Semenjak kemarahan itu, tak akan ada lagi orang yang mengganggu, tepatnya mendekati Miranda. Ia kembali dalam keadaannya yang semula; teman datang dan pergi seiring waktu bertambah tua. Namun, berbeda dengan dulu, ia merasakan keasingan dalam kesendirian itu.
Semua merasa takut, berbicara pun hanya sekadar keperluan, selebihnya adalah hampa. Eva pun perlahan menjauh, kembali dekat dengan teman-temannya saat kelas X.
Entah lega atau tidak, Miranda hanya dapat duduk, menyendiri dalam kekacauan pikirannya.
Masa sekolahnya begitu sulit untuk dimengerti. Atau mungkin dirinya tak dapat beradaptasi.
"Di sinilah aku, di tengah lingkaran kehampaan, sementara mereka, yang waktu itu berusaha menenangkanku, duduk di sana sambil membicarakanku.
"Itulah teman."
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIVERT ✔
Короткий рассказIni sebuah kisah, dari dia yang selalu cemas. Ini sebuah kisah, tentang dirinya yang merasa tak berdaya. Ini sebuah kisah, untuk mereka yang tak pernah percaya bahwa sebenarnya dia tidak mampu melakukan segala hal.