LIMA

5 1 0
                                    

"Melepas mungkin akan lebih baik. walaupun perih tapi itu hanya sementara.
daripada mempertahankan yang seharusnya ditinggalkan.
akan lebih perih rasanya saat hanya berjuang sendirian"

"Tuan Ayn.. saya bawa sarapannya. boleh saya masuk?"
Bi' Inah akhirnya bersuara setelah berdiri lama didepan pintu kamar Ayn mencoba berfikir apakah Ayn sudah merasa baikan dari sakitnya atau belum.

"Tinggalkan saja di meja makan bi'. saya akan turun"
Bi' Inah menghembuskan nafas lega. setidaknya tuan-nya sudah baikan dan tak membentaknya lagi.

bi' Inah adalah pembantu yang sabar menghadapi Ayn.
Sudah sembilan tahun mengabdi pada keluarga Hertores, keluarga Ayn.
tapi dua tahun lalu kedua orangtua-nya meninggal karna kecelakaan pesawat menuju singapura.
meninggalkan Ayn sendiri dengan trauma beratnya.
setelah kehilangan adiknya dia harus menelan pil pahit kehilangan kedua orangtua nya juga.

Ayn menuruni anak tangga dengan sesekali bersenandung.
tubuhnya kembali segar dan fresh karna baru pagi sekali hujan sudah turun membasahi kawasan rumah Ayn.
membuat sakit kepalanya seketika hilang.

Dia kemudian menduduki kursi di ruang makan.

"Emm..enak bi' nasi gorengnya"
Senyum itu akhirnya kembali merekah dibibir Ayn.
bi' Inah lagi-lagi menarik nafas lega dan membalas senyum Ayn.

Ayn memang ramah.
penuh tawa dan humoris, sebelum insiden menyakitkan terhadap adiknya terjadi dan membuat dia phobia dengan redanya hujan.
memang bisa terbilang phobia yang langkah dan unik.

"Kalau sebentar malam hujan. saya akan keluar bi'.. saya titip rumah"
Ayn terus menyendok nasi goreng buatan bi' Inah lalu memakannya setelah itu dia meneguk segelas susu.

"Baiklah tuan Ayn"
Kata bi' Inah datar tanpa bertanya lebih lanjut.

Biasanya orang pada umumnya malas keluar rumah saat hujan tapi Ayn malah semangat.
itu karna dia hanya bisa keluar rumah saat hujan.
walaupun harus basah-basahan sekalipun.

---------------------

"Aku bakalan pergi ma.. aku harus ikhlasin Dion cepat atau lambat. lagian tangan aku udah sembuh kok.. anggap aja ini saat terakhir aku mengatakan selamat tinggal pada Dion dan masa lalu."
Dey duduk ditepi ranjang.
matanya berkaca-kaca.
mengenakan dress hitam selutut tanpa lengan yang terlihat pas ditubuh mungilnya dengan high heels warna gold.

"Ya udah kalau itu mau kamu. mama percaya kamu bisa dan kamu kuat.. jangan tatap matanya. ingat aja kalau ini demi Aurel yang sudah memohon kepada kamu waktu itu ayo mama antar kamu kesana diluar lagi hujan soalnya.."
Kata mamanya membelai rambut Dey.

"Iya ma.."
Dey tersenyum getir.
lalu dia melangkah pergi ke arah keluar kamarnya.

piip piiipp

Suara klakson mobil honda jazz warna merah terdengar di depan rumah Dey.
mamanya yang hendak mengantarkan Dey menatap anaknya dengan tatapan bingung dan Dey membalas tatapan mamanya dengan tatapan yang tak kalah bingungnya.

Malam ini hujan turun begitu deras tak membuat Dey membatalkan rencananya memberikan restunya dan ucapan selamat tinggal bagi mantan yang paling dibencinya dan perempuan menyedihkan yang menjadi pendampingnya, Aurel.

Dear: Mr.RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang