BAB 5

190 72 11
                                    

Pic of Amanda's dining room in mulmed.

Aku terbangun dari tidurku akibat suara dentingan yang samar-samar kudengar dari bawah. Nyawaku memang belum sepenuhnya terkumpul. Tapi mengingat bahwa hari ini hari Jumat aku masih mempunyai shift kerja di cafe terlebih lagi kunci cafe yang sedang kubawa saat ini memang mengharuskanku untuk berangkat lebih awal dari hari-hari biasanya.

Aku mengernyit silau tatkala matahari mulai muncul sedikit demi sedikit dari peradabannya. Jendela putih yang menempel di sudut kamar pun kubuka sehingga sinar jingga menguning milik matahari langsung menabrakkan dirinya kepadaku. Semilir angin pagi mulai membantuku untuk mengumpulkan nyawaku yang sedari tadi belum kunjung penuh. Burung-burung pun mulai beterbangan dan bersahut-sahutan dari atas langit.

Selamat pagi dunia!” gumamku dalam hati.

Aku mulai berjalan menuju balkon untuk sekedar membebaskan diriku menghirup oksigen segar. Dari atas sini dapat kulihat pemandangan pagi hari yang begitu cerah. Dapat kulihat London dengan versi miniaturnya dari balkon kamarku ini. Sungguh cuaca yang tidak menentu terkadang membuatku bingung terhadap kota kelahiran sekaligus yang telah kutempati selama kurang lebih dua puluh tahun belakangan ini. Di bawah sana orang-orang mulai disibukkan dengan aktivitas mereka masing-masing mengingat bahwa ini bukanlah akhir pekan dan mengharuskan mereka untuk memulai aktivitas lebih pagi. 

Aku mulai beranjak pergi menuju kamar mandi untuk mulai membersihkan diriku. Tubuhku terasa lengket sejak kemarin mengingat bahwa aku baru bisa menapakkan diri kembali di rumahku ini kurang lebih sekitar pukul sembilan malam dan langsung tidur begitu saja. Setelah berhasil menanggalkan pakaian aku langsung disambut dengan segarnya air dari pancuran dan memulai untuk menjalankan ritual pagi hari seperti perempuan pada umumnya.

Tak perlu berlama-lama aku pun segera menyudahi acara mandi pagiku dan mulai bersiap-siap. Kuambil seragam cadangan milikku dari almari dan mulai memakainya. Seperti biasa rambutku kukuncir menjadi satu dan mengikatnya menjadi kuncir kuda. Kusapukan bedak di wajahku dengan tipis agar kulit pucatku tidak terlalu kentara. Sepatu flat hitam kutenteng di tangan kiriku. Lantas, aku menyambar tas jinjing hitam dan mengisinya dengan dompet, handphone, dan tak lupa identitas pegawai.

Aku mulai berjalan turun ke bawah dan menemukan Mom yang terlihat sedang sibuk memasak.

“Perlu bantuan, Mom?”

Suaraku mengagetkan Mom yang sedari tadi memfokuskan dirinya dengan wajan yang dipenuhi oleh sayur-sayuran. Mom hanya tersenyum dan melanjutkan untuk membolak-balikkan daging yang mulai sedikit berubah warna.

Egg and bacon, Mom?” Aku bertanya dengan penasaran sambil menyeruput jus mangga yang baru saja kuambil dari kulkas.

“Hampir sama seperti itu, hanya saja kali ini Mom memakai daging sapi,” ucap Mom sambil tetap membolak-balikkan dagingnya.

Setelah beberapa menit, akhirnya Mom mematikan kompor dan mengangkatnya menuju meja makan. Mom berteriak memanggilku dan menyuruhku untuk menyiapkan semuanya di meja makan. Punggung Mom mulai menjauh dan aku mulai menyibukkan diri dengan menata piring dan meja di atas meja makan.

Mom pun kembali dengan setelan kantornya dan juga tas jinjing hitam yang setiap hari selalu ia bawa.
Mulai menarik kursi dengan perlahan, Mom mengambil telur dan daging yang sudah kutata beberapa menit yang lalu begitupun juga denganku melakukan hal yang serupa seperti Mom. Mulai bergumam kecil untuk berdoa dan kami menyantap sarapan masing-masing.

Sarapan kali ini hanya dipenuhi dengan suara sendok dan garpu milik kami yang saling beradu dengan piring. Hingga akhirnya Mom mulai memecah keheningan dengan berdeham kecil. Aku pun langsung menoleh mengisyaratkan ada apa kepada Mom namun hanya dibalas oleh gumaman kecil dari Mom.

The Universe [H.S.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang