

Langkah panjang membawanya ke taman belakang jurusan psikologis tempat Taehyung belajar. Dari jauh mata awasnya melihat siluet kekasihnya berdiri membelakanginya. Senyum simpul otomatis tertarik di bibirnya.

"Uhm, Ju-Jungkookie. Aku akan mengerjakan tugas kelompok di rumah temanku." Jawaban Taehyung sontak membuat Jungkook menghentikan langkahnya. Senyumnya hilang seketika.

"Tugas kelompok?" Mencoba untuk tidak berprasangka buruk pada kekasihnya. "Aku antar?"

"Tidak usah!" Potong Taehyung cepat hampir memekik. "Ma-maksudku, aku pergi bersama teman-temanku saja. Pulang dan istirahatlah di rumah." Lanjutnya gugup.

Dari jauh, Jungkook tetap melihat punggung Taehyung yang terlihat gelisah. Mulai mencurigai hal yang ganjil, Jungkook menarik napas pelan. Mencoba meredam kekesalannya.

"Baiklah. Apapun yang ingin kau lakukan, berhati-hatilah. Aku akan menjemputmu." Menekan kecurigaannya pada setiap kata terselubung berharap Taehyung menyadarinya.

"Tidak. Tidak. Aku akan pulang sendiri. Dan, ugh. Jungkookie?" Tentu saja Taehyung tak menanggapi rasa curiganya.

"Ya?" Ragu, ia menjawab dengan pelan sambul tetap memaku pandangannya pada sosok ramping yang begitu di cintainya.

"Jangan tunggu aku." Terhenti. Jantung Jungkook terasa berdetak menyakitkan di dadanya. Kata itu mampu membuatnya terkejut dan tak dapat merespon apapun.

Dulcet Elixirs [KookTae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang