2. Pertemuan Kedua

96 32 24
                                        

"Awas hujan!" teriak Rani seraya membuka mata dan mengusap-usap wajahnya yang tadi terasa seperti ada percikan air menimpa wajahnya.

"Hujan dari hongkong! Ini nih hujan yang turun khusus buat cewek kebo kayak lo." ucap laki-laki yang tadi muncul saat Rani sedang diganggu oleh preman beberapa jam yang lalu. Seraya memercikkan beberapa air kewajah Rani yang berasal dari dalam gelas.

"Ihh! Nyebelin banget sih lo jadi cowok." gerutu Rani sambil mengusap wajahnya yang hampir basah kuyup.

"Lo juga, dibangunin pake 1001 cara nggak bangun-bangun. Dasar kebo betina!"
"Bangun? Emang tadi gue tidur?"
"Lo nggak inget? Lo tadi kan dibius sama preman tadi."
"Kok lo bisa tahu kalau tadi gue dibius? Atau jangan-jangan preman tadi itu kerja sama ya sama lo? Terus lo dateng buat nyelamatin gue dan seakan-akan lo bakal jadi pahlawan kemaleman buat gue, gitu?"

"Tunggu bentar, bukannya yang ada itu jadi pahlawan kesiangan? Kok ini malah jadi pahlawan kemaleman?" tanya laki-laki itu dengan tampang polos seraya menggaruk belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

"Ihh! Suka-suka gue dong. Lagian tadi lo nyelamatin gue pas malem, makanya gue nyebutnya pahlawan kemaleman."

"Terserah. Suka-suka lo aja."
"Tunggu bentar, ini gue lagi dimana?" tanya Rani seraya menoleh kekanan, kekiri, kedepan, dan kebelakang.
"Kok lo ngikutin gue sih? pake kata tadi. Dasar plagiat!"

"Terserah gue dong! Lagian kata-kata itu bukan bikinan lho dan yang jelas bisa dipake siapapun!" ujar Rani tambah kesal dengan laki-laki yang ada dihadapannya.

"Gue ulangi ya, sekarang gue lagi dimana?"
"Menurut lo?"
"Ck!"
"Oke gue kasih tahu. Ini kamar kos gue." jawab laki-laki itu dengan gampangnya, ditambah dengan mukanya yang sangat memuakkan.

"Apa? Kos lo? Gila! Tuhkan bener, kalau kalian tadi pasti sekongkol! Lo udah apaiin gue? Ayo jawab!" tanya Rani dengan keadaan panik seraya mengecek seluruh badan dan anggotanya.

"Untung aja semua selamat." ucap Rani lega.
"Siapa juga yang mau apa-apain lo? Kecuali orang itu nggak waraa atau lagi dalam keadaan kepepet." cibir laki-laki sambil tertawa.

"Iya, dan orangnya itu lo." ketus Rani seraya berdiri dan berusaha beranjak pergi.
"Eh, mau kemana?" tanya laki-laki itu sambil terus mencengkeram pergelangan tangan Rani.

"Lepasin! Dasar cowok mesum."
"Enggak. Sebelum lo jawab dulu pertanyaan gue tadi."
"Urusan apasih lo itu? Lo nggak usah macem-macem! Atau gue bakal teriak keras biar seluruh penghuni kos ini tahu kalau lo itu cowok mesum!" ancam Rani.

"Siapa juga yang mau macem-macem? Ohya, teriak aja sekencang mungkin. Soalnya kamar disini semua kosong, kecuali kamar gue."

Deg!!

Kata "semua kamar kosong" membuat lemas seluruh tubuhnya. Yang Rani fikirkan hanya bagaimana jika laki-laki yang sama sekali tidak dikenalnya ini akan berbuat macam-macam pada dirinya. Apalagi jika dilihat dari perilakunya, bisa dipastikan bahwa dia anak yang pecicilan walaupun jika dari tampangnya dia tidak terlalu jelek-jelek amat.

"Aaa... Lepas! Pokoknya lepasin gue!" teriak Rani dengan berusaha sekuat tenanganya untuk melepaskan diri.

"Tapi..." belum sempat laki-laki itu menyelesaikan ucapannya, Rani sudah berlari meninggalkan kamar kos itu dengan perasaan yang sangat ketakutan.

"Gimana sih tuh anak? Ditolongin bukan ngucapin terima kasih malah ngatain kalau gue cowok mesum." gerutu laki-laki itu.
"Apalagi ada yang jatuh, gimana cara gue balikinnya? Kenal aja enggak." sambungnya.

***

"Rani?" panggil seseorang yang tiba-tiba berada di belakangnya.
"Edo! Syukur gue bisa ketemu sama lo disini." ucap Rani dengan girangnya seakan-akan dia bertemu malaikat penolongnya.

Edo adalah sahabat sekaligus menjadi kakak untuk Rani. Pasalnya, Edo selalu ada dan selalu membantu Rani saat ia sedang mengalami masalah. Bahkan, Rani yang harus pindah sekolah sebab tuntutan profesi ayahnya, menyebabkan Roy juga ikut pindah sekolah.

Alasan Roy ikut pindah, karena dia hanya ingin menjaga dan selalu berada disamping Rani. Niatnya memang baik, tapi keberadaan Roy kadang juga membuat risik Rani. Karena Roy selalu berada dibelakang Rani kemanapun ia pergi, lengkap dengan kacamata dan sikapnya yang terkesan agak culun.

Wajahnya memang lumayan tampan, tapi itu tidak membuat Rani jatuh hati padanya. Edo sering mengungkapkan perasaannya, tapi Rani lebih memilih untuk menjalin persahabatan dengannya. Sebenarnya bukan hanya karena sikapnya yang terkesan culun, tapi juga karena kebiasaan Edo yang sering ngiler ketika tidur dan suka mengeluarkan kotoran hidung yang menyebabkan Rani eilfeel dan menolaknya.

"Emang lo kenapa? Kok lo kayak ketakutan gitu?"
"Gue tadi hampir diapa-apain sama cowok nggak jelas. Untung gue bisa kabur." ucap Rani dengan sesekali meng-elap keringat diwajahnya menggunakan punggung tangan.

"Apa? Emang lo udah diapain?" tanya Edo dengan ekspresi khawatir sembari meng-cek seluruh anggota badan sahabatnya. Rani hampir dibuatnya pusing, karena badannya yang terus diputar-putar.

"Lo itu khawatir atau malah bikin gue puyeng sih?" tanya Rani geram sembari memijit pelan pelipisnya.

"Gue minta maaf ya. Gue tadi khawatir sama keadaan lo." ujarnya polos sembari membetulkan kacamata minusnya yang tadi sempat agak merosot, mungkin karena terlalu besar.

"Itu kacamata baru ya?" tanya Rani sembari menunjuk kacamata Edo dengan ekspresi muka yang geli dan menahan tawa.

"Ini? Iya nih. Baru beli kemarin, bagus ya?"
"Bagus dari hongkong! Dihh, warna hijau lagi. Apalagi ada gambar kataknya." ujar Rani sembari tertawa.

"Jangan salah! Ini model kacamata keluaran terbaru. Hanya ada 2 kacamata yang dijual, dan untung gue masih bisa sempet beli." bela Edo pada kacamata barunya.

"Ihh! Kacamata warna hijau ada kataknya aja keluaran terbaru? Limited edision juga? Nggak percaya gue sama lo." cibir Rani.

"Beneran Ran. Ini tuh limited edision di optik yang jual tadi. Kalau di optik yang lain, ya mana gue tahu. Emang gue harus ngedata setiap jenis kacamata diseluruh optik?"
"Yahh.. Gue kira limited di seluruh dunia."

Edo hanya cengegesan sembari menggaruk belakang lehernya yang sebenarnya juga tidak gatal.

"Terserah lo deh. Mual perut gue lihat muka sama kacamata lo disatuin kayak gitu." ejek Rani.

"Lo ngapain disini?" tanya Edo.
"Ceritanya panjang, pokoknya gue tadi hampir diperkosa, dicabuli atau entah gue nggak tahu bahasanya sama penghuni kos disana." ucap Rani sambil menunjuk papan kos yang bernama "Kos Kakak-Adekan".

"Nama kosnya aja udah nggak jelas. Apalagi penghuninya." cibir Rani kesal.

"Itu kos gue." ujar Edo polos.
"Apa? Punya niat dari mana lo sampai mau kos di kos-kosan sepi kayak gitu?"
"Sepi? Rame kok disana. Gue aja hampir nggak kebagian kamar."
"Serius? Tapi disana tadi sepi banget."
"Iya lah sepi. Mereka semua pasti disuruh ngumpet. Emang siapa yang gangguin lo?"
"Kapan-kapan gue cerita sama lo."

Awas aja kalau lo sampai ketemu gue lagi, dasar cowok mesum! batin Rani kesal.

^^^
🍑 Thanks yang udah bacaa 🍑


Maaf ceritanya kurang menarik 😅
Jangan lupa kasih vote & kritik & saran 😆
Jangan lupa juga ditambahkan diperpustakaan ya, biar bisa update terus cerita ini 😆

Kira-kira ^Ketua OSIS atau Badboy^ ya yang akan dipilih Rani?

Setelah part ini, pak ketua OSIS akan keluar lhoo. Jangan sampai ketinggalan 😘

SEBUAH PILIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang