2.

14.4K 2.2K 120
                                    





Dan ketika aku mendengar derap langkahnya.
Aku tahu gadisku tengah mendekat.

.

.

.

Sehun sampai pada tempat tujuan, pikirannya semrawutan akibat ulahnya sendiri. Berjalan memasuki dengan gontai ke sebuah Bar elite di daerah Gangnam. Kemudian memesan ruangan exclusive untuk menjauhkan dirinya dari beberapa bunga malam yang bisa menjamah tubuhnya sesuka hati. Memang Sehun akui, beberapa diantaraya memiliki paras jelita, tubuhnya yang pun tak kalah seperti model. Barangkali mereka benar-benar merawat tubuhnya untuk menjadikan daya tarik. Namun dari segi semua itu, Sehun tak tertarik untuk melemparkan diri pada lubang kenikmatan.

Sehun memilih disini, bersandar di sofa berwarna merah darah, dengan ruangan temaram didominasi warna putih, matanya terpejam. Kepalanya yang berdenyut ia pijat pelan, meredakan rasa pening yang mendera.

"Ingin memesan apa, Tuan?" Seorang pelayan datang dengan segurat senyuman.

"Bawakan aku sebotol wine.'' Jawan pria itu yang masih setia memejamkan mata.

"Baik Tuan, mohon tunggu sebentar." Pelayan itu beringsut mundur, dan kembali membawa satu botol wine.

Liana.

Nama gadis yang selalu Sehun pikirkan tanpa jeda, yang seringkali membuatnya tidak tahu diri karena mencintai gadis itu yang notebenenya anak angkat Sehun sendiri. Dia memang gila, membiarkan perasaannya terus berlarut meskipun itu tak sengaja ia hadirkan. Kasih sayang itu tumbuh dalam lingkaran rasa yang ia selalu kutuk. Sehun mencintai Liana selayaknya ia mencintai wanita, seharusnya Sehun berhenti mencintainya dan bersikap sewajarnya. Namun cinta begitu bodoh dan membutakan segala sesuatu, termasuk status laknatnya bersama gadis itu.

Sehun mengehela napas gusar, membayangkan Liana saja sudah membuat tubuhnya panas dingin. Feromon gadis itu tumbuh dengan sangat baik yang sering membuat Sehun gila karena pesona Liana, ia kesulitan untuk menampik. Melemahkan pertahanannya yang seringkali hampir lepas kendali, yang pandai mengacaukan pikirannya dengan rasa cemburu karena seringkali melihat Liana bersenda gurau dengan remaja lelaki di sekolahnya.

Sehun mengetahui meskipun bibir Liana berkata mereka hanyalah berteman. Namun jelas roman wajah bocah ingusan itu mempunyai rasa lebih pada Liana. Kemudian yang ia lakukan untuk meredakan rasa amarah dalam dirinya, Sehun terpaksa mendoktrin gadis itu dari segala sikap posesifnya yang untungnya Liana tak menaruh rasa curiga.

"Sehun,"

Sehun membuka mata menemukan Kai tengah menatapnya dengan sorot kesal di depannya. "Ada keperluan apa kau disini ? sejak kapan ?"

Kai mendengus jengah, kemudian mendaratkan bokongnya di samping pria itu. "Liana mengirimku pesan bahwa kau pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun padanya. Dan dia menyuruhku mencarimu tentu saja." Ia kemudian menghela napas. "Ternyata benar kau disini. Ada masalah apa lagi dengan perasaanmu ?" Tanya Kai menatap Sehun dalam.

Sehun meraih sebuah kalung dengan liontin mawar di saku kemejanya. Menatapi dengan perasaan sekat. "Awalnya aku ingin memberikan ini pada Liana, namun sebelum aku memberikannya aku telah mengacaukan lebih dulu." Sehun menahan napas. "Aku menciumnya, seperti dia wanitaku." Sorot frustasi terpancar jelas di iris kelamnya, ada rasa sakit yang pria itu tahan dalam mengungkapkan. Membuat Kai nanar menatapnya.

Sejatinya Kai telah tahu bahwa pria itu mencintai anak angkatnya sendiri dari dua tahun lalu. Entah apa yang dipikirkan Sehun sampai menyukai Liana seperti wanita sedang keduanya di bawah status anak dan ayah. "Berhenti, Hun." Kai berucap tegas, seolah memberi peringatan pada karib sejawatnya agar tak meneruskan perasaan salahnya itu. "Dia anak angkatmu. Apa yang akan kau lakukan jika Liana tahu mengenai hal ini, gadis itu telah mengganggapmu ayahnya sendiri. Kau bisa menyakitinya."

DAUGHTER [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang