Chapter 2

99 3 0
                                    

Bayu tergelonjak kaget setelah dilempari gumpalan kertas oleh Fata secara kasar. Oke, dia agak lebay, tapi ini karena Fata memberinya serangan tiba-tiba tanpa aba-aba.

"Woi, otak lo kemana, sih?!" seru Bayu tak terima. Tangannya melemparkan gumpalan kertas itu balik ke Fata. Anak klub sepakbola lainnya tertawa melihat aksi Fata yang mendapat respon "menakutkan" Bayu.

"Ya Allah, Mas Bay. Buka dulu, dong. Jangan marah-marah, yakin nggak mau?" Fata menimang-nimang gumpalan kertas itu di tangannya. Setelah melihat wajah masa bodoh Bayu, dia berucap. "Ya udah, deh, buat gue aja."

"Amit-amit lo, Ta, ya ampun. Sumpah, malu gue punya temen kayak lo," ujar Tegar, salah satu anak klub sepak bola lainnya.

"Gar, kita temen nggak, sih?" Fata berucap memelas.

Tegar tertawa kecil, masih sibuk memakai sepatu sepak bolanya tanpa memedulikan Fata.

"Itu apaan, sih?" Bayu berhenti mengikat tali sepatu bolanya, lalu menunjuk gumpalan kertas itu. "Lo abis berenang di kali, ya? Kayaknya otak lo hanyut, kebawa air kalinya deh," katanya sambil menggelengkan kepala.

Fata akhirnya membuka gumpalan kertas itu dan menunjukkannya tepat di depan wajah Bayu. Bayu mengernyit, tepat di hadapannya, judul di kertas terpampang jelas dengan huruf balok.

BIODATA RENAYA CALONNYA BAYU

"Masih nggak mau?" goda Fata sambil menggerakkan kertas di tangannya itu. "Ya udah buat gu—"

Belum sempat Fata selesai berbicara, Bayu menghentikannya dengan mengambil paksa kertas itu. Tak memedulikan dengusan serta gerutuan Fata, Bayu sudah membuat kertas itu jadi gumpalan lagi.

Bayu melotot tajam ke arah Fata yang baru mengeluarkan sepatu sepak bolanya. Dirinya was-was teman-teman lainnya akan heboh jika saja Fata ini berbicara. Karena Fata ini tipe temen yang nggak bisa jaga bicara, asal ceplos, dan suka sebar gosip. Dengan gerakan bibir, cowok itu berkata tanpa bersuara, "Lo diem aja atau gue timpuk?!"

"Terima kasih dulu atau apa bisa kali, malah marah-marah." Fata menghentak-hentakkan sepatu sepakbolanya kesal.

Bayu memandangnya tajam, membuat Fata ciut. Bagaimana pun juga, Bayu itu menakutkan, apalagi kalo sudah dalam perasaan yang tidak menyenangkan.

Bayu berdiri sebentar, lalu berucap keras, "Yang lain mulai pemanasan dulu, ya! Nanti gue nyusul! Ada urusan bentar."

Setelah memastikan tinggal dirinya dan Fata yang duduk di bangku tribun lapangan sekolah, Bayu akhirnya merapikan kertas itu agar tulisan di dalamnya dapat terbaca jelas. Dia mendesah kesal mendapati tulisan ceker ayam Fata yang tambah susah dibaca.

"Tulisan lo sudah dibaca," ucap Bayu kesal. "Lagian, gue nggak minta lo nyari informasi tentang Naya. Lo kelampau rajin."

Fata bangkit, menatap ke arah Bayu kesal. "Gue kan punya banyak mata, cuma nyari identitas sebocah mah gampang. Tinggal baca pelan-pelan aja! Gue begini karena gue peduli sama lo yang kemakan gengsi! Nyebelin emang lo!" Setelah berkata dengan beberapa penekanan di kata-katanya, dia berlari kecil menuju ke teman-temannya yang sedang melakukan pemanasan.

Oke, santai, dengan perlahan Bayu membaca tulisan acak-acakan Fata.

Nama lengkap: Renaya Septrilangit
Nama panggilan: Naya
TTL: Jakarta, 21 September 2001
Agama: alhamdulillah sama kayak lo, Yu!
Hobi: baca buku dan menulis
Hal yang dibenci: olahraga, fisika (padahal dia anak IPA, woi!), keramaian
Kepribadian: introvert, pendiam, ansos, gasos, nggak pernah deket sama cowok, temen di sekolah juga sedikit
Keterangan lainnya:
1. Dari yang gue denger, dia itu emang udah dari sononya begitu. Jarang bergaul dan jarang punya temen;
2. Dia asli cantik kalo dideketin! Sa ae, gue nggak bakal nikung lo, kok;
3. Baik hati sih sebenernya, cuma ya terlalu pendiam;
4. Sama sekali nggak bisa olahraga. Ini sih jadi PR buat lo. Lari aja nggak bisa, jadi jangan tanya yang lain. Semester lalu dia bikin heboh gara-gara pingsan cuma karena lari lima putaran lapangan;
5. Udah dulu, besok gue tanya-tanya lagi.
6. ....

Yes, Capt!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang