Selama pelajaran berlangsung, mata gue nggak bisa teralihkan dari semua pergerakan Pak Lay. Bahkan kedipan matanya pun gue perhatikan dengan detail. Tapi bayangan indah gue buyar seketika saat Nunuy menyenggol tangan gue secara tiba-tiba. Nggak sakit sih, tapi risih saja rasanya.
"Apa sih? " Tanya gue bisik-bisik ke Nunuy. Dia terlihat antusias ketika gue merespon. Lagak-lagaknya ada udang di balik tudung saji nih pasti.
"Nomor tiga jawabannya apa? "
Nah, benar kan? Dia nyenggol tangan gue tadi cuma buat nanyain jawaban. Kenapa nanya ke gue coba? Sudah tahu gue ini otak kancil, meskipun cerdik strategi tapi bodoh kalau soal pelajaran Sejarah! "Gue nomor satu aja belum selesai! " Jawab gue pada akhirnya. Bukan seperti jawaban sih.
"Ah goblok lo, Mis! "
"Lebih goblok lagi yang barusan nanya ke gue! Udah tahu gue goblok, kenapa ditanyain?! "
"Lo ngatain gue? " Tanya Nunuy sambil menunjuk diri sendiri. Kita akhirnya ribut dengan suara yang mengecil supaya nggak ketahuan sama Pak Lay.
"Baperan! Siapa jug..., "
"KALIAN NGOMONGIN APA? "
Yah! Ketahuan deh sama Pak Lay. Padahal gue sama Nunuy bisik-bisik loh ngomongnya, kok dia bisa dengar ya? Sekarang wajah tampan dari Pak Lay itu sudah berubah menjadi seram. Tapi bukan seram kayak zombie atau genderuwo gitu ya. Ini seramnya masih ada sisi kharisma dan aura-aura memukau gitu. Gue yang awalnya cemas sama kemarahan Pak Lay, kini malah semakin mengaguminya. Coba deh, memangnya ada Guru yang modelan kayak Pak Lay gini di sekolah kebanyakan?
Ya nggak ada lah! One and only dan cuma ada di sekolah gue doang!
"Hallo, Pak! " Sapa gue ke Pak Lay sambil melambai-lambaikan tangan, mirip orang yang tenggelam di laut.
Nggak sih, nggak se-lebay itu juga.
"Hallo itu bukan sapaan yang baik dari seorang murid kepada gurunya. "
"Woles aja kali, Pak. " Balas gue di sertai senyum-senyum manja ke Pak Lay. Sepertinya gue memang sudah kehilangan akhlak setelah bertemu dengan Guru tampan ini.
"Kamu saya hukum. Berdiri di lapangan sampai jam pelajaran selesai! "
Apa tidak ada hukuman yang lebih berat lagi? Walaupun ini jam pelajaran terakhir, tapi tetap saja di luar itu panas! Andaikan matahari bisa bicara, dia pasti bakal ngeledek gue habis-habisan! Secara gue itu langganan murid yang dihukum berdiri di lapangan.
"Tapi di luar kan.., "
"Protes, hukuman saya tambah. " Potongnya yang membuat gue menarik napas kasar lalu bangkit dari posisi duduk. Menatap dia yang berprofesi sebagai Guru dengan tatapan tidak percaya.
"Sekarang pak? " Tanya gue yang sekarang sedang bertatapan pandangan dengan Pak Lay.
"Tahun depan! "
"Oh, tahun depan. "
"YA SEKARANG LAH MISTIKA ALYIRA! "
Maaf, baru saja ada suara petir lewat.
"Bapak kalau lagi emosi kok tambah ganteng sih? "
Mungkin satu kelas sudah mencemooh gue gila di dalam hati mereka. Karena mana mungkin ada murid yang godain gurunya kayak gue gini? Bahkan gue sendiri ragu kalau gue itu waras.
"Kamu mau saya tambah beneran hukumannya? "
"Eh? Enggak Pak makasih, hukuman yang ini aja belum dilaksanakan. " Gue pun segera keluar dari kelas tanpa menunggu tanggapan lebih lanjut lagi dari pak Lay. Cowok itu biasanya suka gantungin perasaan cewek, makanya gue nggak mau nunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET CHAOS | Lay (masa revisi)
Fanfic(!) BEBERAPA PART DI-UNPUB UNTUK REVISI!!! (!) JUDUL SEBELUMNYA "MY SWEET TEACHER" - "Kekacauan termanis dalam hidup adalah saat seseorang sedang jatuh cinta. "