"Thanks." ujar Rani seraya terseyum kearah Roy.
"Sama-sama. Saya keluar dulu ya. Lain kali, jangan sampai sobek lagi." balasnya. Sedangkan Rani hanya mengangguk.Perkataan, tingkah laku Roy sukses membuat Rani untuk selalu memikirkannya. Terlebih dengan senyumnya, benar-benar mampu membuat Rani terhipnotis luluh.
Ia ingin berhenti berurusan dengan laki-laki setelah kejadian masalalunya yang hampir membuatnya gila. Tapi entah naluri darimana, yang jelas ia masih ingin mulai membuka hati untuk laki-laki lain, lagi.
"Ran?" panggil Devia seraya menepuk punggung Rani.
"Gue nggak mau! Gue belum siap!" teriak Rani tiba-tiba.
"Ran? Lo sadar kan?" panggil Devia lagi seraya menggoyang-goyangkan dan menepuk punggung Rani.
"Ehh, lo Dev. Gue kirain siapa?" ujar Rani gugup.
"Lo kenapa, Ran? Belum siap gimana?"
"Gue, gue nggakpapa kok."
"Tapi tadi?"
"Lupain aja, tadi gue cuma refleks karena kaget doang."
"Lo bisa cerita ke gue, kapanpun dan masalah apapun itu."
"Iya. Thanks ya, Dev."
"Sama-sama. Gue mau tanya sama lo, lo ada hubungan apa sama Roy?"
"Nggak ada. Gue deket cuma sebatas temen aja."
"Tapi tadi kalian kelihatan aneh. Apalagi Roy, kayaknya dia suka lo."
"Mustahil Dev! Gue baru kenal dia 2 hari yang lalu. Dan waktu 2 hari nggak bakal mungkin bisa munculin benih-benih cinta.""Nggak ada yang mustahil! Perlu lo tahu, Roy itu tipe cowok idaman banget. Ganteng, tinggi, baik, bijaksana, pinter, dan dia itu setia banget. Dia nggak pernah deket sama cewek selama dia di SMA GARUDA. Denger-denger sih, dulu pas dia masih SMP pernah putus dan punya mantan yang udah pacaran sama dia selama 4 tahun. Dan sampai sekarang, dia udah nggak ada gosip lagi sama cewek. Itu bukti kalau dia setia banget." terang Devia panjang kali lebar.
"Itu namanya nggak bisa move on, bukan setia!"
"Nggak gitu, Ran. Dia setia kok."
"Nggak bisa move on sama setia itu kadang beda tipis. Sama-sama susah buat ngelupain dan cari yang baru."
"Ehh, tapi kan Ran-
"Sttt! Udah Dev. Gue itu nggak ada hubungan apa-apa sama dia. Roy juga nggak suka sama gue. Kalau dia suka, kenapa nggak bilang? Bukannya itu namanya pengecut?" tukas Rani."Mungkin dia belum siap."
"Kalaupun suatu saat dia bilang suka sama gue, berarti itu cuma mau main-main atau malah dia mau jadiin gue pelampiasannya doang."
"Gue nggak ngerti deh sama lo. Kok lo masih bisa bilang gitu tentang Roy? Kurang apa lagi dia dimata lo?"
"Roy nggak bisa gantiin seseorang yang sampai saat ini masih hidup di hati gue."
"Maksud lo? Emang dia dimana?" tanya Rani antusias.
"Dia diantara hidup dan mati" jawab Rani lirih.•••
"Saya antar pulang, mau?" tawar Roy yang tiba-tiba sudah berada dibelakang Rani.
"Nggak usah, makasih. Gue bisa pulang sendiri."
"Kamu kan anak baru, mau saya antar keliling kota?"Jlebb!!!
Kenangan Rani dengan pria masalalu itu kembali terusik. Ia sangat ingat, saat pria itu selalu menawarkan untuk mengantarnya kerumah dan mengajaknya berkeliling kota seusai mereka pulang sekolah. Bayangannya masih jelas terekam diingatannya. Bayangan pria yang sekarang diantara hidup dan mati bagi sosok Rani.
"Ran, kok kamu malah benggong?"
"Gue mau pulang." ujar Rani singkat yang masih kalut dengan fikirannya.
"Iya, tapi saya anter. Kayaknya kamu-
"Nggak! Gue nggak mau!" teriak Rani menangis histeris seraya menarik-narik rambutnya.
"Sadar, Ran! Kalau kamu nggak mau, nggakpapa. Tapi jangan nangis.""Dia masih hidup!" teriak Rani kembali yang disusul tubuhnya yang ambruk. Dengan setengah sadar, Rani merasa bahwa ia tengah jatuh dipelukan Roy.
"Kamu kenapa? Siapa yang masih hidup?" tanya Roy panik melihat Rani yang sudah dalam keadaan lemas roboh dipelukannya.
"Dia, Roy. Dia masih hidup." ujar Rani yang sembari masih terus menangis.
"Iya, dia siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBUAH PILIHAN
RomanceMenentukan sebuah pilihan, bukanlah hal yang mudah. Terlebih, ketika karakter dua pilihan tersebut sangat berbeda jauh, dan kita merasa nyaman akan kedua-duanya sekaligus. Sama halnya dengan yang dialami oleh Anggilika Kesyha Rani Saputri, gadis ya...