Langit malam yang kemerahan terlihat akan mengeluarkan tangisannya pada malam itu. Gadis itu terus berjalan, entah kemana dengan semua pikiran kacau yang terkumpul di dalam kepalanya, hanya angin kencang yang sedari tadi setia menemaninya di tengah dinginnya malam.
Ia teringat kembali pada kejadian beberapa jam yang lalu. Saat ia menghabiskan banyak waktu hanya untuk memilih pakaian apa yang akan dikenakannya nanti. Ia mengambil sebuah dress casual ditambah rambut panjangnya ia biarkan tergerai terlihat sangat cocok dengannya.
Malam yang mendung entah kenapa terlihat sangat indah, ia selalu ingin tersenyum setiap memikirkan hal-hal menyenangkan yang akan terjadi.
Dan kebahagiaan yang ia rasakan itu pun tidak bertahan lama. Senyuman yang selalu terukir diwajah cantiknya menghilang karena pada malam itu puzzle yang ada di hidupnya tersusun dengan rapi dan berhasil membentuk sebuah lubang hitam yang besar di hatinya.
"Sandiwara seperti apa lagi yang akan ia tunjukkan," Pikir gadis itu seraya menahan tangisnya.
Langit menjadi yang pertama menumpahkan tangisannya dengan keras, ia bahkan tidak memperdulikan dinginnya malam itu dan berjalan dengan pakaian yang basah kuyup.
Ia tersenyum kecut melihat langit dengan mudahnya menangis tanpa takut menjadi lemah. Lihatlah dirinya yang selama ini menahan rasa sakit dan tangisannya, agar terlihat kuat.
Gadis itu teringat pada bunga yang diberikan Ayahnya dulu, bunga yang sangat ia sukai. Bunga Dandelion.
Bunga yang terlihat sangat lemah bila digoyangkan oleh angin, tapi ia masih berusaha tetap tegar dan kuat melawan terpaan angin yang seolah-olah akan mencabutnya dari tempat ia berdiri.
"Banyak perempuan yang dilambangkan dengan Bunga Dandelion. Mereka terlihat sangat rapuh dan lemah, namun sebenarnya mereka adalah sosok yang kuat. Dan banyak orang yang tidak sadar makna bunga ini. Nak,bunga ini mengajarkan semua orang satu hal. Bahwa kelemahan bukanlah alasan kita untuk berhenti berusaha dan menyerah begitu saja dalam masalah apapun..." perkataan ayahnya itu selalu terlintas di benaknya dan beberapa kali dapat membuatnya bersemangat dalam menjalani hidupnya.
"Lo harus kuat Na, jangan jadi orang yang lemah hanya karena hal ini," katanya pada diri sendiri dan memaksakan untuk tetap tersenyum dengan air mata yang tidak bisa ia bendung lagi.
Ia pun berhenti disebuah halte bus. Ia membuka ponselnya dan menghubungi seseorang untuk menjemputnya disana.
Sebuah mobil berhenti tepat didepannya, orang yang berada dalam mobil itu pun bergegas keluar dan langsung memakaikan jaket ditubuhnya. Dan ia tahu yang datang itu bukanlah orang yang ia tunggu.
"Lo kenapa sih, gue cariin di cafe ga ada dan ternyata lo pergi gitu aja" kata laki-laki yang baru saja keluar dari mobil itu dengan terengah-engah.
"Adriana, jawab gue!" bentaknya pada gadis bernama Adriana itu, namun ia tetap tidak mendapat jawaban sama sekali.
"Kenapa lo nangis gitu. Jawab gue Na," lanjutnya sembari menggenggam erat tangan Adriana.
"Lo khawatir?" jawab Adriana diantara isaknya
"Ia gue khawatir bego, lo sih acara kabur segala" sahut laki-laki itu,
"Liar!" ucap Adriana seraya menghempaskan genggaman tangannya, lalu pergi meninggalkanya. Tepat saat Adriana ingin pergi, seseorang datang menjemput dan ia bergegas masuk ke mobil.
"Lo kenapa sih Na," keluh laki-laki itu dan bergegas masuk ke mobilnya kembali dengan pikirannya yang berusaha mengerti apa yang sedang terjadi
YOU ARE READING
Just Married with me
Teen FictionAdriana Faranissa, hanyalah gadis biasa pada umumnya. Menjalani kehidupan SMA yang normal dengan teman-teman, orang yang dikagumi secara diam-diam, dan belajar. Kehidupannya sedikit berubah ketika ia di pindahkan sekolah oleh ibunya, ia merasa hidu...