"Selamat pagi, pak. Maaf tadi agak lama." ujar Roy sopan setelah mengetuk pintu kepada Pak Rahmat sebagai guru agama dikelasnya.
"Dari mana saja?" tanya beliau sembari melepas kacamatanya.
"Sedang ada masalah sedikit, pak."
"Masalah apa? Itu dibelakangmu kok ada cewek? Kecantol apa gimana?" tanya Pak Rahmat sembari menunjuk Rani dengan penggaris yang berada di tangannya."Nama saya Rani pak. Murid baru dikelas ini. Saya juga nggak kecantol Roy pak."
"Saya kira tadi nyantol. Lha kamu aja pendek banget. Roy aja tadi mesti nggak kerasa kalau dia ditebengin kamu." ejek Pak Rahmat.
"Saya nggak pendek. Dia aja yang kelewat tinggi." bela Rani menahan malu. Karena semua siswa yang berada dikelas tersebut, sudah menertawakkan dirinya habis-habisan."Kamu kedinginan? Sakit?" tanya Pak Rahmat seraya meletakkan punggung tangannya tepat didahi Rani.
"Dia sehat pak." ujar Roy sembari melepaskan tangan Pak Rahmat dari dahi Rani.
"Lho? Kok kamu sewot gitu sih? Kamu cemburu?" tanya Pak Rahmat seraya berkacak pinggang."Cieee..."
"Tembak Roy..."
"Cocok banget dehh..."
"Ehemm.. Roy sama Rani?"
"Nggak kuat lihat kamu kayak gitu Roy"Suara celetukan teman-teman sekelas Roy dan Rani membuat mereka berdua malu. Mungkin wajah mereka sudah sama-sama seperti udang rebus, memerah.
"Saya nggak cemburu pak." bela Roy.
"Yang benar? Kalau saya giniin Rani, kamu cemburu nggak?" tanya Pak Rahmat sembari merangkul Rani dari arah samping.Entah apa yang Roy rasakan. Yang jelas, ia merasa kesal melihat tingkah laku gurunya tersebut.
Roy ingin memberontak, tapi pasti ia akan dijadikan bulan-bulanan oleh seluruh siswa di SMA GARUDA karena ia cemburu dengan guru sendiri.
"Ini, saya lepaskan. Istri saya jauh lebih banyak plus-nya daripada Rani. Ia masih terlalu kecil untuk saya jadikan istri kedua." ujar Pak Rahmat sembari terkekeh kecil melihat ekspresi malu bercampur cemburu dari Roy.
"Lepas jaket kamu!" perintah Pak Rahmat dengan lembut namun masih terkesan tegas.
"Tapi pak..."
"Ini sudah masuk kelas, Rani."
"Baik pak." ucap Rani pasrah.Rani mulai melepas jaket yang ia kenakan dan berdiri mepet dengan tembok untuk menutupi roknya yang sobek.
"Rani, kok mepet-mepet tembok sih?" goda Dimas, teman satu kelasnya.
"Nggak kok."
"Rok kamu sobek kan?" ujar Dimas polos yang mengundang gelak tawa satu kelas pecah.
"Ehh, enggak." jawab Rani gugup bercampur malu.
"Kelihatan Ran, dari sini. Suer deh." timpal Dimas.
"Lo salah lihat."
"Beneran. Coba deh, suruh murid cewek yang periksa. Pasti sobek!" ujar Dimas mantap dengan keyakinannya.Lagi-lagi, seluruh seisi kelas kembali tertawa.
Sialan!. umpat Rani dalam hati.
"Roknya emang sobek." ujar Roy tiba-tiba.
Terbukti! Roy memang makhluk terjujur. Buktinya dia rela mempermalukan seorang murid baru demi kejujurannya.
"Roy! Apaan sih lo?" ujar Rani pelan sembari menatap tajam Roy.
Brengsek! Kok dia jujur sih?. maki Rani dalam hati kesal.Dan lagi, seisi kembali meledak tertawa. Bahkan tak sedikit juga yang tertawa sembari memegangi perutnya dan mengusap air mata, air mata tawa.
"Habis kamu apain, Roy?" tanya Pak Rahmat mendelik tajam.
"Saya nggak apa-apain. Dia tadi lari-lari gara-gara seneng banget pengen ketemu saya. Nggak tahunya, malah roknya sobek gara-gara kecantol ranting pohon." ujar Roy sembari menatap Rani. Sementara Rani menatap Roy tajam, semacam tatapan horor membunuh."Cieee..." sahut seluruh isi kelas bebarengan.
"Nggak pak! Roy bohong! Nggak gitu ceritanya." elak Rani.
"Dia malu pak mau ngakuin." cibir Roy.
"Sumpah pak, bukan gitu ceritanya."
![](https://img.wattpad.com/cover/113180195-288-k471819.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBUAH PILIHAN
RomanceMenentukan sebuah pilihan, bukanlah hal yang mudah. Terlebih, ketika karakter dua pilihan tersebut sangat berbeda jauh, dan kita merasa nyaman akan kedua-duanya sekaligus. Sama halnya dengan yang dialami oleh Anggilika Kesyha Rani Saputri, gadis ya...