PART 12. Say Yes, Please!

227 18 2
                                    

Grow old  with me, the best is yet to be.

-unknown-

🍰🍰🍰

Dua hari ini Eza tiba-tiba menghilang dari peredaran, tidak ada lagi acara apel setiap selesai bekerja, panggilan masuk dan chat-chat sampah yang bisa membangunkan mood Icha pun ikut lenyap. Terakhir Eza memang menghubungi Icha dan mengabari jika dirinya akan keluar kota. Namun Icha tidak menyangka bahwa ijinnya Eza keluar kota ternyata sepaket dengan menghilangnya kabar cowok itu.

Dengan perasaan dongkol akhirnya Icha memutuskan untuk berhenti mencemaskan keberadaan Eza. Disimpannya ponselnya kedalam laci agar tidak tergoda dan terus-terusan mengirimi Eza pesan.

Icha menyibukkan diri dengan berada di dapur seharian. Jika biasanya Icha hanya menakar bahan-bahan, kali ini Icha membantu mengerjakan semuanya dari awal proses pengadukan hingga terakhir proses packing. Usahanya berhasil, seharian ini Icha tidak terlalu memikirkan keberadaan kekasihnya itu.

Malam hari ketika memutuskan untuk pulang, Icha mengambil ponselnya dari laci dan terbelalak melihat banyak chat dan missed call dari Eza. Belum sempat Icha membaca chat dari Eza, ponselnya berbunyi dan tertampang nama Eza di layar. Icha segera menggeser tombol hijau.

"Astaga Icha, kenapa baru diangkat? Kamu kemana aja? Bikin khawatir tau," cerocos Eza sesaat setelah Icha mengangkat panggilan.

Icha diam saja sambil memutar bola matanya tanda kesal dengan ucapan pacarnya itu.

"Cha, sayang. Kok diem?"

"Kamu dimana?"

"Di kosan."

"Kebetulan. Gih cari kaca, yang gede sekalian. Biar kamu bisa mikir dan instropeksi, yang bikin cemas itu siapa dua hari ini," jawab Icha sinis.

"Hehehe, maaf sayang, aku lupa, ponselku ketinggalan di kosan dan mati. Aku keluar kota kemarin nggak bawa ponsel jadinya. Maaf ya," Eza menjelaskan kenapa dirinya menghilang tanpa kabar dan tidak bisa dihubungi.

Icha menghela nafas dan berusaha menelan kekesalannya. Lupa. Manusia dan paket kekhilafannya. Mau berargumen seperti apapun juga kalau memang sudah lupa mau diapakan lagi.

"Sayang, masih marah ya?"

"Enggak, cuma kesel."

"Maaf ya. Kamu sekarang masih di outlet?"

"Iya, ini baru mau pulang."

"Tunggu sebentar, aku anterin pulang."

"Kamu nggak capek?"

"Nggak apa-apa, aku mau ketemu kamu, kangen."

"Ya udah aku tunggu, kangen kamu juga."

Sekitar sepuluh menit kemudian Icha mendengar pintu ruang kerjanya diketuk dan setelah itu muncul sosok pacarnya dengan wajah sumringah, berbeda jauh dengan dirinya yang kuyu. Icha berdiri dan kemudian menghambur ke pelukan Eza. Terbiasa dengan sosok Eza setiap hari selama beberapa bulan terakhir membuat Icha tidak bisa mengatur kadar kerinduannya jika harus tidak bertemu tanpa kabar seperti kemarin.

"Kangen," ucap Icha sambil memeluk erat leher Eza.

"Sama. Aku juga kangen banget sama kamu. Ya sudah kita pulang ya, kamu kelihatan capek banget," ucap Eza sambil mengelus punggung Icha.

"Jangan pernah lupa bawa ponsel lagi ya kalau lagi tugas keluar kota, aku bingung nggak dapet kabar dari kamu," rajuk Icha.

"Iya, maafin aku. Aku usahain nggak akan lupa bawa ponsel lagi kemanapun. Pulang yuk."

S(hit)weet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang