6. Pria masalalu

30 14 3
                                    

Tett.. Tett.. Tett..

Suara bell istirahat telah berbunyi nyaring. Semua siswa sudah berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka yang keroncongan dikantin. Tapi tidak dengan Rani dan Devia. Mereka masih didalam kelas untuk bersiap-siap menuju kelas XI IPA 1.

Sebenarnya, Devia merasa malas sekaligus binggung. Binggung karena ada urusan apa Rani pergi kesana, dan malas karena konon disana adalah kelas keramat. Yang didalamnya banyak makhluk aneh bercampur. Makhluk pendiam, pintar, kutubuku, pecicilan, normal, cerewet, dan apalagi disana ada seorang Badboy yang "Most Wanted" banget.

"Yuk, Dev. Keburu jam istirahatnya habis." ajak Rani menarik tangan Devia.
"Iya, sabar. Ini lagi beres-beres. Ntar kalau barang gue diambil sama makhluk curut gimana?"
"Nanti juga dibalikin kok."
"Kalau dibalikin, kalau enggak?"
"Anggap aja sedekah sama orang yang lebih membutuhkan." ujar Rani seraya terkekeh.
"Nggak ridh-

"Ran, kekantin yuk." ajak Roy tiba-tiba.
"Lo kayak jalangkung aja. Tiba-tiba dateng, tiba-tiba hilang." cibir Devia.

"Santai dong. Gue kan ngajaknya cuma sama Rani, kok lo yang sewot?"
"Gue temannya Rani. Ya jelas dong gue harus ikut nyambung. Lagian dia anak baru, gue nggak bakal dia diapa-apain sama makhluk es kayak lo."
"Gue juga temannya, siapa yang bilang kalau gue pacarnya? Nggak ada kan? Tapi, ya semoga bisa jadi kenyataan." ujar Roy melirik Rani.

"Udah? Kenapa sih kalian berantem mulu? Sorry Roy, gue nggak bisa. Gue ada urusan sama Devia." ujar Rani sembari menarik lengan Devia dan menjauhi Roy.

Maafin gue, Roy. Batin Rani.

Setelah melewati koridor dan beberapa kelas akhirnya Rani dan Devia sampai didepan kelas yang mereka tuju.

"Ini kan?" tanya Rani menunjuk papan kelas bertulisan "XI IPA 1".

"Iya, lo mau ngapain sih?"
"Gue pengen ngecek meja."
"What? Buat apa?"
"Buat masa depan gue."
"Whatever." ujar Devia pasrah.

"Hallo guys, selamat pagi." sapa Rani yang tiba-tiba berdiri didepan kelas XI IPA 1, kondisinya sama persis dengan anak baru yang mau memperkenalkan dirinya didepan kelas.

Seluruh kelas berubah menjadi hening. Sama sekali tidak ada suara. Semua mata yang berada dikelas tersebut menatap Rani. Sedetik kemudian, semua tertawa terbahak-bahak tanpa terkecuali.

"Salah kelas ya, mbak?"
"Wihh, ada bidadari nyasar nih."
"Kenalan dong."
"Cantik banget."
"Bidadari buat gue tuh!"
"Jomblo nggak mb? Jadian yuk!"

Bodoh. Konyol. Bego. Malu-maluin. Nggak waras. Gila. Sinting.

Itu adalah beberapa kata yang pantas untuk Rani saat ini. Bahkan, mungkin jika ada yang lebih buruk dari kata diatas ia pantas mendapatkannya.

"Ran, lo apa-apaan sih?" bisik Devia.
"Stt! Lo diem aja."

"Kalian nggak perlu tau siapa gue. Intinya, gue kesini cuma mau memeriksa meja yang ada disini." terang Rani.
"Buat apa ya? Emang ada yang nyuruh lo? Emang meja itu penting banget buat lo?" tanya salah satu cowok yang berada dikelas tersebut.
"Buat kehidupan gue. Nggak ada yang nyuruh, makanya gue minta izin dulu. Secara, kalian kan penunggu kelas ini."
"Penunggu?" tanyanya balik.
"Lo kata kita itu setan, jin, iblis dan sejenisnya?"
"Sorry, bukan gitu maksud gue. Tapi please, izinin gue." ujar Rani sembari memasang wajah yang memelas.

"Maaf, kita nggak bisa kasih izin kekamu." ujar salah seorang disana.
"Tapi kenapa?"
"Karena banyak faktor. Termasuk karena lo murid baru dan alasan lo nggak masuk akal."
"Please."
"Sorry."

SEBUAH PILIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang