Selama di perjalanan, gue nggak berhenti untuk berpikir tentang arah tujuan Pak Lay. Mobil terus berjalan tanpa sedikit pun suara orang bicara, baik dari gue pun dari Pak Lay. Setelah cukup lama, sekitar hampir dua jam, akhirnya mobil diberhentikan. Gue melebarkan mata saat meneliti sekitar Danau.
Iya! Pak Lay membawa gue ke Danau! Ini membuat pikiran negatif gue berkeliaran di dalam kepala, untuk pertama kalinya gue merasa takut sama Pak Lay.
Ya walaupun cuma sedikit sih. Tapi serius, untuk apa dia membawa gue ke sini?
Jangan-jangan Pak Lay mau membunuh gue supaya rahasianya aman?! Really?
"PAK!! SAYA MASIH MAU HIDUP, PLEASE JANGAN TENGGELAMIN SAYA KE DANAU. SAYA NGGAK AKAN BILANG KE SIAPA-SIAPA KOK KALO PAK LAY IT..., eumpt. " Pak Lay segera membungkam mulut gue pakai tangannya supaya gue nggak teriak-teriak lagi.
"Bisa diam nggak sih kamu? " Tanya Pak Lay dengan sedikit menekankan nada suaranya. Bisa gue lihat dengan jelas raut wajahnya mulai tidak sedap untuk dipandang.
Gue menganggukkan kepala dan Pak Lay segera menurunkan tangannya dari mulut gue. Napas lega langsung lolos dari pernapasan gue, merasa bebas dari telapak tangan besar itu.
"Bapak sih, ngajak saya ke danau malam-malam gini! Kan saya jadi berpikir yang iya-iya! "
"Soalnya di sini tempatnya paling aman! "
"Aman buat ngapain pak? " Tanya gue dengan ekspresi yang di buat-buat. Ya nggak bohon gue cukup dibuat terkejut, apalagi otak gue itu suka lepas kontrol kalau dibuat mikir.
Tahu apa yang selanjutnya terjadi setelah gue bertanya seperti tadi? KEPALA GUE DIJITAK WOY!
"Aduh! Sakit, Pak!" Umpat gue sambil memegangi bagian kepala bekas jitakan Guru tampan itu. Sumpah ya ini tuh sakit banget!
"Kamu pasti mikir yang enggak-enggak kan? "
"Astagaa pak! Orang saya cuma nanya! "
"Udah! Pokoknya tujuan saya bawa kamu ke sini itu untuk memberi tahu kamu, supaya enggak..., "
"Bilang sama semua orang termasuk Kepala Sekolah kalau Papak sebenarnya suka balapan liar? " Sambung gue pada kalimatnya Pak Lay dengan seenak hati. Reaksi Pak Lay hanya diam dan menatap gue dengan tatapan mautnya.
"Iya. " Jawabnya singkat.
"Tenang aja, Pak! Saya bakal tutup mulut kok. "
"Beneran? " Ia bertanya seperti sedang memastikan apakah yang didengarnya tadi benar atau nggak.
"Iya, Pak! Beneran! "
Pak Lay terlihat bernapas lega, ia mengembangkan senyumnya dan merasa bersyukur karena gue mau untuk menjaga rahasianya. "Terimakasih kalau gitu. " Ucapnya.
"Tapi itu nggak gratis, Pak! " Celetuk gue dengan sebuah cengiran mencurigakan, dan itu berhasil membuat atmosfer di wajah Pak Lay yang semula tersenyum kini berubah seram kembali. Gue diberikan tatapan tajam, bahkan sebelum gue kembali berbicara.
"Memang kamu mau minta bayaran apa? Kalau yang kamu minta itu tentang saya harus mau jadi pacar kamu, maaf itu gak bisa! Kamu jangan halu! "
"Idih! Bapak kok GR banget sih? Siapa juga yang mau minta Bapak jadi pacar saya? "
"Terus? " Pak Lay bertanya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Mata gue harusnya fokus menatap mata Pak Lay juga. Tapi entah kenapa malah semakin turun untuk memperhatikan dada dia. Sumpah, bidang banget!
"Pak Lay harus jadi mentor belajar saya. " Kata gue yang mati-matian berusaha fokus, mencoba beralih dari dada bidang itu.
"Nggak bisa! "
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET CHAOS | Lay (masa revisi)
Hayran Kurgu(!) BEBERAPA PART DI-UNPUB UNTUK REVISI!!! (!) JUDUL SEBELUMNYA "MY SWEET TEACHER" - "Kekacauan termanis dalam hidup adalah saat seseorang sedang jatuh cinta. "