PART 22. Stay

384 19 2
                                    

We need each other more than we think.

-Eza & Icha-

🍰🍰🍰

"Sayang, kamu nggak bosen kan kita gini-gini aja?" tanya Eza sambil menyemil kentang goreng buatan Icha sendiri dan menunggu istrinya yang sedang memasak untuk makan malam mereka.

Resort sedang tidak terlalu banyak tamu, itu sebabnya Eza berusaha pulang secepat mungkin dan menemani istrinya yang hari ini memang di rumah saja, tidak ke outlet seperti biasanya.

Eza hanya bersyukur dia dan istrinya tidak lagi terlalu sering bertengkar masalah anak, keduanya sama-sama berusaha saling memahami. Setiap memeriksakan diri, keduanya juga masih dinyatakan sehat dan tidak ada masalah, tetapi entah kenapa hingga sekarang dia dan istrinya belum diberikan momongan. Eza juga bersyukur istrinya masih setia berada di sisinya dalam keadaan rumah tangganya yang memang terasa kurang lengkap ini.

Terkadang Eza juga berfikir, bagaimana istrinya itu bisa bertahan dengan kehidupannya selama ini tanpa seorang saudara maupun sahabat disisinya. Dengan siapa dia menceritakan keresahannya? Eza masih mempunyai saudara, juga ada tiga curut yang walaupun gila tetapi mereka selalu ada untuk Eza di saat titik terendahnya. Sedangkan istrinya? Hanya punya Eza dan orang tuanya.

Icha dulu pernah bercerita kepadanya ketika dirinya bertanya siapa sahabat terdekatnya. Waktu itu Icha hanya terdiam cukup lama dan kemudian menggelengkan kepalanya. Eza cukup terkejut karena selama dia dekat dengan Icha, istrinya itu bukanlah orang yang sulit berkomunikasi, bukan juga orang yang sulit bergaul dan beradptasi.

Akhirnya Icha menceritakan bahwa dirinya pernah mempunyai teman yang sangat dekat ketika sekolah menengah pertama dulu, bisa dikatakan sahabat mungkin. Banyak temannya yang lain mengingatkan bahwa Icha hanya dimanfaatkan, tetapi Icha tidak percaya karena sahabatnya itu sangat baik di matanya. Terbukti, setelah ujian nasional selesai, sahabatnya itu sedikit menjauh. Setelah lulus dan mereka menginjak sekolah menengah selanjutnya, ketika bertemu di jalan, sahabatnya itu pura-pura tidak mengenalnya. Sejak saat itu Icha memutuskan untuk tidak terlalu dekat dengan seseorang. Membantu teman iya, bersosialisasi juga iya, namun tetap sewajarnya. Icha tidak mau lagi merasakan diabaikan seorang teman dekatnya.

Itu sebabnya juga Icha pernah benar-benar sangat marah dan kecewa terhadap dirinya ketika dirinya menyembunyikan identitasnya. Icha merasa dibohongi dan tidak dipercaya oleh Eza, orang yang memproklamirkan diri sebagai calon suaminya.

Dan saat itu, setelah Icha menceritakan sebab dia tidak mempunyai seseorang yang bisa dikatakan sebagai sahabat, Eza hanya bisa memeluk istrinya dan mengatakan bahwa dia bisa menjadikan Eza sebagai suami maupun sahabatnya. Begitupun ketiga curut sahabat Eza, Eza mengatakan bahwa mereka bisa Icha jadikan sahabat. Namun Icha menolak dan mengatakan cukup berteman dengan sahabat Eza itu sewajarnya. Friends or best friends are just the label in the friendship. It doesn't matter whatever you call on that relationship. Karena yang terpenting dalam sebuah pertemanan bukan labelnya, namun pribadi orangnya ketika mereka berada dalam pertemanan itu. Hanya untuk memanfaatkan atau memang bermanfaat.

"Ini kamu kasih kode buat ngajak aku liburan lagi, mas?" tanya Icha sambil meletakkan masakan di meja makan.

Eza langsung bersungut, "Baru sebulan yang lalu ya kita baru pulang dari Bandung ya, ini mau minta liburan lagi? Mau bikin aku dipecat dari resort?"

Icha tertawa sambil kemudian menyuruh suaminya mendekat ke meja makan karena makan malam sudah siap, "Resign aja deh, mas. Jadinya nanti kita jalan-jalan aja kerjanya," ucap Icha sambil mengambilkan nasi untuk suaminya, "Segini kurang?"

S(hit)weet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang