15

8.8K 1K 108
                                    

VOTE!

.

.

Lobby kantor telah sepi akan hembusan nafas manusia, semilir angin terus mengayun ke setiap sela-sela terbuka. Senja di ufuk barat perlahan memudar, digantikan dengan langit yang kelabu. Kai berniat untuk pulang, namun langkahnya terhenti dan terpaku.

Disana, Savanna.

Wanita yang membuatnya menjauh secara perlahan, yang mengenang kemudian meninggalkan kenangan pahit masa lalu. Tergejolak atas lara akibat perdebatan tiada ujung yang mengisi hari. Kai perlahan memulai untuk melupakan segala yang berhubungan dengan masalalu.

Lembaran yang terisi dengan coretan nama-nama luka perlahan ia hanyutkan ke dalam bahtera samudera, Kai mulai melupakannya. Ia melupakannya walaupun sulit, sesulit menelan batu masuk ke dalam kerongkongannya.

Kehadiran yang menyakitkan, perpisahan paksa menjadi noda hitam dalam sebuah ikatan hubungan, dan sembilu menjadi kata akhir untuk mengakhiri segalanya. Kai bangkit pada masa itu, masa dirinya dan Letisha terpisah secara paksa atas dasar nama perjodohan.

Kai tak menyalahkan Savanna karena enggan untuk berjuang bersama, Kai juga enggan menyalahkan Tuhan karena telah memisahkan dengan cinta pertamanya secara menyakitkan.

Kai merasa dirinya yang bersalah atas semuanya, dirinya yang memiliki keluarga serba kekurangan. Kai yang tak bisa menaikan derajat Lethisa di mata keluarga gadis yang dicintainya. Kai yang hanya diam saja ketika keluarganya menjadi korban atas konspirasi memuakkan yang dilakukan ayah Savanna. Itu hanya awal untuk kehancurannya, hingga apa yang semua  ia milikki direnggut secara menyakitkan oleh ayah dari gadis yang dicintainya. Kim Taekhwan menghancurkan segalanya.

Hingga akhirnya, Kai menyerah, Kai menyerah atas perjuangannya untuk bertahan dalam sebuah hubungan bersama cinta pertamanya. Ia putus asa terhadap takdir yang digariskan untuknya secara mutlak. Ia berpisah dengan Savanna, walaupun cinta takkan pernah hilang dalam diri Kai untuknya. Ia pergi, mundur secara perlahan, dan kenyataan Lethisa sama menyerahnya, sama putus asanya.

Hingga, tidak ada lagi yang Kai perjuangkan.

Semuanya sirna dan luka akan terus mengikuti, membekas dalam lubuk ingatan.Terpatri hebat dalam kenangannya sendiri, menguat hingga akhirnya berkarat dengan sendirinya.

Kini sosok eksistensinya kembali, mengejutkan secara telak, dan rasa cinta itu masih ada.

Harusnya Kai ingat Stella yang tidak pernah bosan untuk menyiapkan air hangat saat dirinya letih setelah bekerja, Stella yang mengobati masa kelamnya, Stella yang membuat Kai bangkit atas hidupnya yang penuh lara. Harusnya Kai memutuskan kontak matanya dengan Savanna saat mata itu bertemu satu sama lain, tidak terjebak pada rindunya yang sudah mencapai puncak hingga ingin meledak.

"Savanna." Bibirnya bergumam tanpa kendali, saat memanggil namanya kemudian si wanita mengukir senyuman, memporak-porandakan prinsip Kai untuk tidak terjebak pada masa lalu. Kakinya yang jenjang mendekat, hingga aroma tubuhnya mulai tercium oleh mukosanya. Kai masih ingat aromanya, dan sampai saat ini aroma Lethisa masih sama.

Barangkali Kai membutuhkan Stella untuk tidak terjebak pada lingkaran masa lalu, barangkali Stella bisa mengingatkannya atas pahitnya bersama wanita itu. Kai mengharapkan Stella berdiri di sampingnya, menggenggam tangannya, membisikan kata cinta, mengingatkan agar bisa melepas dengan ikhlas rasa rindu yang mencekiknya selama ini.

Savanna mengulurkan tangan, "Apa kabar, Kai?"  yang sumbang akan Kai terima. Yang gamang akan bersentuhan dengan indera perasanya atas kelembutannya yang dulu.

Pendar wajahnya yang merona tak pudar mengikuti waktu, iris kelabunya tetap memancarkan kebeningan. Kai melihat ketika uluran tangan itu mengambang di permukaan awang-awang kemudian diturunkan lagi yang kemudian jatuh berlandans pada samping tubuh, gurat senyum getir tergariskan seraya menunduk.

DAUGHTER [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang