"Jung Eun Hee Cakkanim baru saja menyelesaikan naskah film terbaru dan dia ingin kau menjadi pemeran utamanya. Ini naskahnya," ucap Kim Nam Joon pada Se Mi yang duduk di hadapannya sambil memberikan sebuah naskah film dari penulis skenario paling panas tahun ini.
Se Mi meraih naskah tersebut dan membacanya sekilas. "Siapa pemeran utama prianya?" tanyanya dengan kedua mata yang masih sibuk pada naskah yang halamannya tengah dibolak-baliknya itu.
"Belum ada kepastian, tapi mereka sudah menawarkan naskah ini pada Lee Won Geun," jawab Nam Joon. Kim Nam Joon adalah pria berusia awal tiga puluh yang selama lima tahun terakhir menggantikan posisi ayahnya untuk menjadi pimpinan agensi besar di Korea Selatan, Zenith Entertainment.
"Ah, aku akan memikirkannya," sahut Se Mi sembari menutup naskah drama itu lalu memberikannya pada Yoon Gi yang duduk tidak jauh darinya.
Nam Joon hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan. "Baiklah, kau bisa pergi sekarang," ucapnya kemudian.
Se Mi pun beranjak dari duduknya. Ia tampak sedikit membungkukkan badannya sebelum berlalu meninggalkan ruangan itu diikuti oleh Yoon Gi di belakangnya. "Oppa, aku ingin ke kafe sebentar."
"Aku akan mengantarmu," sahut Yoon Gi yang dibalas anggukan oleh Se Mi. Keduanya pun kemudian menuju kafe yang lataknya berada di ujung selatan bangunan ini. Cukup jauh jika dihitung dari posisi mereka sekarang.
Setelah cukup lama berjalan, keduanya akhirnya tiba di kafe perusahaan. Tidak ada begitu banyak orang di sana. mungkin karena masih pagi. "Kau duduklah, biar aku yang memesan. Apa yang kau inginkan?" tanya Yoon Gi.
Se Mi tampak berpikir sejenak sebelum berucap, "Toffe Mocha Frappuccino."
Yoon Gi hanya mengangguk lalu melangkah pergi untuk memesan apa yang diinginkan artisnya itu. Sesuai perintah sang manajer, Se Mi pun mendudukkan dirinya di salah satu meja yang ada di sana. Ia lalu mengambil ponselnya yang berada di dalam tas selempangnya. Ia juga mengambil earphone dari dalam tasnya. Setelah memasang earphone itu pada kedua telinganya dan memastikan bahwa earphone itu juga telah tersambung dengan ponselnya, Se Mi pun segera memutar lagu Hold Me Tight yang dinyanyikan oleh Ji Min. Entah mengapa belakangan ini Se Mi suka sekali mendengarkan lagu ini.
Tak lama, Yoon Gi pun datang dengan membawa dua pesanan Se Mi, satu untuk Se Mi tentunya dan satu lagi untuk dirinya. Ketika ia tiba di hadapan Se Mi, gadis itu bahkan tidak menghiraukannya. Yoon Gi pun meletakkan salah satu minuman yang dibawanya di hadapan Se Mi, membuat gadis itu dengan cepat mendongakkan kepalanya. Bibirnya perlahan bergerak mengucapkan kata terima kasih Oppa tanpa suara. Yoon Gi hanya membalasnya dengan anggukan samar lalu mengambil duduk tepat di hadapan Se Mi.
Tiba-tiba seseorang mendekati meja keduanya dan menarik sebelah earphone Se Mi hingga terlepas dari telinga gadis itu. Se Mi pun langsung mengalihkan pandangannya pada pria yang berlutut di sampingnya sembari berucap, "Ji Min-a! Kau mengangetkanku saja!"
Ji Min hanya menunjukkan senyum lebarnya lalu beralih menatap Yoon Gi yang tampak sibuk dengan tabletnya. "Hyeong, bisakah aku berbicara dengan Se Mi?" tanyanya pada Yoon Gi.
"Kau menyuruhku pergi bahkan ketika aku baru saja duduk?" tanya Yoon Gi tidak percaya pada Ji Min yang kemudian mendapat balasan berupa anggukan mantap. Yoon Gi tampak menghela napasnya pelan sebelum akhirnya mematikan tabletnya dan memilih untuk meninggalkan dua orang itu. "Hubungi aku jika kalian sudah selesai," ucapnya pada Se Mi lalu melangkah pergi dengan membawa minumannya tentunya.
"Sedang apa kau di sini?" tanya Se Mi setelah Ji Min mendudukkan dirinya di tempat yang tadi diduduki oleh Yoon Gi.
"Mencarimu," sahut Ji Min yang membuat Se Mi mengangkat sebelah alisnya.
Tentu saja gadis itu bingung. Ji Min dan dirinya berada dalam agensi yang berbeda. Baik letak agensi dan rumah pria itu sama-sama jauh dengan letak agensinya ini. Apa yang sekiranya ingin dikatakan mantan kekasihnya itu hingga jauh-jauh datang kemari hanya untuk mencarinya?
"Sekarang katakan," ucap Se Mi sembari melepas sebelah earphone yang masih terpasang lalu memasukkannya beserta ponsel miliknya ke dalam tas selempangnya.
"Seharusnya aku yang mengatakan itu. Ayo, ikut aku," sahut Ji Min seraya menarik lengan Se Mi. Ia bahkan tidak mengizinkan Se Mi untuk menghabiskan Toffe Mocha Frappuccinonya yang maish tersisa setengah.
***
Ji Min mengajak Se Mi keluar dari gedung Zenith Entertainment dan membawa gadis itu ke taman yang letaknya tak jauh dari sana. Ia lalu mendudukkan gadis itu pada salah satu bangku kayu di taman yang kebetulan sepi itu. Setelah Se Mi terduduk, Ji Min lalu ikut mendudukkan dirinya tepat di samping Se Mi."Sekarang katakan," ucap Ji Min setelah keheningan yang cukup lama di antara keduanya. Merasa tak mendapat tanggapan dari gadis di sampingnya, Ji Min kembali berucap, "Apa jawabanmu."
Se Mi yang semula tidak mengerti ke mana arah pembicaraan mereka pun akhirnya paham. Ji Min tengah meminta jawabannya atas pernyataan yang terkesan sebagai pertanyaan dari pria itu padanya beberapa waktu lalu. Ingatannya kembali melayang pada hari sebelum ia bertemu kembali dengan Jung Kook. Pada hari itu, Ji Min memberinya bunga daffodil kuning dan memintanya untuk kembali ke dalam pelukan mantan kekasihnya itu. Hingga detik ini, ia masih menggantung harapan pria itu sementara dirinya sudah berada dalam pelukan Jung Kook tanpa sepengetahuan Ji Min tentunya.
"Maafkan aku, Ji Min-a. Baik untukmu maupun untukku, akan sulit jika kita menjalin hubungan di kondisi kita yang sama-sama public figure ini," ucap Se Mi pelan. Entah seberapa dalam dan seberapa banyak luka yang baru saja ia torehkan pada pria itu. Ia benar-benar merasa sangat bersalah.
Mendengar ucapan Se Mi yang baru saja menolaknya, membuat Ji Min mau tak mau memaksa bibirnya untuk mengulas sebuah senyuman, senyum palsu. Ia sadar risiko yang akan mereka hadapi jika nanti hubungan mereka tercium oleh media. Baik itu untuk dirinya maupun untuk Se Mi, kecil kemungkinan untuk mereka bisa bertahan jika banyak penggemar keduanya yang tidak menyetujui hubungan mereka. Ji Min juga tidak bisa memastikan untuk selalu melindungi Se Mi dari serangan para penggemarnya jika hal itu memang terjadi. Jalan terbaik yang bisa mereka ambil sekarang hanyalah tidak menjalin hubungan apa pun meski jauh di dalam lubuk hatinya, Ji Min masih mengharapkan agar bisa bersama kembali dengan Se Mi.
"Kau benar. Maaf karena aku telah memintamu untuk kembali padaku," ucap Ji Min terdengar berusaha untuk tetap tegar meski hatinya sudah hancur sekarang.
"Kau tidak perlu meminta maaf, Park Ji Min."
Akulah yang seharusnya meminta maaf karena telah memilih pria lain dibandingkan dirimu, Ji Min-a.
"Kurasa aku harus pergi sekarang. Maaf tidak bisa mengantarmu kembali ke agensimu," ucap Ji Min sembari bangkit dari duduknya.
Melihat Ji Min yang rapuh seperti ini karenanya, membuat Se Mi merasa lebih bersalah lagi. "Eoh, gwaenchanha. Aku bisa kembali sendiri," sahutnya pelan.
Ji Min tampak mengangguk seraya memeluk tubuh mantan kekasihnya itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Ditatapnya sekali lagi wajah Se Mi setelah ia melepas pelukannya sembari berucap, "Aku pergi." Senyum yang sebelumnya terlukis di bibirnya seketika luntur seiring dengan tubuhnya yang berbalik memunggungi Se Mi. Langkahnya perlahan menjauhi Se Mi hingga punggungnya tak terlihat dalam jarak pandang gadis itu.
Se Mi tampak menghela napasnya pelan. Selama berpacaran dengan Ji Min, pria itu tidak pernah sekali pun mengecewakannya. Akhir dari hubungan mereka pun terjadi secara baik-baik. Tidak seharusnya ia memberikan pria itu luka seperti ini.
Kau adalah pria yang baik, Park Ji Min. Sudah seharusnya kau mendapatkan seseorang yang baik pula.
Se Mi lalu beranjak dari duduknya. Ketika hendak melangkahkan kakinya, suara seorang pria yang dikenalnya terdengar dari arah belakangnya.
"Se Mi-ssi?"
to be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
RETROUVAILLES [END] ✔
FanficBerawal dari pertemuan tak sengaja dengan Jeon Jung Kook di negeri yang dijuluki sebagai Kota Mode, membawa Yoo Se Mi terlibat dalam kisah cinta yang rumit. Ayahnya, Yoo Jang Soo, hendak menikahi Kim Ji Hye, seorang wanita yang telah dipacarinya sej...